Siapa Untung di Ekonomi Sekarang? Broadway Rugi, Petani Sulit, Tech Jaya

Oleh VOXBLICK

Senin, 06 Oktober 2025 - 11.50 WIB
Siapa Untung di Ekonomi Sekarang? Broadway Rugi, Petani Sulit, Tech Jaya
Kesenjangan keuntungan ekonomi saat ini. (Foto oleh adrian vieriu)

VOXBLICK.COM - Coba perhatikan sekeliling kita. Di satu sisi, ada Broadway yang harga tiketnya selangit tapi kabarnya terus merugi. Di sisi lain, petani kita jungkir balik menghadapi ancaman tarif dan cuaca ekstrem. Tapi coba tengok raksasa teknologi, mereka justru meraup untung besar, seolah tak terpengaruh gejolak ekonomi. Fenomena ini bukan kebetulan, melainkan cerminan jelas dari kesenjangan profit di ekonomi modern yang semakin lebar.

Ekonomi hari ini memang punya cerita unik. Ada sektor yang berjuang mati-matian, sementara yang lain melenggang kangkung dengan profit fantastis.

Mengapa Broadway, ikon hiburan global, harus berdarah-darah meski harga tiketnya bisa bikin dompet menjerit? Mengapa petani, tulang punggung pangan kita, terus dihadapkan pada kesulitan? Dan apa rahasia industri teknologi hingga mereka bisa berjaya di tengah ketidakpastian?

Broadway: Tiket Mahal, Tapi Kok Rugi?

Broadway adalah surga bagi pecinta teater, tempat pertunjukan kelas dunia dengan bintang-bintang ternama. Harga tiketnya? Jangan kaget kalau mencapai ratusan dolar.

Tapi anehnya, banyak produksi di Broadway justru kesulitan mencapai titik impas, bahkan merugi. Ini bukan mitos, ini fakta.

Ada beberapa alasan utama di balik "Broadway rugi" ini:

  • Biaya Produksi Melambung: Produksi teater modern membutuhkan investasi besar. Mulai dari gaji aktor, kru, musisi, desainer set, kostum, hingga teknologi panggung yang canggih, semuanya mahal. Sebuah produksi musikal besar bisa menelan biaya puluhan juta dolar. Misal, rata-rata biaya produksi musikal baru di Broadway bisa mencapai $10 juta hingga $15 juta, bahkan lebih.
  • Biaya Operasional Tinggi: Sewa teater di Manhattan sangat mahal. Belum lagi biaya pemasaran yang masif untuk menarik penonton, terutama di pasar yang kompetitif.
  • Ketergantungan pada Penjualan Tiket: Model bisnis Broadway sangat bergantung pada penjualan tiket yang konsisten. Jika pertunjukan tidak laku keras setiap malam, kerugian bisa menumpuk dengan cepat.
  • Perubahan Perilaku Penonton: Pasca-pandemi, kebiasaan penonton berubah. Meski sudah pulih, ada tantangan untuk menarik kembali penonton reguler di tengah pilihan hiburan digital yang semakin beragam dan terjangkau.

Seorang produser veteran Broadway pernah berujar, "Setiap pertunjukan adalah pertaruhan besar. Anda bisa menjual tiket mahal, tapi jika biaya Anda jauh lebih besar, Anda tetap akan kehilangan uang.

" Ini menggambarkan betapa tipisnya margin keuntungan di industri ini.

Petani di Ujung Tanduk: Ancaman Tarif dan Iklim

Beralih ke sektor yang lebih fundamental, pertanian. Para petani kita adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang memastikan ada makanan di meja kita. Namun, mereka terus-menerus menghadapi tantangan yang membuat "petani sulit" menjadi kenyataan pahit.

Beberapa faktor utama yang menekan sektor pertanian:

  • Ancaman Tarif dan Kebijakan Perdagangan: Perang dagang global atau kebijakan tarif dari negara importir bisa sangat merugikan petani. Misalnya, ketika tarif impor naik, produk pertanian kita menjadi lebih mahal di pasar internasional, mengurangi daya saing dan permintaan. Ini membuat petani terancam tarif, karena harga jual produk mereka bisa anjlok di pasar domestik akibat menumpuknya pasokan yang tidak bisa diekspor.
  • Perubahan Iklim: Banjir, kekeringan berkepanjangan, atau serangan hama yang tidak terduga akibat perubahan iklim bisa menghancurkan panen dalam semalam. Ini bukan hanya masalah lokal, tetapi ancaman global yang nyata.
  • Kenaikan Biaya Produksi: Harga pupuk, pestisida, benih, dan bahan bakar terus meningkat. Sementara itu, harga jual hasil panen seringkali tidak sebanding, membuat margin keuntungan petani menipis.
  • Persaingan Impor: Produk impor yang lebih murah, kadang didukung subsidi negara asalnya, bisa membanjiri pasar domestik dan menekan harga produk lokal, membuat petani kita semakin terhimpit.

Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa fluktuasi harga komoditas dan biaya input menjadi dua tantangan terbesar bagi kesejahteraan petani dalam beberapa tahun terakhir.

Industri Teknologi: Meraup Untung Besar di Tengah Badai

Di sisi lain spektrum ekonomi, industri teknologi terus menunjukkan dominasinya. Perusahaan-perusahaan teknologi raksasa tak henti-hentinya "meraup untung besar" bahkan saat sektor lain terhuyung-huyung. Mengapa "Tech jaya" begitu perkasa?

Inilah beberapa keunggulan industri teknologi:

  • Skalabilitas Tinggi: Produk dan layanan digital bisa direplikasi dan didistribusikan ke jutaan bahkan miliaran pengguna dengan biaya marginal yang sangat rendah. Sekali sebuah perangkat lunak dikembangkan, biaya untuk menambah pengguna baru relatif kecil.
  • Inovasi Berkelanjutan: Industri ini didorong oleh inovasi tiada henti. Pengembangan AI, komputasi awan, e-commerce, dan fintech terus menciptakan pasar baru dan memenuhi kebutuhan yang sebelumnya tidak terpikirkan.
  • Modal yang Efisien: Dibandingkan industri manufaktur atau pertunjukan, perusahaan teknologi seringkali membutuhkan aset fisik yang lebih sedikit. Fokus pada kekayaan intelektual dan data membuat mereka lebih lincah dan efisien dalam penggunaan modal.
  • Permintaan yang Melonjak: Pandemi COVID-19 mempercepat digitalisasi di hampir semua aspek kehidupan, dari bekerja, belajar, hingga berbelanja. Ini memicu lonjakan permintaan untuk produk dan layanan teknologi, mulai dari aplikasi konferensi video hingga platform e-commerce.
  • Ekosistem yang Kuat: Perusahaan teknologi seringkali membangun ekosistem yang saling terhubung, mengunci pengguna dalam layanan mereka dan menciptakan aliran pendapatan yang beragam dari iklan, langganan, hingga transaksi.

Laporan keuangan perusahaan teknologi besar seperti Apple, Microsoft, Amazon, dan Google secara konsisten menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan profit yang signifikan, bahkan di tengah perlambatan ekonomi global.

Mengapa Ada Kesenjangan Profit di Ekonomi Modern Ini?

Kesenjangan profit antara sektor-sektor ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari pergeseran struktural dalam ekonomi modern. Digitalisasi, globalisasi, dan perubahan perilaku konsumen adalah pendorong utamanya.

  • Prioritas Investasi: Investor cenderung mengalirkan modal ke sektor yang menjanjikan pertumbuhan tinggi dan skalabilitas, yaitu industri teknologi. Ini membuat perusahaan teknologi memiliki akses lebih mudah ke pendanaan untuk inovasi dan ekspansi.
  • Efisiensi vs. Tradisi: Sektor teknologi sangat efisien dalam memanfaatkan data dan otomatisasi, mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual atau aset fisik. Sementara itu, sektor tradisional seperti pertanian dan hiburan pertunjukan masih sangat bergantung pada faktor-faktor tersebut, yang biayanya terus meningkat.
  • Peran Pemerintah: Kebijakan pemerintah, baik itu subsidi, regulasi, atau perjanjian perdagangan, bisa sangat mempengaruhi daya saing masing-masing sektor. Kurangnya perlindungan atau dukungan untuk sektor-sektor rentan bisa memperparah kesenjangan ini.

Ekonom dari Bank Dunia, Dr. Clara Schmidt, pernah menyoroti, "Kita sedang menyaksikan era di mana nilai diciptakan bukan lagi dari produksi barang fisik semata, melainkan dari inovasi, data, dan konektivitas digital.

Ini mengubah lanskap keuntungan secara fundamental."

Jadi, siapa untung di ekonomi sekarang? Jawabannya kompleks, tergantung di mana Anda berdiri. Broadway mungkin rugi meski tiket mahal, petani sulit menghadapi ancaman tarif dan iklim, sementara industri teknologi justru meraup untung besar.

Kesenjangan profit di ekonomi modern ini menunjukkan bahwa kita sedang berada di persimpangan jalan, di mana cara lama menghasilkan uang tidak lagi seefektif dulu. Memahami dinamika ini penting untuk melihat arah ekonomi kita ke depan dan bagaimana kita bisa memastikan pertumbuhan yang lebih merata.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0