AI Ternyata Bisa Selamatkan Bahasa Daerahmu yang Hampir Punah


Selasa, 23 September 2025 - 15.00 WIB
AI Ternyata Bisa Selamatkan Bahasa Daerahmu yang Hampir Punah
AI untuk Revitalisasi Bahasa (Foto oleh Fotos di Unsplash).

VOXBLICK.COM - Kamu mungkin sering mendengar istilah bahasa ibu, bahasa pertama yang kita pelajari dari keluarga dan lingkungan sekitar. Tapi, pernahkah kamu berpikir, bagaimana jika bahasa ibu dari nenek atau kakekmu perlahan menghilang, tergantikan oleh bahasa yang lebih dominan? Ini bukan sekadar cerita fiksi. Fenomena ini nyata dan terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang kaya akan ratusan bahasa daerah. Kehilangan bahasa berarti kehilangan sebagian dari identitas, cerita, dan kearifan lokal. Namun, di tengah kekhawatiran ini, muncul secercah harapan dari tempat yang tak terduga, yaitu dari dunia kecerdasan buatan atau AI. Ternyata, teknologi yang sama yang membantumu menerjemahkan menu saat liburan atau mengerjakan tugas kini menjadi garda terdepan dalam upaya revitalisasi bahasa daerah. Ini bukan lagi soal fiksi ilmiah, melainkan sebuah revolusi pelestarian budaya yang sedang berlangsung.

Mengapa Begitu Banyak Bahasa Daerah di Ujung Tanduk?

Sebelum kita menyelam lebih dalam ke dunia teknologi AI, penting untuk memahami skala masalahnya. Kenapa sebuah bahasa bisa berada di ambang kepunahan? Jawabannya kompleks dan berlapis. Salah satu faktor utamanya adalah globalisasi.

Dunia yang semakin terhubung membuat bahasa-bahasa mayoritas seperti Inggris, Mandarin, atau bahkan Bahasa Indonesia menjadi dominan dalam komunikasi, pendidikan, dan bisnis. Generasi muda seringkali merasa lebih keren atau lebih mudah mendapatkan pekerjaan jika fasih berbahasa dominan, sehingga penggunaan bahasa daerah di rumah pun perlahan terkikis.

Faktor lainnya adalah urbanisasi. Perpindahan penduduk dari desa ke kota membuat komunitas penutur asli tercerai-berai.

Di lingkungan baru yang heterogen, bahasa nasional atau internasional menjadi lingua franca, sementara bahasa daerah hanya digunakan dalam lingkup keluarga yang semakin menyempit. Kurangnya transmisi antar generasi menjadi pukulan telak. Ketika orang tua tidak lagi mengajarkan bahasa daerah kepada anak-anaknya, rantai pewarisan itu putus. Dalam satu atau dua generasi saja, sebuah bahasa bisa kehilangan seluruh penutur mudanya.

Data dari lembaga kredibel melukiskan gambaran yang mengkhawatirkan. Menurut UNESCO, dari sekitar 7.000 bahasa yang ada di dunia, hampir setengahnya adalah bahasa terancam punah. Bahkan, diprediksi satu bahasa akan hilang setiap dua minggu. Kehilangan ini bukan sekadar hilangnya kosakata atau tata bahasa. Setiap bahasa yang punah membawa serta pengetahuan unik tentang lingkungan, sistem pengobatan tradisional, cerita rakyat, dan cara pandang terhadap dunia yang telah terakumulasi selama berabad-abad. Inilah urgensi di balik gerakan revitalisasi bahasa daerah, sebuah perjuangan untuk menyelamatkan lebih dari sekadar kata-kata, melainkan jiwa dari sebuah budaya.

Machine Translation Masuk Sebagai Pahlawan Digital

Di sinilah peran machine translation (MT) dan teknologi AI menjadi sangat krusial. Mungkin kamu lebih kenal MT lewat aplikasi seperti Google Translate. Namun, teknologi di baliknya telah berkembang pesat.

Kita tidak lagi berbicara tentang terjemahan kata per kata yang kaku dan seringkali lucu. Teknologi modern yang disebut Neural Machine Translation (NMT) bekerja dengan cara meniru jaringan saraf otak manusia. AI dilatih menggunakan jutaan kalimat untuk memahami pola, konteks, dan nuansa bahasa, sehingga mampu menghasilkan terjemahan yang jauh lebih alami dan akurat.

Lalu, bagaimana teknologi canggih ini bisa membantu bahasa terancam punah yang bahkan tidak punya banyak penutur? Inilah keajaiban inovasi dalam linguistik komputasi.


  • Membuat Sumber Belajar Digital: Salah satu tantangan terbesar dalam belajar bahasa daerah adalah kurangnya materi. Dengan MT, teks-teks kuno, cerita rakyat, atau dokumen penting bisa diterjemahkan ke bahasa yang lebih umum (seperti Bahasa Indonesia) untuk dipelajari. Sebaliknya, materi pelajaran modern bisa diterjemahkan ke dalam bahasa daerah, menciptakan buku, aplikasi, dan konten edukasi yang relevan bagi generasi muda.

  • Membangun Jembatan Komunikasi: Bayangkan sebuah aplikasi di ponselmu yang bisa menerjemahkan Bahasa Indonesia ke Bahasa Sunda atau Jawa secara real-time. Ini akan memudahkan generasi muda untuk berkomunikasi dengan para sesepuh yang mungkin lebih nyaman menggunakan bahasa daerah. Teknologi ini meruntuhkan hambatan komunikasi antar generasi.

  • Dokumentasi dan Pengarsipan: Sebelum seorang penutur asli terakhir meninggal dunia, suara, cerita, dan pengetahuan mereka dapat direkam. AI dapat membantu mentranskripsikan rekaman audio ini menjadi teks, lalu menerjemahkannya. Proses ini mempercepat upaya dokumentasi yang krusial untuk pelestarian budaya.

  • Meningkatkan Prestise Bahasa: Ketika sebuah bahasa daerah terintegrasi dengan teknologi modern, seperti ada di keyboard ponsel, aplikasi, atau media sosial, persepsinya di mata anak muda pun berubah. Bahasa itu tidak lagi dianggap kuno, melainkan relevan dengan dunia digital mereka.

Pada dasarnya, machine translation bertindak sebagai akselerator.

Proses yang tadinya memakan waktu bertahun-tahun oleh para linguis, seperti menyusun kamus atau menerjemahkan teks, kini bisa dipercepat secara signifikan dengan bantuan teknologi AI. Ini memberikan harapan baru bagi ratusan bahasa terancam punah untuk bisa bertahan dan bahkan berkembang kembali di era digital.

Dari Teori ke Aksi Nyata: Studi Kasus Keren di Seluruh Dunia

Ini semua bukan sekadar angan-angan. Di berbagai belahan dunia, proyek revitalisasi bahasa daerah yang didukung AI sudah menunjukkan hasil yang luar biasa.

Inisiatif-inisiatif ini menjadi bukti nyata bahwa teknologi bisa menjadi sahabat terbaik dalam upaya pelestarian budaya.

Te Reo Māori di Selandia Baru


Bahasa Māori, bahasa asli penduduk Selandia Baru, pernah berada di titik kritis. Namun, berkat gerakan revitalisasi yang kuat dari komunitasnya, didukung oleh teknologi, bahasa ini mengalami kebangkitan.

Salah satu terobosannya adalah kolaborasi dengan raksasa teknologi. Microsoft, misalnya, memasukkan Te Reo Māori ke dalam Microsoft Translator setelah bekerja sama dengan para ahli bahasa dan komunitas Māori. Kini, siapapun bisa menerjemahkan teks dan bahkan percakapan ke dan dari Bahasa Māori. Proyek seperti Kōrero Māori juga menggunakan AI untuk mengumpulkan data suara dan meningkatkan akurasi teknologi pengenalan suara, membuka jalan bagi asisten virtual yang bisa berbicara Bahasa Māori.

Proyek Ambisius No Language Left Behind


Meta (perusahaan induk Facebook dan Instagram) meluncurkan sebuah proyek monumental bernama No Language Left Behind (NLLB). Tujuannya adalah membangun satu model AI tunggal yang mampu menerjemahkan ratusan bahasa, termasuk bahasa-bahasa dengan sumber daya rendah yang selama ini diabaikan oleh teknologi terjemahan komersial. Seperti yang dijelaskan dalam pengumuman proyek mereka, tujuannya adalah agar orang dapat mengakses dan berbagi konten web dalam bahasa asli mereka, tidak peduli seberapa kecil populasi penuturnya. Proyek ini, seperti yang diungkapkan melalui blog resmi Meta AI, menunjukkan komitmen industri teknologi untuk mengatasi kesenjangan digital bahasa. Ini adalah langkah besar dalam linguistik komputasi yang bisa berdampak langsung pada upaya revitalisasi bahasa daerah di seluruh dunia.

Inisiatif di Indonesia


Di tanah air, semangat serupa juga mulai tumbuh. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbudristek secara aktif melakukan digitalisasi dan pendokumentasian bahasa daerah.

Selain itu, banyak peneliti di universitas-universitas terkemuka seperti UGM dan ITB yang mulai merambah bidang linguistik komputasi untuk bahasa-bahasa di Indonesia. Mereka membangun corpus, yaitu kumpulan data teks dan ucapan masif yang menjadi makanan bagi model AI untuk belajar. Komunitas-komunitas digital dan startup lokal juga mulai mengembangkan aplikasi kamus, keyboard aksara lokal, dan platform belajar bahasa daerah, menunjukkan bahwa semangat pelestarian budaya melalui teknologi AI sudah menyala di kalangan anak bangsa.

Tantangan Besar di Balik Teknologi Canggih

Meskipun potensinya luar biasa, jalan untuk memanfaatkan AI dalam revitalisasi bahasa daerah tidaklah mulus. Ada tantangan-tantangan fundamental yang harus diatasi.

Mengakui adanya tantangan ini penting agar kita tidak melihat teknologi sebagai solusi ajaib, melainkan sebagai alat yang penggunaannya harus bijaksana.

Gurun Data untuk Bahasa Minoritas


Masalah terbesar adalah kelangkaan data. Model machine translation yang canggih membutuhkan jutaan, bahkan miliaran, contoh kalimat untuk bisa belajar dengan baik.

Bahasa Inggris punya data melimpah dari internet, buku, dan media. Sebaliknya, banyak bahasa terancam punah yang masuk kategori low-resource language. Data digitalnya sangat sedikit, bahkan ada yang belum memiliki sistem penulisan standar. Ini seperti meminta AI untuk memasak hidangan lezat tanpa memberinya bahan-bahan yang cukup. Para peneliti linguistik komputasi terus mencari cara inovatif untuk melatih model AI dengan data yang terbatas, namun ini tetap menjadi rintangan utama.

Kehilangan Nuansa Budaya dan Konteks


Bahasa lebih dari sekadar rangkaian kata. Di dalamnya terkandung peribahasa, kiasan, humor, dan referensi budaya yang mendalam. AI, pada dasarnya, adalah mesin pencocok pola yang sangat canggih.

Ia tidak benar-benar memahami makna seperti manusia. Akademisi seperti Emily M. Bender dari University of Washington, dalam penelitiannya, mengingatkan tentang risiko model bahasa besar yang hanya meniru pola statistik tanpa pemahaman mendalam, yang bisa menghasilkan teks yang terdengar fasih namun dangkal atau bahkan salah secara kontekstual. Terjemahan yang dihasilkan machine translation mungkin benar secara harfiah, tetapi bisa kehilangan jiwa dan makna budayanya. Inilah mengapa peran manusia tetap tak tergantikan.

Etika dan Keterlibatan Komunitas


Siapa yang memiliki data bahasa? Siapa yang diuntungkan dari teknologi ini? Pertanyaan-pertanyaan etis ini sangat penting.

Upaya revitalisasi bahasa daerah harus dipimpin oleh komunitas penutur aslinya. Teknologi harus datang sebagai alat untuk memberdayakan mereka, bukan sebagai kekuatan eksternal yang mendikte atau mengambil alih warisan mereka. Kolaborasi yang erat antara teknolog, linguis, dan yang terpenting, para tetua adat dan penutur asli, adalah kunci keberhasilan. Tanpa restu dan partisipasi aktif dari komunitas, proyek pelestarian budaya secanggih apapun akan kehilangan legitimasinya dan berisiko gagal.

Perlu diingat, teknologi AI adalah alat bantu yang kuat, namun keakuratannya untuk bahasa dengan data terbatas mungkin bervariasi dan tidak bisa menggantikan kearifan penutur asli.

Keberhasilannya sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas data yang digunakan untuk melatihnya.

Lalu, Apa yang Bisa Kamu Lakukan sebagai Anak Muda?

Melihat semua ini, mungkin kamu berpikir, "Keren, tapi apa hubungannya denganku? Aku bukan programmer atau linguis." Jawabannya: kamu bisa berperan sangat besar.

Gerakan revitalisasi bahasa daerah adalah gerakan kolektif, dan energi anak muda sangat dibutuhkan.


  • Jadilah Kontributor Data: Banyak proyek teknologi AI bersifat crowdsourcing, artinya mereka mengandalkan kontribusi publik. Salah satu contohnya adalah Mozilla Common Voice, sebuah platform di mana kamu bisa menyumbangkan suaramu dengan membacakan kalimat dalam bahasamu. Data suara ini sangat berharga untuk melatih AI mengenali berbagai aksen dan dialek.

  • Dukung dan Gunakan Produk Lokal: Jika ada aplikasi kamus, game, atau keyboard untuk bahasa daerahmu, unduh dan gunakan. Beri ulasan dan masukan yang membangun kepada pengembangnya. Aktivitasmu menunjukkan adanya permintaan pasar, yang akan mendorong lebih banyak inovasi.

  • Menjadi Jembatan Generasi: Inilah peran terpentingmu. Gunakan waktumu untuk berbicara dengan kakek, nenek, atau tetua di komunitasmu dalam bahasa daerah. Rekam cerita mereka (tentu dengan izin). Tanyakan arti kata-kata yang tidak kamu mengerti. Kamu bisa menjadi pengumpul data paling berharga sekaligus mempererat ikatan keluarga.

  • Buat Konten Kreatif: Kamu jago bikin konten TikTok, Instagram Reels, atau YouTube? Buatlah konten yang menggunakan bahasa daerah. Bisa berupa tutorial makeup, review film, atau sketsa komedi. Tunjukkan bahwa bahasa daerah itu keren, relevan, dan bisa eksis di platform digital favoritmu. Ini adalah salah satu cara pelestarian budaya yang paling efektif di era sekarang.

Setiap tindakan kecil yang kamu lakukan, sekecil apapun, akan menjadi tetesan air yang mengisi ember upaya revitalisasi bahasa daerah.

Kamu adalah mata rantai krusial yang akan menentukan apakah warisan ini akan lanjut ke generasi berikutnya atau berhenti di generasi kita.

Perjalanan menyelamatkan sebuah bahasa memang panjang dan penuh tantangan. Namun, kolaborasi antara kearifan kuno dan teknologi AI modern telah membuka babak baru yang penuh harapan.

Machine translation dan berbagai inovasi linguistik komputasi lainnya bukanlah pengganti peran manusia, melainkan sekutu yang kuat. Mereka menyediakan alat untuk mempercepat dokumentasi, menciptakan sumber belajar, dan membangun jembatan antar generasi. Pada akhirnya, denyut kehidupan sebuah bahasa tidak terletak pada algoritma atau server, melainkan pada hati dan lisan para penuturnya. Semangat untuk belajar, kebanggaan untuk menggunakan, dan kemauan untuk mewariskan adalah api yang harus terus kita jaga bersama. Teknologi hanyalah pemantiknya, sedangkan yang membuatnya terus menyala adalah kita semua.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0