Dampak Borong Emas oleh Tiongkok dan India Terhadap Pasar Global


Selasa, 26 Agustus 2025 - 15.40 WIB
Dampak Borong Emas oleh Tiongkok dan India Terhadap Pasar Global
Bank sentral Tiongkok dan India borong emas fisik

VOXBLICK.COM - Di balik fluktuasi pasar saham dan hiruk pikuk berita kripto, sebuah pergerakan raksasa sedang terjadi secara senyap. Miliaran dolar dialihkan ke dalam brankas-brankas besi, bukan dalam bentuk digital, melainkan dalam bentuk batangan emas fisik. Pelaku utamanya?

Bukan investor perorangan, melainkan dua negara adidaya ekonomi Asia: Tiongkok dan India. Aksi borong besar-besaran oleh bank sentral mereka bukan sekadar transaksi biasa; ini adalah sinyal kuat yang berpotensi membentuk kembali pasar emas global.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan krusial: mengapa mereka melakukannya, dan apa dampaknya bagi harga emas 2025 serta nilai simpanan kita?

Mengapa Bank Sentral Terobsesi dengan Emas?

Dunia keuangan modern seringkali terasa abstrak, didominasi oleh angka digital dan mata uang yang nilainya didasarkan pada kepercayaan. Namun, di jantung sistem moneter setiap negara, ada aset kuno yang tetap relevan: emas.

Bagi sebuah bank sentral, emas bukan sekadar logam mulia, melainkan jangkar finansial. Bayangkan cadangan devisa sebuah negara seperti sebuah kapal besar di tengah samudra ekonomi yang bergejolak. Mata uang seperti dolar, euro, atau yen adalah layar dan mesin yang berguna untuk navigasi sehari-hari, tetapi emas adalah pemberat (ballast) di dasar kapal.

Ia tidak membuat kapal bergerak cepat, tetapi ia memberikan stabilitas saat badai datang. Inilah alasan mendasar mengapa permintaan emas dari bank sentral selalu menjadi indikator penting. Emas adalah aset lindung nilai utama. Ketika inflasi melonjak dan menggerus nilai mata uang kertas, nilai emas cenderung bertahan atau bahkan meningkat.

Saat terjadi krisis geopolitik atau ketidakpastian ekonomi, investor dan negara sama-sama beralih ke emas sebagai 'safe haven'. Lebih dari itu, emas tidak memiliki risiko lawan bicara (counterparty risk). Sebuah obligasi pemerintah bergantung pada kemampuan negara tersebut untuk membayar, sedangkan nilai sebatang emas tidak bergantung pada janji siapa pun. Inilah yang membuatnya menjadi fondasi kepercayaan.

Belakangan ini, ada satu alasan lagi yang mendorong permintaan emas secara masif, yaitu strategi de-dolarisasi. Ini bukan berarti upaya untuk menghancurkan dolar AS, melainkan sebuah diversifikasi strategis untuk mengurangi ketergantungan pada satu mata uang.

Ini adalah langkah bijak yang dilakukan Tiongkok dan India untuk melindungi kedaulatan ekonomi mereka di panggung dunia.

Tiongkok Sang Naga Emas: Strategi di Balik Pembelian Masif

Selama hampir dua tahun berturut-turut, People's Bank of China (PBoC) telah menjadi pembeli emas terbesar di dunia. Setiap bulan, mereka secara konsisten menambah puluhan ton emas ke dalam cadangan mereka.

Menurut data dari World Gold Council, tren pembelian oleh bank sentral Tiongkok ini menunjukkan skala dan konsistensi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lantas, apa yang mendorong langkah agresif ini?

De-dolarisasi dan Ketegangan Geopolitik

Motivasi utama di balik permintaan emas Tiongkok adalah upaya sistematis untuk melakukan de-dolarisasi.

Sebagian besar cadangan devisa Tiongkok disimpan dalam bentuk aset dolar AS, terutama surat utang pemerintah AS. Ketergantungan ini menciptakan kerentanan strategis, terutama di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dan geopolitik dengan Amerika Serikat. Dengan mengalihkan sebagian cadangan ke emas, Tiongkok mengurangi eksposurnya terhadap kebijakan moneter dan potensi sanksi dari AS.

Emas adalah aset netral yang tidak dapat dibekukan atau didevaluasi oleh negara lain.

Meningkatkan Kredibilitas Yuan

Tiongkok memiliki ambisi besar untuk menjadikan Yuan sebagai mata uang cadangan global yang dapat menyaingi dolar. Untuk mencapai itu, Yuan harus didukung oleh kepercayaan internasional. Salah satu cara paling efektif untuk membangun kepercayaan adalah dengan memiliki cadangan emas yang besar.

Cadangan emas yang kuat memberikan sinyal kepada dunia bahwa Yuan didukung oleh aset nyata yang bernilai, bukan hanya janji pemerintah. Ini adalah langkah krusial untuk memuluskan inisiatif global mereka, seperti Belt and Road Initiative, di mana transaksi semakin banyak dilakukan menggunakan Yuan.

Permintaan emas yang berkelanjutan adalah bagian dari fondasi strategi jangka panjang ini.

India Sang Raksasa yang Bangkit: Emas sebagai Simbol Kekuatan Ekonomi

Jika Tiongkok membeli emas karena alasan strategis geopolitik, pendekatan India sedikit berbeda, memadukan kebutuhan ekonomi modern dengan afinitas budaya yang mendalam.

Di India, emas bukan hanya aset investasi emas; ia adalah bagian dari warisan, tradisi, dan keamanan finansial keluarga selama berabad-abad. Bank sentral mereka, Reserve Bank of India (RBI), memahami sentimen ini dan memanfaatkannya sebagai bagian dari strategi moneter mereka. Permintaan emas dari bank sentral India juga meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Motivasi RBI bersifat ganda.

Pertama, sama seperti Tiongkok, India juga ingin mendiversifikasi cadangannya dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Sebagai negara dengan ekonomi yang berkembang pesat, stabilitas mata uang Rupee adalah prioritas. Cadangan emas yang kuat berfungsi sebagai penyangga terhadap volatilitas pasar global dan fluktuasi nilai tukar. Kedua, langkah ini juga merupakan sinyal kuat bagi pasar domestik.

Ketika masyarakat melihat bank sentral mereka mengakumulasi emas, hal itu memperkuat kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi negara. Baru-baru ini, RBI bahkan memindahkan sebagian cadangan emasnya dari luar negeri kembali ke brankas domestik, sebuah langkah simbolis yang menegaskan kedaulatan dan kekuatan ekonomi.

Dengan demikian, investasi emas oleh RBI mencerminkan kebijakan yang bijaksana baik di panggung global maupun domestik.

Dampak Nyata pada Pasar Emas Global Menuju 2025

Aksi borong oleh Tiongkok dan India bukanlah sekadar riak kecil; ini adalah gelombang pasang yang mengubah lanskap pasar emas global.

Permintaan yang begitu besar dan konsisten dari dua entitas raksasa ini memiliki implikasi langsung terhadap harga dan dinamika pasar.

Menciptakan Lantai Harga (Price Floor) yang Kuat

Salah satu dampak paling signifikan adalah terciptanya 'price floor' atau lantai harga yang kuat untuk emas. Bank sentral bukanlah spekulan jangka pendek.

Mereka membeli emas sebagai cadangan strategis jangka panjang dan cenderung kurang sensitif terhadap fluktuasi harga harian. Pembelian berkelanjutan mereka menyerap pasokan yang tersedia di pasar, menciptakan ketidakseimbangan di mana permintaan melebihi pasokan dari produksi tambang baru. Secara fundamental, ini memberikan tekanan ke atas pada harga.

Banyak analis percaya bahwa aktivitas bank sentral inilah yang menjadi salah satu pendorong utama kenaikan harga emas belakangan ini dan akan terus membentuk prospek harga emas 2025.

Pergeseran Pusat Gravitasi dari Barat ke Timur

Secara historis, pusat perdagangan dan penentuan harga emas dunia berada di Barat, khususnya London dan New York.

Namun, dengan Tiongkok dan India menjadi konsumen dan pembeli bank sentral terbesar, pusat gravitasi pasar emas global perlahan bergeser ke Timur. Shanghai Gold Exchange (SGE) kini menjadi pasar emas fisik terbesar di dunia.

Pergeseran ini berarti bahwa faktor-faktor ekonomi dan kebijakan di Asia akan memiliki pengaruh yang semakin besar terhadap harga emas global, mengalahkan narasi yang selama ini didominasi oleh kebijakan The Fed AS.

Proyeksi harga emas 2025 kini harus lebih mempertimbangkan faktor permintaan emas dari Asia.

Apakah Ini Sinyal untuk Ikut Melakukan Investasi Emas?

Melihat langkah strategis yang diambil oleh bank sentral Tiongkok dan India, wajar jika investor perorangan bertanya, "Apakah saya juga harus membeli emas?" Pembelian oleh bank sentral jelas merupakan mosi percaya yang kuat terhadap nilai emas sebagai penyimpan kekayaan jangka panjang.

Namun, penting untuk memahami bahwa tujuan investasi emas sebuah negara berbeda dengan tujuan individu. Langkah bank sentral adalah manuver makroekonomi jangka panjang, sementara keputusan investasi Anda harus didasarkan pada tujuan keuangan pribadi, toleransi risiko, dan horizon waktu Anda. Bagi investor ritel, emas dapat berfungsi sebagai diversifikasi portofolio yang sangat baik. Ia seringkali bergerak berlawanan arah dengan aset berisiko seperti saham.

Di Indonesia, ada berbagai cara untuk melakukan investasi emas, mulai dari membeli emas fisik (batangan atau perhiasan), membuka tabungan emas digital, hingga berinvestasi pada produk reksa dana berbasis emas yang diawasi OJK. Untuk perdagangan fisik dan berjangka, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) mengatur mekanisme untuk memastikan keamanan transaksi.

Peningkatan permintaan emas global yang dipicu oleh Tiongkok dan India bisa menjadi pertimbangan, tetapi bukan satu-satunya faktor dalam keputusan Anda. Langkah yang ditempuh oleh bank sentral Tiongkok dan India bukanlah tren sesaat, melainkan cerminan dari pergeseran fundamental dalam tatanan ekonomi dan keuangan global.

Permintaan emas mereka yang masif adalah suara kolektif yang menyiratkan pencarian stabilitas dan berkurangnya kepercayaan pada sistem yang didominasi oleh satu mata uang. Fenomena de-dolarisasi ini akan terus berlanjut dan membentuk dinamika pasar emas global setidaknya hingga harga emas 2025 dan seterusnya.

Bagi kita, memahami pergerakan besar ini memberikan konteks berharga, namun penting untuk diingat bahwa setiap keputusan investasi membawa profil risiko yang unik. Dinamika pasar dapat berubah oleh faktor-faktor yang tidak terduga. Informasi ini dimaksudkan sebagai wawasan untuk memperluas pemahaman Anda, bukan sebagai anjuran finansial.

Langkah terbaik selalu dimulai dengan mengevaluasi tujuan keuangan pribadi Anda dan berkonsultasi dengan perencana keuangan bersertifikat sebelum mengambil keputusan investasi yang signifikan.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0