Aturan Verifikasi Usia Inggris Malah Bikin Situs Ilegal Untung Besar

Oleh Ramones

Jumat, 05 September 2025 - 15.10 WIB
Aturan Verifikasi Usia Inggris Malah Bikin Situs Ilegal Untung Besar
Aturan Verifikasi Usia Inggris (Foto oleh Windows di Unsplash).

VOXBLICK.COM - Sebuah undang-undang baru di Inggris yang dirancang dengan niat baik untuk melindungi anak-anak dari konten dewasa secara online tampaknya malah menjadi bumerang.

Aturan yang mewajibkan situs pornografi untuk menerapkan sistem verifikasi usia Inggris yang ketat, seperti pemindaian wajah atau verifikasi SIM, justru membuat situs-situs yang patuh kehilangan banyak pengunjung. Sebaliknya, situs-situs ilegal yang tidak peduli dengan aturan ini justru kebanjiran traffic. Fenomena ini memicu perdebatan sengit tentang efektivitas, privasi, dan masa depan regulasi internet.

Membedah Aturan Baru Verifikasi Usia di Inggris

Aturan ini merupakan bagian dari Online Safety Act yang lebih luas, sebuah legislasi ambisius yang bertujuan menjadikan Inggris sebagai tempat teraman di dunia untuk berinternet. Di bawah pengawasan regulator komunikasi Ofcom, undang-undang baru ini menetapkan standar yang sangat tinggi bagi situs-situs yang menampilkan konten pornografi.

Tujuan utamanya jelas: untuk memastikan hanya orang dewasa yang dapat mengakses materi tersebut, sehingga menciptakan penghalang yang signifikan bagi anak di bawah umur. Implementasi dari aturan pornografi ini tidak main-main. Situs web diwajibkan untuk menggunakan metode verifikasi yang kuat dan andal. Ofcom sendiri telah mengeluarkan panduan yang cukup detail mengenai teknologi apa yang dianggap dapat diterima.

Berikut adalah beberapa metode yang diusulkan:

  • Verifikasi Dokumen Identitas: Pengguna harus mengunggah foto dokumen resmi seperti SIM atau paspor, yang kemudian dicocokkan dengan foto selfie secara real-time.
  • Pemindaian Wajah dan Estimasi Usia: Menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menganalisis fitur wajah seseorang dari kamera dan memperkirakan usianya.

    Teknologi ini harus memiliki standar akurasi yang tinggi.

  • Pemeriksaan Kartu Kredit: Memverifikasi bahwa pengguna memiliki kartu kredit, yang secara umum hanya dimiliki oleh orang dewasa.

    Namun, metode ini sering dianggap kurang aman karena kartu bisa saja dicuri atau dipinjam.

  • Digital ID Apps: Menggunakan aplikasi identitas digital terverifikasi yang sudah ada untuk mengonfirmasi usia pengguna tanpa harus membagikan data pribadi secara langsung ke situs pornografi.
Secara teori, langkah-langkah ini terdengar sangat protektif dan logis.

Namun, dalam praktiknya, kewajiban ini menciptakan serangkaian masalah baru yang tidak diantisipasi oleh para pembuat kebijakan, terutama terkait privasi data dan perilaku pengguna internet.

Efek Bumerang yang Tak Terduga

Laporan awal dari berbagai sumber, termasuk analisis dari TechCrunch dan The Washington Post, menunjukkan tren yang mengkhawatirkan.

Situs-situs besar dan terkenal yang berinvestasi besar untuk mematuhi undang-undang baru ini mengalami penurunan lalu lintas yang signifikan. Di sisi lain, situs-situs yang lebih kecil, seringkali beroperasi dari yurisdiksi yang sulit dijangkau hukum, dan sama sekali tidak menerapkan verifikasi usia, mengalami lonjakan pengunjung. Ini adalah contoh klasik dari konsekuensi yang tidak diinginkan.

Situs Patuh Kehilangan Pengunjung, Situs Ilegal Pesta Pora

Logika di balik pergeseran ini sebenarnya cukup sederhana. Pengguna dihadapkan pada pilihan: mengunjungi situs yang mereka kenal tetapi harus menyerahkan data pribadi yang sangat sensitif, atau beralih ke situs alternatif yang tidak meminta apa-apa. Banyak yang memilih opsi kedua. Proses verifikasi yang rumit dan invasif menciptakan gesekan (friction) yang membuat pengguna enggan.

Mereka lebih memilih kenyamanan dan anonimitas daripada kepatuhan. Akibatnya, ekosistem online yang coba diatur oleh verifikasi usia Inggris menjadi lebih berbahaya. Pengguna kini didorong ke sudut-sudut internet yang lebih gelap, di mana tidak ada jaminan keamanan, perlindungan dari malware, atau standar konten.

Situs-situs ini tidak hanya melanggar aturan verifikasi usia, tetapi juga sering kali menjadi sarang iklan berbahaya, penipuan, dan konten yang jauh lebih ekstrem. Dengan kata lain, upaya untuk meningkatkan keamanan online justru menciptakan risiko baru.

"Saya Tidak Akan Memberikan Wajah Saya ke Situs Porno": Krisis Privasi Data

Kekhawatiran terbesar bagi sebagian besar pengguna adalah privasi data.

Gagasan untuk menyerahkan pindaian wajah atau foto SIM ke sebuah situs dewasa adalah hal yang menakutkan bagi banyak orang. Pertanyaan yang muncul di benak mereka sangat wajar: Siapa yang akan menyimpan data ini? Seberapa amankah data tersebut dari peretas? Apakah data ini bisa bocor dan digunakan untuk pemerasan di masa depan? Ketakutan ini bukan tanpa dasar.

Industri dewasa telah menjadi target serangan siber besar di masa lalu. Kebocoran data dari situs semacam itu bisa memiliki konsekuensi yang menghancurkan secara pribadi dan profesional. Pengguna sadar bahwa sekali data mereka bocor ke internet, data itu akan ada di sana selamanya.

Oleh karena itu, keengganan untuk mematuhi proses verifikasi usia Inggris adalah reaksi yang rasional terhadap risiko privasi yang nyata. Ini bukan sekadar masalah ketidaknyamanan, tetapi masalah keamanan pribadi yang mendasar.

Dilema Pengguna dan Celah Regulasi

Selain itu, pengguna yang cerdas secara teknis memiliki banyak cara untuk menghindari pembatasan ini.

Penggunaan VPN (Virtual Private Network) memungkinkan mereka untuk menyamarkan lokasi mereka, sehingga tampak seolah-olah mereka mengakses internet dari negara lain yang tidak memiliki aturan pornografi seketat Inggris. Ini membuat penegakan hukum menjadi sangat sulit. Celah ini menunjukkan betapa sulitnya mengatur internet yang pada dasarnya tidak memiliki batas.

Sebuah undang-undang baru yang berlaku di satu negara dapat dengan mudah dilewati oleh teknologi global. Ini menempatkan situs yang patuh pada posisi yang sangat tidak menguntungkan secara kompetitif. Mereka menanggung biaya implementasi teknologi verifikasi yang mahal, hanya untuk melihat pelanggan mereka lari ke pesaing ilegal yang tidak memiliki beban serupa.

Apakah Sejarah Terulang Kembali?

Ini bukan pertama kalinya Inggris mencoba menerapkan kebijakan semacam ini. Upaya sebelumnya melalui Digital Economy Act 2017 juga gagal total sebelum sempat diimplementasikan sepenuhnya. Rencana tersebut dibatalkan pada tahun 2019 setelah menghadapi kritik keras terkait masalah privasi, tantangan teknis, dan potensi dampaknya yang justru kontraproduktif.

Banyak argumen yang digunakan untuk menentang kebijakan tersebut kini terbukti benar dengan implementasi Online Safety Act. Kegagalan di masa lalu seharusnya menjadi pelajaran berharga. Para kritikus berpendapat bahwa pembuat kebijakan terlalu fokus pada solusi teknis yang rumit tanpa sepenuhnya memahami psikologi dan perilaku pengguna internet.

Mereka mengabaikan fakta bahwa di dunia digital, jalan pintas yang paling mudah sering kali menjadi yang paling populer. Kegigihan untuk menerapkan model verifikasi usia Inggris yang serupa menunjukkan adanya kesenjangan antara niat legislatif dan realitas digital.

Perspektif Global dan Tantangan Teknologi

Inggris bukan satu-satunya yang bergulat dengan masalah ini.

Beberapa negara bagian di Amerika Serikat, seperti Louisiana dan Utah, telah memberlakukan undang-undang serupa dan menghadapi tantangan yang mirip. Hasilnya cenderung sama: pergeseran lalu lintas ke situs yang tidak patuh dan protes dari para pendukung privasi. Ini menunjukkan bahwa masalahnya bukan spesifik pada hukum Inggris, tetapi pada pendekatan verifikasi usia berbasis identitas itu sendiri.

Selain itu, ada juga pertanyaan serius tentang keandalan teknologi yang digunakan. Teknologi estimasi usia berbasis wajah, misalnya, telah dikritik karena potensi biasnya terhadap kelompok etnis dan gender tertentu. Tingkat akurasinya juga bisa bervariasi, berpotensi salah memblokir orang dewasa atau sebaliknya, salah mengizinkan anak di bawah umur.

Ketergantungan pada teknologi yang belum sempurna untuk menegakkan aturan pornografi yang begitu penting adalah pertaruhan yang berisiko.

Jalan Buntu Antara Keamanan Online dan Kebebasan Pribadi

Debat mengenai verifikasi usia Inggris pada akhirnya bermuara pada konflik fundamental antara dua nilai penting: keinginan untuk menciptakan keamanan online bagi anak-anak dan hak atas privasi serta kebebasan berekspresi bagi orang dewasa.

Tidak ada yang membantah bahwa melindungi anak-anak adalah prioritas. Namun, pertanyaannya adalah apakah metode yang diterapkan saat ini adalah cara yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Ofcom, sebagai regulator, berada dalam posisi yang sulit. Mereka ditugaskan untuk menegakkan hukum sambil juga menyadari potensi dampak negatifnya.

Dalam panduannya, Ofcom menyatakan komitmennya untuk bekerja sama dengan industri untuk menemukan solusi yang proporsional dan efektif. Namun, bukti awal menunjukkan bahwa pendekatan saat ini mungkin memerlukan evaluasi ulang yang serius. Informasi mengenai dampak lalu lintas situs web bersifat dinamis dan dapat berubah seiring waktu berdasarkan laporan industri yang tersedia.

Solusi alternatif yang sering diusulkan termasuk pendekatan yang berfokus pada perangkat (device-level filtering) atau edukasi digital yang lebih baik bagi orang tua dan anak-anak. Pendekatan ini menempatkan kontrol lebih banyak di tangan pengguna itu sendiri, daripada membebankan kewajiban pengawasan massal pada platform. Namun, solusi semacam itu juga memiliki keterbatasan.

Pada akhirnya, undang-undang baru di Inggris ini menjadi studi kasus global tentang tantangan regulasi internet di abad ke-21. Niat yang baik tidak selalu menghasilkan hasil yang baik, terutama ketika berhadapan dengan sistem yang kompleks dan terdesentralisasi seperti internet.

Perjuangan untuk menyeimbangkan keamanan dan kebebasan akan terus berlanjut, dan kegagalan awal dari skema verifikasi usia Inggris ini memberikan pelajaran penting bagi para pembuat kebijakan di seluruh dunia. Upaya melindungi yang rentan tidak boleh secara tidak sengaja menciptakan ekosistem online yang lebih berbahaya bagi semua orang.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0