Dari Dracula ke Godzilla Menguak Evolusi Monster dan Ketakutan Kolektif Kita

Oleh VOXBLICK

Selasa, 28 Oktober 2025 - 20.20 WIB
Dari Dracula ke Godzilla Menguak Evolusi Monster dan Ketakutan Kolektif Kita
Evolusi monster sinema ikonik (Foto oleh Craig Adderley)

VOXBLICK.COM - Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa beberapa kisah dan karakter terus menghantui imajinasi kolektif kita, bahkan setelah berabad-abad? Jawabannya seringkali tersembunyi di balik bayangan monster. Dari vampir bangsawan yang memikat hingga reptil raksasa yang menghancurkan kota, monster-monster ikonik ini bukan sekadar makhluk fiksi. Mereka adalah cerminan mendalam dari ketakutan terdalam, kecemasan sosial, dan evolusi peradaban kita. Mari kita selami perjalanan menakjubkan ini, menguak bagaimana monster seperti Dracula dan Godzilla menjadi simbol abadi dari apa yang kita takuti dan mengapa kita terus mencari mereka di layar lebar.

Sejak zaman dahulu kala, manusia telah menciptakan monster untuk menjelaskan hal-hal yang tidak bisa mereka pahami: gemuruh guntur, penyakit misterius, kegelapan malam, atau kekuatan alam yang tak terkendali.

Namun, seiring waktu, monster-monster ini berevolusi. Mereka tidak lagi hanya representasi kekuatan eksternal, melainkan juga manifestasi dari ketakutan internal dan sosial yang lebih kompleks. Kamu akan menemukan bahwa setiap era melahirkan monsternya sendiri, dan setiap monster menceritakan kisah tentang zamannya.

Dari Dracula ke Godzilla Menguak Evolusi Monster dan Ketakutan Kolektif Kita
Dari Dracula ke Godzilla Menguak Evolusi Monster dan Ketakutan Kolektif Kita (Foto oleh cottonbro studio)

Dracula: Horor Gotik dan Ketakutan Abad ke-19

Ketika kamu memikirkan monster klasik, nama Dracula pasti langsung terlintas di benak. Diciptakan oleh Bram Stoker pada tahun 1897, Pangeran Kegelapan ini adalah perwujudan sempurna dari ketakutan masyarakat Victoria.

Dracula bukan hanya makhluk penghisap darah ia adalah simbol dari:

  • Eksotisme dan Ancaman Asing: Ia datang dari Timur yang "misterius" (Transylvania), membawa budaya yang berbeda dan mengancam nilai-nilai Barat yang mapan.
  • Seksualitas Terlarang: Daya tarik gelap dan sensualnya menantang moralitas Victoria yang kaku, mewakili nafsu yang ditekan dan ketakutan akan kehilangan kendali diri.
  • Penyakit dan Kontaminasi: Gigitannya yang menyebarkan kutukan vampir dapat diinterpretasikan sebagai metafora untuk penyakit menular seperti sifilis atau tuberkulosis yang merajalela saat itu.
  • Kekuatan Aristokrasi yang Membusuk: Sebagai bangsawan tua dengan kekuatan mistis, ia juga bisa dilihat sebagai kritik terhadap kelas atas yang korup dan parasit.

Dracula mengajarkan kita bahwa ketakutan tidak selalu berbentuk fisik ia bisa berupa ancaman terhadap tatanan sosial, moralitas, atau bahkan identitas diri kita.

Frankenstein dan King Kong: Cerminan Kecemasan Awal Abad ke-20

Abad ke-20 membawa perubahan drastis, dan begitu pula monster-monsternya. Dari kegelapan gotik, kita beralih ke ketakutan yang lebih modern:

  • Frankenstein (1818, Mary Shelley): Meskipun lebih tua dari Dracula, adaptasi sinema awal abad ke-20 menghidupkan kembali monster ini sebagai simbol ketakutan akan sains yang melampaui batas etika. Monster Frankenstein yang diciptakan dari bagian tubuh manusia adalah cerminan dari kecemasan kita terhadap kemajuan teknologi yang terlalu cepat, menciptakan kehidupan tanpa mempertimbangkan konsekuensi moral atau sosialnya. Kamu bisa melihatnya sebagai peringatan tentang kekuatan manusia yang mencoba bermain sebagai Tuhan.
  • King Kong (1933): Gorila raksasa ini adalah perwujudan dari ketakutan akan alam liar yang tak terkendali dan ancaman dari "yang primitif" di tengah peradaban. Ia juga merefleksikan ketakutan akan penemuan dunia baru dan eksploitasi, serta trauma depresi ekonomi yang mendorong orang mencari keajaiban atau pelarian. Kong, yang dibawa ke kota besar, menjadi simbol kekuatan alam yang salah tempat dan akhirnya dihancurkan oleh peradaban itu sendiri.

Godzilla: Menguak Ketakutan Nuklir dan Perang Dingin

Jika Dracula mewakili ketakutan internal dan Frankenstein ketakutan akan sains, maka Godzilla adalah monster yang lahir dari trauma paling dahsyat umat manusia: bom atom.

Film aslinya yang dirilis pada tahun 1954 di Jepang, hanya sembilan tahun setelah Hiroshima dan Nagasaki, adalah metafora yang jelas dan kuat.

  • Ancaman Nuklir: Godzilla adalah makhluk purba yang dibangunkan dan dimutasi oleh radiasi nuklir. Setiap langkahnya, setiap napas apinya, adalah pengingat visual akan kehancuran yang tak terbayangkan yang dibawa oleh senjata nuklir. Ia adalah ketakutan akan senjata pemusnah massal yang menjadi nyata.
  • Kekuatan Alam vs. Manusia: Godzilla sering digambarkan sebagai kekuatan alam yang tak terhentikan, tetapi yang diprovokasi oleh campur tangan manusia. Ini menunjukkan bahwa kekuatan terbesar untuk kehancuran mungkin bukan dari monster itu sendiri, melainkan dari manusia yang menciptakan alat untuk menghancurkannya.
  • Ketakutan Kolektif: Berbeda dengan Dracula yang mengancam individu, Godzilla mengancam seluruh kota, bahkan peradaban. Ia adalah perwujudan dari ketakutan kolektif akan kepunahan dan bencana skala besar yang tidak bisa dikendalikan oleh siapa pun.

Melalui Godzilla, kamu dapat memahami bagaimana ketakutan masyarakat bergeser dari ancaman individu menjadi ancaman eksistensial, di mana seluruh umat manusia dipertaruhkan.

Monster Kontemporer: Cerminan Ketakutan Masa Kini

Di era modern, monster terus berevolusi, mencerminkan ketakutan kita yang semakin kompleks. Kamu bisa melihatnya di mana-mana:

  • Zombie Apocalypses: Menggambarkan ketakutan akan pandemi, hilangnya kemanusiaan, keruntuhan sosial, dan ketidakpercayaan terhadap otoritas.
  • Horor Psikologis dan Found Footage: Menjelajahi ketakutan akan hal yang tidak diketahui, kehilangan akal sehat, dan ancaman yang tidak terlihat atau berasal dari dalam diri kita sendiri.
  • Monster Teknologi: AI yang menjadi jahat, virus komputer yang mengancam, atau teknologi pengawasan yang menghilangkan privasi, mencerminkan kecemasan kita terhadap ketergantungan pada teknologi dan potensinya untuk mengendalikan atau menghancurkan kita.

Setiap monster ini adalah cermin yang memantulkan kembali kepada kita apa yang paling kita takuti di dunia saat ini, baik itu ancaman global, ketidakpastian ekonomi, atau bahkan ketakutan akan diri kita sendiri.

Mengapa Kita Terus Mencari Monster?

Jadi, mengapa kita, sebagai manusia, terus tertarik pada monster? Ini bukan sekadar hiburan semata. Ada beberapa alasan mendalam:

  • Katarsis: Menghadapi ketakutan kita dalam lingkungan yang aman (seperti bioskop) memungkinkan kita melepaskan kecemasan dan stres tanpa bahaya nyata.
  • Memahami Kegelapan: Monster membantu kita mengeksplorasi sisi gelap kemanusiaan dan alam semesta, memungkinkan kita memahami apa yang mendorong kejahatan atau kehancuran.
  • Menguji Batas: Mereka mendorong kita untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan besar tentang moralitas, etika, dan batas-batas pengetahuan kita.
  • Persatuan Kolektif: Ketakutan bersama terhadap monster seringkali menyatukan kita, memperkuat rasa komunitas dalam menghadapi ancaman.

Dari Dracula yang menghisap darah di kastil kuno hingga Godzilla yang menghancurkan gedung pencakar langit, monster adalah narator ulung sejarah ketakutan kita.

Mereka bukan hanya cerita seram yang diceritakan di malam hari, melainkan juga jendela ke dalam jiwa kolektif manusia, mengungkapkan apa yang paling kita hargai, apa yang kita takuti, dan bagaimana kita berjuang untuk memahami dunia di sekitar kita. Teruslah menjelajahi dunia monster, dan kamu akan terus menemukan lebih banyak tentang dirimu sendiri dan masyarakat tempat kamu hidup.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0