AI Ramah Lingkungan, Mungkinkah? Ini Fakta Emisi Karbonnya

VOXBLICK.COM - Di balik kemudahan membangun chatbot canggih, ada fakta yang sering terlewat: proses pelatihan model AI membutuhkan energi masif dan berkontribusi pada emisi karbon yang cukup besar.
Sebuah analisis terbaru dari Mistral, salah satu perusahaan AI terkemuka di Eropa, mengungkapkan gambaran nyata mengenai jejak karbon yang dihasilkan selama pengembangan teknologi ini.
Menyelisik Emisi Karbon dari Pelatihan Model AI
Beberapa tahun terakhir, muncul kekhawatiran tentang bagaimana pertumbuhan pesat teknologi AI membawa konsekuensi pada lingkungan.
Pelatihan model AI berukuran besar melibatkan jutaan parameter dan memerlukan rangkaian proses komputasi skala tinggi.
Menurut analisis yang dirilis oleh Mistral, pelatihan satu model bahasa besar (Large Language Model/LLM) bisa menyumbang emisi karbon sebesar puluhan hingga ratusan ton CO2e (karbon dioksida ekuivalen).
Data ilmiah memperkuat temuan ini.
Penelitian oleh Emma Strubell dkk.
dari University of Massachusetts Amherst menyebutkan bahwa pelatihan satu model natural language processing (NLP) seperti BERT menghasilkan emisi karbon setara dengan 125 kali penerbangan pulang-pergi antara New York dan Beijing per orang (umass.edu).
Analisis tersebut memicu diskusi luas tentang jejak karbon AI di forum-forum ilmiah dan media.
Di Mana Energi Paling Banyak Terkuras?
Proses pelatihan model AI umumnya berlangsung di data center dengan ribuan GPU (graphics processing unit) yang aktif selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
Konsumsi energi melonjak, terutama jika data center berada di wilayah dengan pembangkit listrik bertenaga fosil.
Menurut laporan terbaru Google Sustainability, sekitar 10-15% konsumsi listrik data center global kini digunakan untuk pemrosesan AI (sustainability.google).
Selain pelatihan awal, setiap kali model AI digunakan—misalnya saat kamu mengirimkan pertanyaan ke chatbot—ada energi tambahan yang dibutuhkan untuk inferensi.
Perhitungan Mistral: Cara Transparan Menyajikan Data
Mistral mengambil langkah penting dengan merilis estimasi emisi karbon dari model besar mereka secara terbuka.
Laporan mereka menunjukkan bahwa semakin besar model dan dataset latihannya, semakin tinggi jejak karbonnya.
Mereka menghitung jejak karbon berdasarkan konsumsi daya rata-rata server, waktu pelatihan, serta bauran energi (listrik ramah lingkungan vs.
listrik fosil) di lokasi data center.
"Publik patut tahu sesungguhnya berapa jejak karbon AI dan bagaimana angka ini bisa direduksi," jelas peneliti di laporan Mistral.
Langkah transparan ini mendapat apresiasi dari banyak pemerhati lingkungan dan pakar etika teknologi di Eropa.
Bagaimana Dunia Menyikapinya?
Beberapa perusahaan teknologi terdepan, termasuk Google dan Microsoft, telah menetapkan target penggunaan energi terbarukan 100% untuk data center mereka.
Namun, faktanya masih banyak pusat data di dunia yang mengandalkan energi fosil, khususnya di negara-negara berkembang.
Jurnal Nature juga menyoroti perlunya pengembangan model AI yang lebih efisien dan ramah lingkungan untuk menekan konsumsi energi serta membatasi emisi karbon (nature.com).
Di banyak kampus dan pusat riset, eksperimen dilakukan untuk menemukan cara mengompresi model AI agar lebih hemat sumber daya namun tetap akurat.
Praktik Sederhana untuk Mengurangi Jejak Karbon AI
Kamu mungkin bertanya-tanya, apa yang bisa dilakukan selain menunggu inovasi dari para raksasa teknologi?
1. Pilih Layanan AI yang Ramah Lingkungan Pastikan aplikasi dan platform AI favoritmu transparan soal energi yang digunakan.
Cari layanan yang berkomitmen pada energi terbarukan.
2. Kurangi Pemakaian Fitur AI yang Tidak Perlu Setiap permintaan ke chatbot dan mesin cerdas membutuhkan daya komputasi.
Gunakan fitur AI secara bijak.
3. Dukung Riset dan Inovasi Efisiensi Energi Pilih perusahaan atau produk AI yang aktif berinvestasi dalam riset model hemat energi.
Dengan begitu, permintaan pasar akan teknologi hijau semakin tinggi.
4. Ikuti Perkembangan dan Edukasikan Lingkungan Sekitar Up-to-date dengan perkembangan teknologi sambil mengedukasi teman dan keluarga soal pentingnya jejak karbon AI adalah langkah kecil yang berdampak luas.
Mendorong Kolaborasi dan Regulasi
Para pakar lingkungan dan teknologi sepakat, kolaborasi antara pengembang, pemerintah, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan manfaat AI sambil meminimalkan dampaknya pada lingkungan (iea.org).
Regulasi yang transparan serta insentif untuk penggunaan energi terbarukan dinilai efektif agar industri bergerak lebih cepat ke arah hijau.
Bertambahnya kesadaran publik tentang jejak karbon AI merupakan kabar baik bagi bumi.
Dengan teknologi yang terus berkembang, solusi untuk AI yang lebih efisien dan ramah lingkungan juga semakin dekat.
Dalam waktu dekat, berbagai inovasi di sektor ini diprediksi akan mendorong perubahan besar dalam cara kita memanfaatkan kecerdasan buatan tanpa meninggalkan beban lingkungan yang berat.
Dapatkan Update Informasi Terbaru dari Kami dengan Ikuti Channel Telegram Kami VOXBLICK