Curhat ke ChatGPT: Aman atau Justru Berisiko Bocor?

Oleh VOXBLICK

Kamis, 07 Agustus 2025 - 04.45 WIB
Curhat ke ChatGPT: Aman atau Justru Berisiko Bocor?
Dilema Etis ChatGPT (Foto oleh Aleksandr Kadykov di Unsplash).

VOXBLICK.COM - ChatGPT dari OpenAI kini jadi teman setia banyak orang untuk mengatasi masalah personal, mulai dari membantu tugas kuliah, konsultasi seputar kesehatan mental, sampai sekadar mencari solusi masalah sehari hari.

Tapi, di balik kemudahan itu, muncul sederet pertanyaan etis yang nggak bisa diabaikan.

Sejumlah riset dan kasus nyata membuktikan, penggunaan AI seperti ChatGPT memang membawa manfaat instan, namun ada jebakan privasi dan dilema moral yang patut diperbincangkan.

AI Bantu Banyak, Tapi Ada Harga yang Harus Dibayar

Bicara soal kemudahan, ChatGPT memang jagonya.

Mahasiswa sekarang bisa menuntaskan tugas akademik dalam hitungan menit, bahkan tanpa harus baca buku tebal.

Penelitian yang dipublikasikan pada April 2023 menyoroti, AI seperti ChatGPT mempercepat proses belajar dan memudahkan akses informasi kapan saja (Nature).

Tapi, kemudahan ini justru menimbulkan kekhawatiran baru.

Ketergantungan pada AI bikin banyak mahasiswa kehilangan motivasi belajar mandiri.

Mereka jadi kurang kritis dan lebih suka solusi instan, tanpa proses berpikir panjang.

Nggak cuma itu, masalah privasi pun semakin rawan.

Data yang dimasukkan ke ChatGPT bisa saja tersimpan dan diproses oleh sistem OpenAI.

Risiko kebocoran data makin nyata, apalagi jika pengguna memasukkan informasi sensitif, seperti masalah psikologis atau identitas pribadi.

Pada Mei 2025, sebuah studi menyebutkan kebocoran data akibat AI berdampak langsung pada mahasiswa dan memicu problem etika serius dalam dunia pendidikan (ScienceDirect).

Masalah Etika: Batasan AI Membantu Urusan Pribadi

Kasus-kasus nyata mulai bermunculan.

Ada mahasiswa yang curhat soal masalah keluarga ke ChatGPT, berharap dapat saran netral dan solutif.

Tapi, AI bukan psikolog profesional—saran yang diberikan bisa saja keliru, bahkan berbahaya jika diikuti mentah-mentah.

Di sinilah pentingnya pengawasan dan pemahaman tentang batasan AI.

Tantangan etika makin tajam ketika ChatGPT digunakan untuk membuat karya tulis, presentasi, atau bahkan skripsi.

Banyak dosen mengeluhkan sulitnya membedakan karya orisinil dengan hasil bantuan AI.

Ketergantungan ini bisa menggerus nilai kejujuran dan orisinalitas dalam dunia akademik.

Menurut riset Simon (2022), AI memang punya potensi melebihi manusia dalam beberapa tugas spesifik, tapi tetap ada garis merah yang harus dijaga supaya tidak terjadi penyalahgunaan (ACM Digital Library).

Penerapan AI di Pendidikan: Manfaat vs. Risiko

Di ruang-ruang kelas, ChatGPT mulai jadi andalan.

Guru dan dosen menggunakannya untuk mengembangkan materi ajar, sementara murid memanfaatkan AI sebagai mentor digital.

Studi kasus yang dilakukan pada 2024 menegaskan bahwa AI membantu mahasiswa mengasah keterampilan komunikasi dan pemecahan masalah.

Tapi, di sisi lain, muncul kekhawatiran soal penurunan kualitas berpikir kritis dan kemampuan sosial (Taylor & Francis).

Isu etis lain yang nggak kalah penting adalah soal pelanggaran privasi.

Mahasiswa dan dosen harus sadar bahwa setiap interaksi dengan ChatGPT bisa terekam dan berpotensi digunakan untuk kepentingan lain.

Pada artikel yang terbit Januari 2024, disebutkan bahwa pemahaman soal kebijakan privasi AI masih minim di kalangan pengguna.

Padahal, risiko penyalahgunaan data pribadi sangat nyata jika tidak ada pengawasan ketat.

students using ChatGPT AI on laptop in classroom with privacy warning visual
Foto oleh 和国 谢 di Unsplash

Fake Content dan Manipulasi: Sisi Gelap AI yang Tak Terhindarkan

Bukan rahasia lagi, ChatGPT dan AI generatif lain bisa dimanfaatkan untuk membuat konten palsu.

Kasus pembuatan gambar tak senonoh secara ilegal menggunakan AI pernah menghebohkan publik pada Mei 2024. Praktik seperti ini menunjukkan, AI bisa jadi senjata bermata dua—jika digunakan tanpa etika, dampaknya bisa merugikan banyak pihak.

Pelaku kejahatan digital mudah memanfaatkan AI untuk manipulasi informasi, pencemaran nama baik, hingga penipuan daring.

Masalah ini bukan semata mata soal teknologi, tapi juga soal kesadaran sosial.

Pengguna harus paham kalau setiap input yang diberikan ke ChatGPT bisa disalahgunakan jika jatuh ke tangan yang salah.

Oleh sebab itu, penting untuk selalu mempertimbangkan aspek keamanan dan etika sebelum menggunakan AI dalam urusan sensitif.

Langkah-Langkah Mengurangi Risiko dan Dilema Etis

Beberapa solusi mulai dikembangkan untuk mengurangi dampak negatif penggunaan ChatGPT.

Lembaga pendidikan kini menerapkan kebijakan penggunaan AI yang lebih ketat.

Ada juga pelatihan literasi digital yang mengajarkan mahasiswa cara menggunakan AI secara bijak dan bertanggung jawab.

Transparansi dari pihak OpenAI dalam pengelolaan data dan algoritma juga jadi tuntutan utama banyak pihak.

Selain itu, pengawasan dari pemerintah dan institusi sangat dibutuhkan.

Kebijakan yang jelas tentang perlindungan data pribadi, serta penegakan hukum terhadap pelanggaran etika AI, harus segera diterapkan.

Masyarakat juga perlu didorong untuk lebih kritis dan tidak menelan mentah-mentah setiap jawaban dari ChatGPT.

Diskusi terbuka tentang batasan dan manfaat AI wajib digalakkan agar pemanfaatan teknologi ini tetap di jalur yang benar.

Opini dari beberapa pakar teknologi menyebutkan, AI seperti ChatGPT bisa memberikan manfaat besar asalkan penggunaannya diawasi dan diatur dengan standar etika yang jelas.

Risiko kebocoran data, manipulasi informasi, dan ketergantungan pada solusi instan tetap harus diwaspadai.

Setiap pihak, baik pengguna individu, institusi pendidikan, maupun pengembang AI, punya tanggung jawab bersama untuk menciptakan ekosistem digital yang aman, etis, dan bermanfaat.

Penggunaan ChatGPT dan OpenAI memang membuka peluang baru dalam mengatasi masalah personal, tapi jangan sampai kita mengabaikan risiko tersembunyi yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.

Selalu pertimbangkan keamanan, privasi, dan etika sebelum memutuskan menyerahkan masalah pribadi pada kecerdasan buatan.

Dapatkan Update Informasi Terbaru dari Kami dengan Ikuti Channel Telegram Kami VOXBLICK

×