Mengguncang Dunia! Kisah Perdebatan Pusat Alam Semesta dari Yunani ke Copernicus

Oleh VOXBLICK

Kamis, 09 Oktober 2025 - 01.45 WIB
Mengguncang Dunia! Kisah Perdebatan Pusat Alam Semesta dari Yunani ke Copernicus
Perdebatan Pusat Alam Semesta (Foto oleh Anne O'Sullivan)

VOXBLICK.COM - Dunia sejarah penuh dengan kisah menarik, konflik, dan transformasi yang membentuk peradaban kita. Salah satu perdebatan paling menggemparkan dalam sejarah ilmu pengetahuan adalah soal: di manakah pusat alam semesta? Perdebatan ini bukan sekadar soal bintang dan planet, melainkan tentang bagaimana manusia memahami tempatnya di jagat rayasebuah kisah yang melibatkan filsuf Yunani kuno, penguasa gereja, hingga ilmuwan revolusioner seperti Copernicus. Mari kita menyelami jejak-jejak pemikiran yang telah mengguncang dunia dan mengubah arah sejarah manusia.

Geosentris: Pandangan Yunani Kuno tentang Alam Semesta

Sejak abad ke-4 SM, filsuf-filsuf Yunani seperti Aristoteles (384–322 SM) dan astronom Ptolemaeus (sekitar 100–170 M) meletakkan dasar pemahaman kosmos melalui model geosentris.

Dalam model ini, Bumi diyakini sebagai pusat alam semesta, dikelilingi oleh planet, Matahari, dan bintang-bintang. Model Ptolemaik ini didukung oleh pengamatan sederhana: semua benda langit nampak bergerak mengelilingi Bumi setiap hari.

Menurut Encyclopedia Britannica, karya monumental Ptolemaeus, Almagest, menjadi rujukan utama astronomi selama lebih dari 1.400 tahun. Gereja-gereja besar di Eropa pun menerima model ini, karena sejalan dengan keyakinan religius bahwa manusia adalah pusat ciptaan.

Mengguncang Dunia! Kisah Perdebatan Pusat Alam Semesta dari Yunani ke Copernicus
Mengguncang Dunia! Kisah Perdebatan Pusat Alam Semesta dari Yunani ke Copernicus (Foto oleh Mohammad Reza)

Benih Keraguan: Tantangan dari Pengamatan Baru

Namun, seiring berkembangnya pengamatan dan alat astronomi, benih keraguan mulai tumbuh.

Beberapa astronom Arab dan Persia pada abad pertengahan, seperti Al-Battani (858–929) dan Al-Tusi (1201–1274), menemukan ketidaksesuaian antara prediksi model Ptolemaik dan gerakan planet sesungguhnya. Meski demikian, mereka tetap mempertahankan kerangka geosentris, hanya memperbaikinya agar lebih akurat.

  • Al-Tusi mengembangkan Tusi-couple untuk menjelaskan gerak planet yang tak dapat dijelaskan model lama.
  • Al-Battani memperbaiki data tentang gerak Matahari dan bulan, meletakkan dasar bagi pengamatan berikutnya.

Pada masa itu, mempertanyakan pusat alam semesta bukan hanya soal ilmiah, tetapi juga bisa mengancam keselamatan, karena bertentangan dengan doktrin gereja maupun kepercayaan masyarakat luas.

Copernicus: Memutarbalikkan Dunia dengan Model Heliosentris

Tahun 1543 menjadi titik balik sejarah ketika Nicolaus Copernicus (1473–1543), seorang ilmuwan Polandia, menerbitkan De revolutionibus orbium coelestiumsebuah karya yang mengguncang dunia.

Copernicus mengusulkan model heliosentris: Matahari, bukan Bumi, adalah pusat alam semesta, dan planet-planet (termasuk Bumi) berputar mengelilinginya.

Meski teorinya masih memiliki kekurangan dan belum didukung data pengamatan yang cukup presisi, model Copernicus menawarkan penjelasan yang lebih sederhana dan logis atas gerak planet yang aneh (retrograde motion).

Penolakan keras datang dari berbagai pihak, terutama gereja Katolik, yang merasa posisi manusia sebagai pusat ciptaan terancam.

  • 1543: Copernicus wafat, De revolutionibus terbit.
  • 1616: Gereja Katolik secara resmi melarang ajaran heliosentris.
  • Galileo Galilei dan Johannes Kepler kemudian memperkuat dan membuktikan model heliosentris lewat pengamatan teleskopis dan hukum gerak planet.

Revolusi Ilmiah dan Dampaknya pada Peradaban

Perdebatan tentang pusat alam semesta menjadi pemicu Revolusi Ilmiah di Eropa abad ke-16 dan 17. Tidak hanya mengubah ilmu astronomi, namun juga memengaruhi cara manusia memandang dirinya sendiri.

Manusia bukan lagi pusat jagat raya, melainkan bagian kecil dari semesta yang luas dan penuh misteri.

Penerimaan model heliosentris menandai lahirnya metode ilmiah modern: pengamatan, eksperimen, dan keraguan terhadap dogma lama.

Sejarah mencatat, Galileo dihukum tahanan rumah karena mendukung Copernicus, sementara Kepler dengan gigih membuktikan hukum gerak planet yang akurat. Transformasi ini menginspirasi lahirnya sains modern dan membuka jalan bagi tokoh-tokoh seperti Newton dan Einstein.

Refleksi: Belajar dari Perjalanan Sejarah Kosmos

Kisah perdebatan pusat alam semesta adalah cermin perjalanan manusia dalam mencari kebenaran, diwarnai keberanian, konflik, dan penemuan yang mengubah dunia.

Dari pemahaman geosentris Yunani hingga heliosentris Copernicus, sejarah ini mengajak kita untuk membuka pikiran, siap mempertanyakan keyakinan lama, dan menghargai upaya para pemikir yang berani melawan arus demi kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap perubahan sudut pandang menuntun kita untuk lebih rendah hati di hadapan alam semesta, menyadari betapa luasnya pengetahuan yang masih menanti untuk dijelajahi.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0