Menguak Dampak Sosial Ekonomi Pergeseran Sistem Moneter Kerajaan Majapahit

Oleh VOXBLICK

Jumat, 10 Oktober 2025 - 02.35 WIB
Menguak Dampak Sosial Ekonomi Pergeseran Sistem Moneter Kerajaan Majapahit
Dampak pergeseran moneter Majapahit (Foto oleh Artem Podrez)

VOXBLICK.COM - Jauh sebelum gemuruh transaksi digital mendominasi kehidupan, peradaban-peradaban kuno telah bergulat dengan kompleksitas ekonomi dan sistem moneternya. Salah satu kisah paling memukau datang dari Nusantara, dari jantung Kerajaan Majapahit, sebuah imperium maritim yang membentang luas. Pergeseran sistem moneter di Majapahit bukan sekadar perubahan alat tukar ia adalah cermin dari dinamika sosial, ekonomi, dan politik yang membentuk salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Asia Tenggara. Menguak dampak sosial ekonomi dari transformasi ini membawa kita pada pemahaman mendalam tentang bagaimana sebuah inovasi dapat merombak struktur masyarakat, dari petani di desa terpencil hingga para bangsawan di istana.

Kerajaan Majapahit, yang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14 di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, dikenal sebagai pusat perdagangan yang makmur.

Awalnya, ekonomi Majapahit sangat bergantung pada sistem barter yang diperkuat oleh penggunaan benda-benda berharga seperti biji-bijian, rempah-rempah, dan logam mulia seperti emas dan perak dalam bentuk batangan atau koin yang dicetak secara lokal. Selain itu, kulit kerang (cowrie shells) juga berfungsi sebagai alat tukar untuk transaksi sehari-hari yang lebih kecil. Sistem ini, meskipun fungsional, memiliki keterbatasan dalam hal standardisasi, portabilitas, dan kemudahan transaksi skala besar, terutama dalam perdagangan internasional yang terus berkembang pesat.

Menguak Dampak Sosial Ekonomi Pergeseran Sistem Moneter Kerajaan Majapahit
Menguak Dampak Sosial Ekonomi Pergeseran Sistem Moneter Kerajaan Majapahit (Foto oleh Mehmet Turgut Kirkgoz)

Kedatangan Koin Tembaga Tiongkok: Revolusi Ekonomi

Titik balik signifikan dalam sistem moneter Majapahit adalah masifnya penggunaan koin tembaga Tiongkok, yang dikenal sebagai “kepeng” atau “picis”. Koin-koin ini mulai masuk ke Nusantara dalam jumlah besar seiring dengan intensifikasi hubungan perdagangan antara Majapahit dan Dinasti Yuan serta Ming. Keunggulan kepeng terletak pada keseragamannya, nilai yang relatif stabil, dan kemudahan pembagiannya untuk transaksi kecil. Koin-koin ini memiliki lubang di tengah, memungkinkan untuk diikat menjadi satu rangkaian, memudahkan penyimpanan dan perhitungan. Peneliti sejarah seperti Encyclopedia Britannica dan arsip-arsip sejarah mencatat bagaimana koin-koin asing ini secara bertahap menggantikan sistem barter dan koin lokal yang kurang terstandardisasi.

Pergeseran ini bukan tanpa alasan. Permintaan akan alat tukar yang lebih efisien tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi Majapahit yang didorong oleh pertanian subur dan perdagangan maritim yang ramai.

Koin tembaga Tiongkok menyediakan solusi praktis yang diterima secara luas, tidak hanya oleh pedagang lokal tetapi juga oleh pedagang asing, memperlancar arus barang dan jasa di seluruh pelosok kerajaan.

Dampak Sosial Ekonomi bagi Rakyat Jelata

Perubahan sistem moneter ini memiliki implikasi mendalam bagi kehidupan sehari-hari rakyat Majapahit:

  • Aksesibilitas dan Standardisasi: Koin kepeng yang kecil dan bernilai rendah membuat transaksi sehari-hari menjadi jauh lebih mudah bagi semua lapisan masyarakat. Petani dapat menjual hasil panen mereka dan membeli kebutuhan pokok tanpa harus menukar barang secara langsung, mengurangi kerumitan dan ketidakpastian nilai.
  • Peningkatan Mobilitas Ekonomi: Dengan adanya alat tukar yang seragam, perdagangan antardaerah dan antarpulau semakin lancar. Pedagang kecil dapat membawa dagangan mereka lebih jauh dan menukarnya dengan koin yang diterima di mana-mana, membuka peluang ekonomi baru dan meningkatkan kesejahteraan.
  • Perubahan Struktur Sosial: Kemudahan transaksi dengan koin juga dapat memicu spesialisasi pekerjaan. Masyarakat tidak lagi harus memproduksi semua kebutuhan mereka sendiri, melainkan dapat fokus pada satu jenis produksi dan menukarnya dengan koin untuk membeli barang lain. Ini berpotensi memperkuat kelas pedagang dan pengrajin.
  • Potensi Inflasi dan Ketidakstabilan: Meskipun membawa banyak manfaat, ketergantungan pada mata uang asing juga membawa risiko. Jika pasokan koin dari Tiongkok terganggu atau jika ada perubahan nilai tukar yang signifikan, ekonomi Majapahit bisa rentan terhadap inflasi atau deflasi, yang dapat merugikan rakyat, terutama mereka yang berpenghasilan tetap.
  • Administrasi Pajak yang Lebih Efisien: Bagi kerajaan, sistem koin mempermudah pengumpulan pajak dan upeti. Alih-alih menerima hasil bumi atau barang, kerajaan bisa menuntut pembayaran dalam bentuk koin, yang lebih mudah dihitung, disimpan, dan digunakan untuk membiayai proyek-proyek besar, militer, dan administrasi.

Stabilitas dan Kekuatan Kerajaan

Dari perspektif kerajaan, pergeseran sistem moneter ini adalah anugerah. Kemampuan untuk mengumpulkan pajak dalam mata uang yang terstandardisasi memberikan Majapahit kendali yang lebih besar atas sumber daya dan keuangan.

Ini memungkinkan kerajaan untuk:

  • Mendanai Ekspansi Militer: Dengan pendapatan yang lebih stabil dan mudah dikelola, Majapahit dapat membiayai armada laut yang kuat dan pasukan darat yang besar, elemen krusial dalam ambisi ekspansionis Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara.
  • Membangun Infrastruktur: Koin tembaga memfasilitasi pembayaran upah pekerja untuk proyek-proyek pembangunan besar seperti candi, jalan, dan irigasi, yang semuanya mendukung kemakmuran dan stabilitas kerajaan.
  • Memperkuat Hubungan Diplomatik dan Perdagangan: Adanya sistem moneter yang kompatibel dengan mitra dagang utama seperti Tiongkok mempererat hubungan ekonomi dan politik, mengamankan jalur perdagangan vital dan sumber daya strategis.
  • Sentralisasi Kekuasaan: Pengendalian atas sistem moneter adalah salah satu pilar utama kekuasaan pusat. Dengan mengadopsi dan mengintegrasikan koin asing ini, kerajaan secara tidak langsung memperkuat otoritasnya dalam mengatur ekonomi dan kehidupan masyarakatnya.

Dampak Jangka Panjang dan Warisan

Pergeseran sistem moneter di Majapahit adalah bukti adaptasi dan inovasi yang luar biasa dalam menghadapi tuntutan zaman. Meskipun Majapahit akhirnya runtuh karena berbagai faktor internal dan eksternal, warisan dari sistem moneternya tetap terasa.

Koin-koin kepeng terus digunakan di Nusantara hingga berabad-abad setelah keruntuhan Majapahit, menunjukkan betapa kuatnya dampak dan integrasinya dalam perekonomian lokal. Perjalanan Majapahit dari barter ke koin tembaga Tiongkok adalah pelajaran berharga tentang bagaimana perubahan ekonomi dapat memicu transformasi sosial yang luas, membentuk peradaban, dan meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah.

Mempelajari kisah Majapahit dan pergeseran sistem moneternya bukan hanya sekadar kilas balik ke masa lalu.

Ini adalah kesempatan untuk memahami bahwa setiap perubahan, sekecil apa pun dalam sistem ekonomi, memiliki riak yang menjalar ke seluruh sendi masyarakat. Sejarah mengajarkan kita tentang adaptasi, resiliensi, dan konsekuensi dari pilihan-pilihan kolektif, mengingatkan kita untuk senantiasa menghargai perjalanan waktu yang telah membentuk dunia kita saat ini.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0