Sony Gugat Tencent: Tuduhan Plagiarisme yang Mengguncang Dunia Game

VOXBLICK.COM - Di akhir tahun lalu, komunitas gaming dihebohkan dengan rilis trailer game terbaru dari Tencent berjudul Light of Motiram.
Banyak gamer, terutama penggemar franchise Horizon Zero Dawn, langsung menaruh curiga.
Bukan tanpa alasan—mulai dari desain karakter, dunia pasca-apokaliptik, hingga mekanik gameplay, semuanya nyaris identik dengan karya besar Sony, Horizon Zero Dawn.
Kini, Sony resmi membawa kasus ini ke jalur hukum, menandai babak baru persaingan besar antar raksasa industri game.
Tuduhan Plagiarisme yang Mencoreng Kreativitas
Bagi kamu yang mengikuti perkembangan dunia game, plagiarisme adalah isu sensitif yang bisa berdampak besar pada reputasi dan kepercayaan.
Menurut laporan dari gamesindustry.biz, Sony mengajukan gugatan dengan dalih "plagiarisme terang-terangan" terhadap Tencent terkait Light of Motiram yang dinilai meniru hampir seluruh aspek dari Horizon Zero Dawn—baik dari segi narasi, desain karakter utama wanita, hingga lingkungan dunia game yang kaya dengan makhluk mekanik.
Tak hanya dari pihak Sony, komunitas gamer global juga menyoroti kemiripan ini di berbagai forum seperti Reddit dan ResetEra.
Banyak yang merasa inovasi orisinal seharusnya lebih dihargai di industri game yang kini semakin kompetitif.
Kepentingan Bisnis dan Persaingan Global
Sony Interactive Entertainment (SIE) dan Tencent, dua perusahaan teknologi besar, memiliki posisi strategis di pasar game dunia.
Menurut riset Statista, pendapatan industri video game global pada 2023 diprediksi melampaui USD 300 miliar (statista.com).
Dalam kompetisi sebesar ini, tudingan plagiarisme bisa menjadi ancaman serius bagi kredibilitas perusahaan sekaligus mendorong regulasi hak kekayaan intelektual yang lebih ketat.
Dosen Ilmu Hukum Universitas Indonesia, Dr. Ade Maman Suherman, SH, mengungkapkan dalam artikel di kompas.com, "Hak cipta dalam industri kreatif, termasuk video game, adalah fondasi bagi inovasi. Tanpa perlindungan yang jelas dan penegakan hukum yang tegas, ekosistem kreatif rentan stagnan."
Bagaimana Aturan Plagiarisme Game Diterapkan?
Di tingkat internasional, hak kekayaan intelektual diatur oleh World Intellectual Property Organization (WIPO).
Namun, ruang lingkup perlindungan untuk video game sering menimbulkan debat, apalagi terkait inspirasi dan batas peniruan desain—yang kadang bersinggungan dengan kebebasan berkreasi.
"Game design copyright claims are notoriously difficult to litigate, especially when it comes to mechanics and visual style," ujar advokat Chris Reed dalam wawancara untuk polygon.com.
Kasus Sony vs Tencent bisa menjadi preseden penting.
Jika pengadilan memutuskan Light of Motiram memang menjiplak Horizon Zero Dawn, keputusan ini kemungkinan akan memperkuat posisi developer kreatif dan mendorong studio-studio besar untuk lebih berhati-hati mengembangkan produk baru.Â
Dampak Bagi Pengembang Game Independen
Persaingan antar korporasi raksasa seperti Sony dan Tencent kerap menimbulkan efek domino ke pengembang indie.
Menurut survei International Game Developers Association (IGDA), 67% pengembang independen merasa terancam jika ide atau mekanisme game mereka diambil begitu saja oleh perusahaan besar (igda.org).
Hal ini mempertegas pentingnya perlindungan hukum dan ekosistem inovasi yang sehat.
"Setiap developer berhak atas ciptaan dan orisinalitas mereka.
Saling menghargai kreativitas justru akan memacu pertumbuhan industri yang lebih sehat," jelas Dr. Casey O'Donnell, peneliti game culture dari Michigan State University dalam jurnal Games & Culture (sagepub.com).
Bukan Kasus Pertama, Tapi Bisa Jadi yang Terbesar
Plagiarisme di industri game bukan cerita baru.
Sebelumnya, kasus Epic Games dengan Fortnite dan PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG) menjadi contoh bagaimana batas tipis antara inspirasi dan peniruan seringkali memicu konflik hukum.
Namun, kasus Sony vs Tencent ini dinilai lebih besar karena melibatkan dua pemain global serta potensi kerugian nilai IP (Intellectual Property) yang sangat masif.
Selain itu, meningkatnya tekanan dari komunitas gamer dan media juga memicu perusahaan segera melakukan klarifikasi dan—jika perlu—aksi hukum cepat.
Tidak heran, saat trailer Light of Motiram dipublikasikan, gelombang kritik dan analisis perbandingan langsung memenuhi media sosial dan kanal berita.
Implikasi Jangka Panjang untuk Industri Game
Kasus ini bukan sekadar persoalan dua perusahaan besar.
Keputusan hukum nantinya dapat menentukan arah perlindungan IP di dunia game secara global.
Banyak ahli memprediksi, jika Sony menang, publisher lain akan semakin agresif menuntut hak cipta, sedangkan pihak pengembang akan lebih konservatif dalam mencari inspirasi dari produk sukses.
Namun, tidak sedikit pula yang mengingatkan agar semangat inovasi tetap dijaga.
"Kreativitas tumbuh dari saling menginspirasi, tapi harus tetap menjaga etika dan hak cipta," ungkap Prof. David Hesmondhalgh dari University of Leeds, dalam bukunya Creative Industries (routledge.com).
Dari kasus ini, jelas bahwa persaingan di industri game makin kompleks.
Bukan hanya soal teknologi, tapi juga perlombaan dalam menjaga orisinalitas, etika, dan hak kekayaan intelektual.
Gamer pun kini semakin kritis dan berperan penting dalam menentukan mana produk yang pantas didukung.
Sony vs Tencent adalah pengingat betapa pentingnya menghargai orisinalitas di era kreativitas tanpa batas.
Industri game perlu terus berbenah agar inovasi tetap subur tanpa harus mengorbankan keunikan setiap karya.
Dapatkan Update Informasi Terbaru dari Kami dengan Ikuti Channel Telegram Kami VOXBLICK