Tahun Politik Bikin Cemas IHSG Goyang Atau Cuan Datang


Kamis, 11 September 2025 - 16.15 WIB
Tahun Politik Bikin Cemas IHSG Goyang Atau Cuan Datang
Reaksi IHSG Tahun Politik (Foto oleh Aldrin Rachman Pradana di Unsplash).

VOXBLICK.COM - Setiap kali memasuki tahun politik, linimasa media sosial dan grup percakapan seolah dipenuhi kabut kecemasan, terutama bagi para investor muda. Berita utama yang bombastis dan analisis dadakan dari berbagai pihak seringkali melukiskan gambaran suram tentang masa depan pasar modal. Pertanyaan seperti Apakah sekarang waktu yang tepat untuk menjual semua saham? atau Haruskah saya berhenti investasi dulu sampai situasi politik stabil? menjadi sangat lazim. Ketakutan ini wajar, karena peristiwa politik memang membawa elemen ketidakpastian. Namun, sebagai seorang investor cerdas, keputusan tidak seharusnya dibuat berdasarkan kebisingan sesaat, melainkan berdasarkan data dan pemahaman historis. Mari kita bedah bersama, bagaimana sebenarnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kita bereaksi terhadap peristiwa politik besar seperti pemilu di masa lalu, dan apa pelajaran yang bisa kita petik untuk menavigasi investasi saham kita hari ini.

Memahami Hubungan Antara Politik dan Pasar Modal

Untuk memulainya, penting untuk mengerti mengapa panggung politik bisa mengguncang pasar modal. Hubungan keduanya bisa diibaratkan seperti cuaca dan seorang nelayan.

Cuaca yang cerah dan dapat diprediksi (stabilitas politik) membuat nelayan (investor) percaya diri untuk melaut dan menebar jala. Sebaliknya, badai yang akan datang (ketidakpastian politik) membuat nelayan ragu, bahkan memilih untuk menarik kapalnya ke darat. Ketidakpastian adalah musuh terbesar bagi investor. Sebuah peristiwa politik seperti pemilu membawa ketidakpastian mengenai siapa yang akan memimpin dan kebijakan apa yang akan diambil.

Kebijakan ekonomi, regulasi industri, perpajakan, hingga hubungan internasional, semuanya dapat berubah di bawah kepemimpinan baru. Perubahan ini bisa berdampak langsung pada kinerja perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa.

Misalnya, jika seorang kandidat berjanji akan menaikkan pajak untuk industri tertentu, maka saham perusahaan di sektor tersebut bisa mengalami tekanan. Sebaliknya, janji insentif untuk sektor energi terbarukan bisa menjadi sentimen positif bagi saham-saham terkait. Inilah yang menciptakan volatilitas pasar. Investor, baik lokal maupun asing, akan mencoba menerka arah kebijakan masa depan dan menyesuaikan portofolio mereka. Aksi jual atau beli dalam skala besar inilah yang membuat grafik IHSG bergerak naik-turun dengan tajam.

Namun, penting untuk dicatat bahwa reaksi pasar seringkali bersifat jangka pendek dan didorong oleh sentimen.

Ketika ketidakpastian mereda dan arah kebijakan menjadi lebih jelas setelah pemilu selesai, pasar cenderung kembali fokus pada fundamental ekonomi yang sesungguhnya, seperti pertumbuhan PDB, tingkat inflasi, dan kinerja laba emiten. Di sinilah letak kuncinya, membedakan antara kebisingan jangka pendek akibat peristiwa politik dan sinyal fundamental jangka panjang dari ekonomi.

Kilas Balik Sejarah IHSG di Tengah Badai Politik

Cara terbaik untuk menguji teori adalah dengan melihat data. Sejarah adalah laboratorium terbaik untuk melihat bagaimana IHSG merespons dinamika pemilu di Indonesia. Mari kita telusuri beberapa periode pemilu sebelumnya untuk melihat polanya.

Pemilu 2004 Era Transisi Demokrasi


Konteks pada tahun 2004 sangat unik. Ini adalah pertama kalinya Indonesia menyelenggarakan pemilihan presiden secara langsung.

Tingkat ketidakpastian politik sangat tinggi karena merupakan sebuah terobosan baru dalam sistem demokrasi kita. Banyak yang khawatir transisi ini akan berjalan alot dan menimbulkan gejolak. Apa yang terjadi pada IHSG? Di luar dugaan banyak orang, pasar modal menunjukkan optimisme. Sepanjang tahun 2004, IHSG justru melesat naik lebih dari 44%. Para investor melihat pemilu langsung sebagai langkah menuju stabilitas jangka panjang yang lebih baik, meskipun ada riak-riak jangka pendek. Ini adalah pelajaran pertama, bahwa ketidakpastian tidak selalu berujung pada hasil negatif di pasar saham.

Pemilu 2009 Stabilitas dan Pertumbuhan


Pemilu 2009 berlangsung dalam konteks yang berbeda.

Presiden petahana, Susilo Bambang Yudhoyono, kembali mencalonkan diri dan dianggap memiliki peluang besar untuk menang, yang berarti adanya keberlanjutan kebijakan. Namun, dunia saat itu baru saja dihantam Krisis Keuangan Global 2008. IHSG sempat anjlok parah pada akhir 2008. Memasuki tahun 2009, seiring dengan meredanya krisis global dan kejelasan politik dalam negeri, IHSG mengalami rebound yang luar biasa. Sepanjang tahun 2009, IHSG meroket sekitar 87%. Kemenangan SBY yang meyakinkan dalam satu putaran memberikan kepastian yang dibutuhkan pasar modal untuk melanjutkan pemulihannya. Pelajaran di sini adalah kepastian politik merupakan bahan bakar utama bagi kepercayaan investor.

Pemilu 2014 Persaingan Ketat dan Efek Jokowi


Tahun 2014 menyajikan drama politik yang sangat berbeda. Persaingan antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto sangat ketat dan membelah opini publik.

Volatilitas pasar terasa cukup signifikan menjelang hari pemilihan. Banyak investor mengambil sikap wait and see. IHSG sempat bergerak fluktuatif. Namun, setelah hasil pemilu diumumkan dan transisi kekuasaan berjalan damai, pasar merespons dengan sangat positif. Adanya optimisme terhadap kepemimpinan baru yang pro-bisnis dan fokus pada infrastruktur mendorong IHSG untuk kembali menguat. Di akhir tahun 2014, IHSG berhasil ditutup dengan kenaikan lebih dari 22%. Ini menunjukkan bahwa sekalipun proses pemilu diwarnai persaingan sengit, pasar akan kembali rasional dan bergerak naik jika hasilnya memberikan harapan positif bagi ekonomi.

Pemilu 2019 Pertarungan Ulang dan Kematangan Pasar


Pemilu 2019 adalah pertandingan ulang antara Jokowi dan Prabowo.

Meskipun tensi politik juga cukup tinggi, reaksi pasar modal terlihat lebih matang dan tidak sepanik tahun 2014. IHSG memang mengalami sedikit koreksi setelah pemilu akibat adanya sengketa hasil di Mahkamah Konstitusi. Namun, koreksi tersebut tidak berlangsung lama. Secara umum, volatilitas pasar lebih terkendali. Para investor, baik domestik maupun asing, tampaknya sudah lebih terbiasa dengan dinamika demokrasi di Indonesia. Mereka lebih fokus pada data fundamental ekonomi yang saat itu cukup solid. Ini membuktikan bahwa seiring berjalannya waktu, pasar menjadi lebih resilien terhadap kebisingan dari peristiwa politik.

Apa Kata Data dan Para Ahli?

Dari kilas balik sejarah di atas, sebuah pola umum mulai terlihat. Peristiwa politik seperti pemilu memang seringkali menciptakan volatilitas pasar dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka menengah hingga panjang, arah IHSG lebih ditentukan oleh fundamental ekonomi negara dan prospek pertumbuhan laba perusahaan. Riset dari berbagai sekuritas dan manajer investasi seringkali mengamini hal ini. Misalnya, analisis historis dari Mandiri Sekuritas beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa dalam enam penyelenggaraan pemilu terakhir, IHSG cenderung mencatatkan kinerja positif dalam periode 12 bulan setelah pemilu diselenggarakan.

Hal ini logis, karena setelah pemilu selesai, kabut ketidakpastian terbesar telah hilang. Pemerintah baru terbentuk, program kerja diumumkan, dan roda perekonomian kembali berjalan dengan arah yang lebih jelas. Lembaga seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas dan kepercayaan di pasar modal. Mereka memastikan bahwa mekanisme pasar berjalan dengan baik dan transparan, serta memberikan pernyataan yang menenangkan untuk meredam kepanikan investor yang tidak perlu. Tentu saja, sentimen pasar global juga memiliki andil besar, seperti yang kita lihat pada tahun 2009, di mana pemulihan dari krisis global menjadi pendorong utama di samping stabilitas politik domestik.

Strategi Cerdas Investor Muda Menghadapi Tahun Politik

Mengetahui pola historis ini tentu memberikan kita perspektif yang lebih tenang. Alih-alih panik, kita bisa menggunakan momen volatilitas pasar ini sebagai sebuah peluang.

Berikut adalah beberapa langkah strategis yang bisa diterapkan, terutama oleh investor pemula dan profesional muda.



  • 1. Jangan Panik dan Hindari Keputusan Emosional


    Ini adalah aturan nomor satu dalam investasi saham, dan menjadi lebih krusial lagi selama periode peristiwa politik. Melihat portofolio Anda merah karena gejolak sesaat bisa membuat gatal untuk menjual semuanya. Ingat kembali data historis, pasar cenderung pulih dan melanjutkan tren naiknya setelah ketidakpastian mereda. Menjual di saat panik seringkali berarti merealisasikan kerugian di harga terendah.


  • 2. Fokus pada Fundamental Jangka Panjang


    Alihkan fokus Anda dari berita utama politik ke laporan keuangan perusahaan. Apakah perusahaan tempat Anda berinvestasi memiliki model bisnis yang kuat? Apakah labanya terus bertumbuh? Apakah utangnya sehat? Perusahaan yang hebat akan tetap menjadi perusahaan yang hebat terlepas dari siapa pun yang sedang berkuasa. Kebisingan politik bersifat sementara, kualitas fundamental bersifat jangka panjang.


  • 3. Terapkan Dollar Cost Averaging (DCA)


    Strategi ini adalah senjata terbaik untuk melawan volatilitas pasar. DCA berarti Anda menginvestasikan sejumlah uang yang sama secara rutin (misalnya, setiap bulan) ke dalam instrumen investasi pilihan Anda, terlepas dari harga pasar saat itu. Saat pasar turun karena sentimen politik, uang Anda akan membeli lebih banyak unit saham. Saat pasar naik, Anda tetap membeli. Secara jangka panjang, strategi ini dapat mengurangi harga beli rata-rata Anda dan meminimalisir risiko salah waktu masuk pasar. Ini adalah cara disiplin untuk terus berinvestasi tanpa perlu menebak-nebak arah IHSG.


  • 4. Lakukan Diversifikasi Portofolio Anda


    Jangan menaruh semua telur Anda dalam satu keranjang. Sebar investasi Anda ke berbagai sektor yang berbeda. Beberapa sektor mungkin lebih sensitif terhadap perubahan kebijakan politik (misalnya konstruksi, pertambangan), sementara sektor lain mungkin lebih defensif (misalnya barang konsumsi primer, kesehatan). Dengan diversifikasi, jika satu sektor sedang tertekan, sektor lain di portofolio Anda mungkin dapat menopangnya. Ini membantu menyeimbangkan risiko dalam investasi saham.


  • 5. Siapkan Dana Darurat dan Uang Dingin


    Pastikan Anda hanya berinvestasi menggunakan uang dingin, yaitu uang yang tidak akan Anda butuhkan dalam waktu dekat. Selain itu, memiliki dana darurat yang cukup akan memberi Anda ketenangan pikiran sehingga Anda tidak terpaksa menjual investasi di waktu yang salah. Lebih jauh lagi, memiliki cadangan kas bisa menjadi sebuah keuntungan. Jika pasar modal mengalami koreksi tajam akibat kepanikan sesaat, Anda justru memiliki amunisi untuk membeli saham-saham berkualitas dengan harga diskon.

Pada akhirnya, tahun politik bukanlah sesuatu yang harus ditakuti oleh investor, melainkan sebuah dinamika yang harus dipahami.

Sejarah telah berulang kali menunjukkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia dan pasar modal kita cukup kuat untuk melewati berbagai gejolak. Bagi investor jangka panjang, riak-riak yang disebabkan oleh peristiwa politik seringkali terbukti hanya sebagai gangguan kecil dalam grafik pertumbuhan jangka panjang. Dengan tetap tenang, fokus pada tujuan finansial, dan berpegang pada strategi investasi yang solid, Anda tidak hanya akan bertahan, tetapi juga berpotensi menemukan peluang di tengah ketidakpastian.

Penting untuk diingat bahwa setiap periode memiliki konteks uniknya sendiri dan kinerja masa lalu tidak menjamin hasil di masa depan. Semua bentuk investasi memiliki spektrum risikonya masing-masing.

Informasi dalam tulisan ini bertujuan untuk edukasi dan menambah wawasan, bukan sebagai anjuran finansial untuk mengambil keputusan investasi tertentu. Selalu lakukan riset mendalam atau berkonsultasi dengan perencana keuangan profesional sebelum menempatkan dana Anda.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0