Bukan Liburan Biasa: 5 Destinasi Wisata Hijau Rahasia di Indonesia untuk Travel Cerdas 2025

Oleh Andre NBS

Minggu, 17 Agustus 2025 - 17.10 WIB
Bukan Liburan Biasa: 5 Destinasi Wisata Hijau Rahasia di Indonesia untuk Travel Cerdas 2025
Bukan Liburan Biasa: 5 Destinasi Hijau Rahasia di Indonesia untuk Travel Cerdas 2025

VOXBLICK.COM - Pernahkah kamu merasa lelah setelah liburan, bukan karena capek fisik, tapi karena keramaian dan jejak yang kita tinggalkan? Di tahun 2025, tren perjalanan bergeser.

Ini bukan lagi soal menaklukkan sebanyak mungkin tempat, melainkan tentang koneksi yang lebih dalam dan meninggalkan dampak positif. Sektor pariwisata global menyumbang sekitar 8-11% dari total emisi gas rumah kaca, sebuah fakta yang diungkapkan oleh World Travel & Tourism Council (WTTC). Angka ini memaksa kita untuk berpikir ulang.

Inilah saatnya untuk melakukan wisata rendah karbon, sebuah petualangan yang tidak hanya memperkaya jiwa tetapi juga merawat bumi. Lupakan daftar destinasi yang itu-itu saja.

Kami telah merangkum lima destinasi hijau tersembunyi di Indonesia yang menawarkan pengalaman pariwisata berkelanjutan sejati.

1. Desa Wae Rebo, Flores: Menyatu dengan Awan di Atas Langit

Tersembunyi di balik pegunungan Flores yang megah, Wae Rebo bukan sekadar desa; ini adalah sebuah pengalaman. Perjalanan menuju desa adat yang telah diakui UNESCO ini adalah bagian dari petualangan itu sendiri.

Kamu harus trekking selama beberapa jam menembus hutan lebat, diiringi kicauan burung endemik. Namun, semua lelah akan terbayar lunas saat kamu melihat tujuh rumah adat Mbaru Niang yang ikonik, menjulang dengan atap kerucutnya yang khas menembus kabut.

Pengalaman Otentik yang Tak Terlupakan

Di Wae Rebo, kamu tidak akan menemukan hotel mewah.

Pengalaman menginapmu adalah di dalam Mbaru Niang itu sendiri, bersama warga lokal dan pelancong lain. Inilah inti dari wisata komunitas, di mana kamu bisa merasakan langsung kehidupan sehari-hari masyarakat Manggarai. Ikutlah dalam proses memetik, menyangrai, hingga menumbuk kopi secara tradisional. Kopi Flores yang terkenal itu terasa jauh lebih nikmat saat kamu terlibat langsung dalam prosesnya.

Ini adalah bentuk pelestarian budaya yang nyata, di mana tradisi dijaga tetap hidup melalui pariwisata. Model wisata berbasis masyarakat ini memastikan bahwa pendapatan langsung diterima oleh komunitas, memberdayakan mereka untuk menjaga warisan leluhur dan lingkungan sekitarnya.

Akomodasi dan Transportasi Ramah Lingkungan

Konsep akomodasi ramah lingkungan di sini bukanlah tentang sertifikasi, melainkan tentang cara hidup.

Kamu tidur di atas tikar pandan, makan hidangan sederhana yang dimasak dengan kayu bakar, dan menggunakan air dari sumber mata air pegunungan. Listrik terbatas, hanya menyala beberapa jam di malam hari dari genset, mendorong kita untuk lebih hemat energi. Untuk transportasi, pilihannya adalah transportasi bersama dari Labuan Bajo menuju Desa Denge, desa terakhir yang bisa dijangkau kendaraan.

Dari sana, kakimu adalah satu-satunya alat transportasi. Kebijakan pengurangan sampah sangat ditekankan; setiap pengunjung wajib membawa kembali sampahnya ke kota.

Tips dan Estimasi Biaya

Perjalanan ke Wae Rebo membutuhkan perencanaan. Sewa pemandu lokal dari Desa Denge sangat disarankan. Biaya menginap per malam biasanya sekitar Rp 325.000 per orang, sudah termasuk makan 3 kali.

Biaya pemandu dan ojek dari Denge ke titik awal trekking bervariasi. Total, siapkan sekitar Rp 1.500.000 - Rp 2.500.000 dari Labuan Bajo untuk perjalanan 2 hari 1 malam.

Harap dicatat bahwa harga dan kondisi bisa berubah, jadi selalu konfirmasi terlebih dahulu.

2. Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan: Menyusuri Sungai Hitam Bersama Orangutan

Bayangkan dirimu berada di atas perahu kayu bernama klotok, menyusuri sungai berwarna gelap yang membelah hutan hujan tropis lebat. Suara mesin perahu yang khas berpadu dengan panggilan owa dan pekikan burung rangkong.

Ini adalah pengalaman inti di Taman Nasional Tanjung Puting, salah satu pusat konservasi alam terpenting di dunia untuk orangutan. Ini bukan kebun binatang; ini adalah rumah mereka, dan kita adalah tamunya.

Konservasi Alam yang Bisa Kamu Saksikan Langsung

Perjalananmu di sini adalah sebuah ekspedisi eco-tourism yang sesungguhnya.

Kamu akan mengunjungi beberapa stasiun rehabilitasi orangutan, seperti Camp Leakey yang legendaris, yang didirikan oleh Dr. Birutė Galdikas. Menyaksikan orangutan liar bergelantungan dari pohon ke pohon atau datang ke feeding platform adalah momen magis yang akan mengubah perspektifmu tentang satwa liar.

Perjalanan ini secara langsung mendukung upaya konservasi alam karena sebagian biaya tur disalurkan untuk operasional taman nasional dan program perlindungan. Ini adalah contoh sempurna bagaimana wisata berbasis alam dapat menjadi alat yang kuat untuk pelestarian.

Pilihan Cerdas untuk Perjalanan Berkelanjutan

Kunci dari perjalanan berkelanjutan di Tanjung Puting adalah memilih operator tur klotok yang bertanggung jawab.

Carilah operator yang mempekerjakan kru lokal, menggunakan bahan makanan dari pasar lokal, dan memiliki kebijakan pengelolaan sampah yang jelas. Banyak klotok kini mulai mengadopsi panel surya sebagai sumber energi terbarukan untuk penerangan di malam hari, mengurangi ketergantungan pada genset yang berisik dan berpolusi.

Dengan memilih secara bijak, kamu memastikan bahwa perjalananmu memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat lokal yang hidup di sekitar taman nasional.

Tips dan Estimasi Biaya

Paket tur klotok biasanya berdurasi 3 hari 2 malam, dengan biaya mulai dari Rp 2.500.000 hingga Rp 4.000.000 per orang, tergantung fasilitas. Biaya ini umumnya sudah mencakup semua (perahu, kru, makan, tiket masuk, pemandu).

Bawa losion anti nyamuk ramah lingkungan, topi, dan pakaian berwarna netral. Jangan lupa, sinyal seluler akan hilang begitu kamu memasuki sungai, jadi nikmatilah detoks digital sepenuhnya.

3. Pulau Weh, Aceh: Surga Bawah Laut di Titik Nol Indonesia

Di ujung paling barat Indonesia, Pulau Weh di Sabang adalah sebuah permata bagi para penyelam dan pencinta laut.

Jauh dari hiruk pikuk destinasi wisata pantai mainstream, pulau ini menawarkan keindahan bawah laut yang masih sangat terjaga. Sebagai gerbang Selat Malaka, arusnya yang kuat membawa nutrisi yang kaya, menciptakan ekosistem laut yang luar biasa beragam.

Ini adalah destinasi hijau yang ideal untuk para petualang bahari.

Menyelam Bertanggung Jawab di Perairan Jernih

Terumbu karang di sekitar Pulau Weh adalah rumah bagi ribuan spesies ikan, kura-kura, dan bahkan hiu. Banyak operator selam di sini yang sangat sadar akan pentingnya pariwisata berkelanjutan.

Mereka menerapkan praktik penyelaman yang bertanggung jawab: tidak menyentuh karang, menjaga jarak aman dari biota laut, dan seringkali terlibat dalam program pembersihan bawah laut.

Menyelam di sini bukan hanya rekreasi, tapi juga kesempatan untuk belajar tentang pentingnya ekosistem laut dan upaya konservasi alam yang sedang berjalan.

Akomodasi Hijau dan Kuliner Lokal

Di sepanjang pantai seperti Iboih dan Gapang, kamu akan menemukan banyak bungalow dan resor yang dibangun dengan konsep akomodasi ramah lingkungan.

Banyak yang menggunakan material lokal, memiliki sistem pengelolaan limbah sendiri, dan menggalakkan penghematan air. Untuk urusan perut, jangan lewatkan kesempatan wisata kuliner dengan mencicipi sate gurita atau mie Aceh di warung-warung milik penduduk lokal.

Mendukung usaha kecil ini adalah cara sederhana untuk berkontribusi pada ekonomi setempat.

Tips dan Estimasi Biaya

Untuk mencapai Pulau Weh, terbanglah ke Banda Aceh lalu lanjutkan dengan feri cepat (45 menit) atau feri lambat (2 jam). Sewa sepeda motor adalah pilihan transportasi ramah lingkungan yang paling efisien untuk menjelajahi pulau.

Biaya satu kali menyelam (fun dive) berkisar antara Rp 400.000 - Rp 500.000. Penginapan sederhana bisa didapat mulai dari Rp 150.000 per malam. Ingatlah selalu untuk membawa botol minum sendiri untuk mengurangi sampah plastik.

4. Kawasan Ekosistem Leuser, Sumatera: Petualangan Liar di Hutan Terakhir

Bagi jiwa petualang sejati, tidak ada yang bisa menandingi pesona Kawasan Ekosistem Leuser.

Ini adalah salah satu hutan hujan tropis paling penting di planet ini, satu-satunya tempat di mana orangutan, gajah, badak, dan harimau Sumatera masih hidup berdampingan di alam liar.

Melakukan trekking di sini adalah sebuah pengalaman yang humbling, menyadarkan kita betapa kecilnya manusia di hadapan keagungan alam.

Jelajah Hutan Hujan Penuh Kehidupan

Gerbang utama untuk menjelajahi Leuser adalah desa Bukit Lawang atau Ketambe. Dari sini, kamu bisa memulai perjalanan trekking selama beberapa hari, ditemani pemandu lokal yang berpengalaman.

Mereka akan mengajarimu cara membaca jejak satwa, mengenali tanaman obat, dan bertahan hidup di hutan. Pengalaman wisata alam ini adalah sebuah pendidikan tentang keanekaragaman hayati dan rapuhnya ekosistem kita. Setiap langkah di dalam hutan ini adalah pengingat akan pentingnya konservasi alam.

Mendukung Wisata Komunitas Lokal

Penting untuk memilih pemandu yang bersertifikat dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI).

Ini memastikan mereka mengikuti etika dalam berinteraksi dengan satwa liar (terutama orangutan) dan bahwa pendapatan dari kegiatan wisata ini kembali ke komunitas. Model wisata komunitas ini telah terbukti efektif dalam mengurangi perambahan hutan dan perburuan liar, karena masyarakat lokal kini melihat hutan sebagai aset yang harus dilindungi, bukan dieksploitasi.

Ini adalah esensi dari eco-tourism yang berdampak.

Tips dan Estimasi Biaya

Paket trekking bervariasi, mulai dari 1 hari hingga seminggu penuh. Untuk trekking 2 hari 1 malam, biayanya sekitar Rp 800.000 - Rp 1.200.000 per orang, termasuk pemandu, makanan, dan perlengkapan kemah sederhana. Persiapkan fisikmu dengan baik. Bawa pakaian yang cepat kering, sepatu trekking yang nyaman, dan obat-obatan pribadi.

Ini adalah perjalanan wisata rendah karbon yang menantang namun sangat memuaskan.

5. Desa Wisata Nglanggeran, Yogyakarta: Geopark Dunia yang Dikelola Komunitas

Siapa sangka, tidak jauh dari keramaian Yogyakarta, terdapat sebuah desa yang menjadi contoh sukses pariwisata berkelanjutan tingkat dunia? Desa Wisata Nglanggeran, bagian dari UNESCO Global Geopark Gunung Sewu, adalah bukti nyata kekuatan wisata berbasis masyarakat.

Desa ini dikelola sepenuhnya oleh penduduknya, dari homestay, pemandu, hingga warung makan.

Dari Gunung Api Purba hingga Embung Memesona

Daya tarik utama Nglanggeran adalah Gunung Api Purba, sebuah gunung batu raksasa yang bisa didaki dalam waktu sekitar satu jam. Pemandangan dari puncaknya saat matahari terbit atau terbenam sungguh spektakuler.

Selain itu, ada Embung Nglanggeran, sebuah danau buatan di puncak bukit yang indah, serta pabrik cokelat Griya Cokelat yang mengolah kakao dari kebun warga. Aktivitas di sini memadukan wisata alam, wisata budaya, dan wisata kuliner menjadi satu paket lengkap.

Kekuatan Pariwisata Berbasis Masyarakat

Keberhasilan Nglanggeran terletak pada organisasinya.

Semua aspek pariwisata diatur oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang terdiri dari anak-anak muda desa. Mereka memastikan bahwa setiap wisatawan mendapatkan pengalaman otentik dan setiap rupiah yang dibelanjakan memberikan manfaat langsung bagi warga. Model ini menunjukkan bagaimana pariwisata bisa menjadi motor penggerak ekonomi lokal sekaligus alat untuk pelestarian budaya dan lingkungan.

Tips dan Estimasi Biaya

Perjalanan ke Nglanggeran sangat terjangkau.

Tiket masuk ke kawasan Gunung Api Purba sekitar Rp 20.000. Homestay di rumah warga berkisar Rp 75.000 - Rp 150.000 per malam. Lokasinya sekitar satu jam berkendara dari pusat kota Yogyakarta. Menggunakan jasa pemandu lokal sangat disarankan untuk mendapatkan cerita dan wawasan mendalam tentang sejarah geologi dan budaya setempat.

Memilih untuk berwisata dengan cara yang lebih sadar di tahun 2025 bukanlah sebuah batasan, melainkan sebuah undangan untuk petualangan yang lebih bermakna. Dengan mengunjungi destinasi hijau seperti ini, kita tidak hanya mendapatkan foto-foto indah, tetapi juga cerita, koneksi, dan kepuasan karena telah menjadi bagian dari solusi.

Perjalananmu selanjutnya bukan lagi hanya tentang ke mana kamu pergi, tetapi tentang dampak apa yang kamu tinggalkan. Pilihlah jejak yang positif, jejak yang membantu melestarikan keindahan dunia untuk generasi yang akan datang.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0