Evolusi Kuliner Dari Makanan Tradisional Hingga Kekinian


Minggu, 14 September 2025 - 02.40 WIB
Evolusi Kuliner Dari Makanan Tradisional Hingga Kekinian
Makanan kekinian viral: Inovasi rasa dan budaya yang memikat generasi muda. Foto oleh Abstral Official via Unsplash

VOXBLICK.COM - Dunia kuliner terus berputar, menghadirkan inovasi yang tak henti-hentinya, terutama di kalangan anak muda yang selalu haus akan pengalaman baru. Fenomena makanan kekinian yang viral di platform seperti TikTok bukan sekadar tren sesaat, melainkan cerminan dari pergeseran selera, adaptasi budaya, dan kreativitas yang terus berkembang.

Memahami asal-usul hidangan-hidangan ini memberikan perspektif menarik tentang bagaimana makanan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan interaksi sosial generasi masa kini.

Lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan biologis, makanan telah bertransformasi menjadi medium ekspresi diri, wadah untuk berkreasi, dan jembatan untuk terhubung dengan orang lain.

Kita menyaksikan bagaimana makanan tidak hanya dinikmati rasanya, tetapi juga diabadikan dalam foto dan video, dibagikan di media sosial, dan menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan teman sebaya.

Fenomena ini menunjukkan bahwa makanan kekinian bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang pengalaman, visual, dan koneksi sosial.

Evolusi Rasa dan Pengaruh Budaya dalam Makanan Kekinian

Perkembangan pesat dalam komunikasi, terutama melalui media baru, secara fundamental mengubah cara kita mengonsumsi informasi, termasuk tentang kuliner. Konsep, kebiasaan, strategi, atau praktik yang relevan kemarin, belum tentu berlaku hari ini.

Proses komunikasi yang dinamis ini turut memengaruhi bagaimana tren makanan menyebar dan diadopsi.

Makanan kekinian yang viral seringkali merupakan hasil sintesis dari berbagai pengaruh budaya, baik lokal maupun global, yang diadaptasi dan diberi sentuhan baru agar sesuai dengan selera anak muda. Misalnya, kita bisa melihat bagaimana hidangan tradisional seperti rendang diolah menjadi isian burger atau dimodifikasi menjadi rasa es krim.

Contoh lainnya adalah bagaimana pengaruh budaya Korea Selatan, yang dikenal dengan K-Pop dan drama Korea, juga merambah dunia kuliner dengan munculnya berbagai jenis makanan Korea yang populer di kalangan anak muda, seperti tteokbokki, kimchi, dan

bibimbap. Pengaruh budaya Jepang juga sangat kuat, dengan sushi dan ramen yang telah menjadi bagian dari gaya hidup kuliner anak muda di seluruh dunia. 

Salah satu aspek yang mendorong popularitas makanan kekinian adalah kemampuannya untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan. Ini terlihat dari bagaimana berbagai hidangan, baik yang berasal dari warisan kuliner lokal maupun yang terinspirasi dari luar negeri, dapat diolah kembali dengan tampilan dan rasa yang lebih modern.

Kearifan lokal, misalnya, yang tersaji dalam bentuk konten tulisan menarik dari para penulis dengan latar belakang beragam, menunjukkan kekayaan budaya yang bisa menjadi sumber inspirasi tak terbatas bagi kreasi kuliner baru.

SUMBER_5

Selain adaptasi terhadap perubahan, faktor lain yang memengaruhi evolusi rasa dalam makanan kekinian adalah inovasi dalam teknik memasak dan penggunaan bahan-bahan baru. Para koki dan pengusaha kuliner terus bereksperimen dengan berbagai teknik dan bahan untuk menciptakan hidangan yang unik dan menarik.

Misalnya, teknik molecular gastronomy, yang menggunakan prinsip-prinsip ilmiah untuk mengubah tekstur dan rasa makanan, telah menghasilkan berbagai kreasi kuliner yang inovatif dan memukau.

Penggunaan bahan-bahan eksotis dan langka juga menjadi tren di kalangan makanan kekinian, seperti truffle, caviar, dan saffron. Hal ini menunjukkan bahwa makanan kekinian tidak hanya tentang rasa, tetapi juga tentang pengalaman dan prestise.

Dari Mana Datangnya Snack Viral?

Fenomena snack lokal yang wajib dicoba, seperti yang diulas dalam berbagai platform, menunjukkan adanya minat yang besar terhadap produk-produk yang mungkin sebelumnya terabaikan.

SUMBER_1 Ketika seseorang mencoba snack yang belum pernah dimakan sebelumnya, ini membuka pintu bagi penemuan rasa baru dan apresiasi terhadap produk lokal.

Keberanian untuk bereksperimen dengan makanan baru ini adalah ciri khas generasi muda yang terbuka terhadap berbagai pengalaman.

Misalnya, banyak anak muda yang tertarik untuk mencoba snack tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, seperti keripik singkong balado dari Sumatera Barat, wingko babat dari Jawa Tengah, atau dodol garut dari Jawa Barat. Mereka tidak hanya mencari rasa yang enak, tetapi juga ingin mengenal lebih dekat budaya dan tradisi dari daerah-daerah tersebut. 

Lebih jauh lagi, nostalgia terhadap majalah-majalah lama, yang dulu banyak memuat topik seputar fashion anak-anak, lirik lagu, dan berbagai konten penuh warna, juga bisa memberikan gambaran tentang bagaimana tren di masa lalu membentuk preferensi di masa kini. SUMBER_3 Meskipun tidak secara langsung membahas makanan, semangat untuk menghidupkan kembali atau mengapresiasi elemen-elemen dari masa lalu ini bisa tercermin dalam cara generasi muda melihat dan mengonsumsi makanan.

Ada kemungkinan bahwa beberapa hidangan kekinian merupakan reinterpretasi dari makanan atau camilan yang populer di era tersebut, namun dengan sentuhan modern.

Misalnya, es potong yang dulu dijajakan dengan gerobak keliling kini hadir dengan berbagai varian rasa dan tampilan yang lebih menarik. Atau, kue cubit yang dulu hanya dijual di sekolah-sekolah kini hadir dengan topping yang lebih beragam dan kekinian.

Selain itu, faktor lain yang memengaruhi popularitas snack viral adalah strategi pemasaran yang efektif. Para produsen snack lokal semakin kreatif dalam mempromosikan produk mereka melalui media sosial, influencer, dan kolaborasi dengan brand lain. Mereka juga seringkali mengadakan kompetisi atau giveaway untuk menarik perhatian konsumen.

Strategi pemasaran yang cerdas ini membantu meningkatkan awareness dan penjualan snack lokal, sehingga semakin banyak orang yang tertarik untuk mencobanya.

Contohnya, banyak brand snack lokal yang bekerja sama dengan food blogger atau influencer untuk membuat konten review atau tutorial memasak menggunakan produk mereka. Kolaborasi ini terbukti efektif dalam menjangkau audiens yang lebih luas dan meningkatkan citra brand.

Peran Media Sosial dalam Mempopulerkan Kuliner

Media sosial, khususnya platform seperti TikTok, telah menjadi katalisator utama dalam penyebaran tren kuliner.

Video pendek yang menarik secara visual, resep yang mudah diikuti, serta tantangan kuliner menciptakan gelombang popularitas yang cepat untuk berbagai jenis makanan.

Kemampuan untuk menyajikan informasi secara ringkas dan menghibur membuat konten kuliner menjadi sangat mudah diakses dan dibagikan. Misalnya, video tutorial memasak yang hanya berdurasi 15 detik bisa menjadi viral dan ditonton oleh jutaan orang.

Atau, tantangan makanan yang unik dan lucu bisa menginspirasi banyak orang untuk ikut serta dan membagikan video mereka di media sosial. 

Proses komunikasi di era digital ini memungkinkan ide-ide kuliner untuk melintasi batas geografis dan budaya dengan sangat cepat. Apa yang menjadi viral di satu negara bisa dengan mudah diadopsi dan diadaptasi di negara lain dalam hitungan hari. Ini menciptakan sebuah ekosistem kuliner global yang dinamis, di mana inovasi dan adaptasi menjadi kunci.

Contohnya, tren Dalgona Coffee yang berasal dari Korea Selatan menjadi viral di seluruh dunia dalam waktu singkat berkat media sosial.

Banyak orang yang mencoba membuat Dalgona Coffee di rumah dan membagikan foto atau video mereka di media sosial, sehingga semakin banyak orang yang tertarik untuk mencobanya. Fenomena ini menunjukkan bahwa media sosial memiliki kekuatan yang besar dalam membentuk tren kuliner global.

Selain TikTok, platform media sosial lain seperti Instagram, YouTube, dan Facebook juga berperan penting dalam mempopulerkan kuliner. Instagram, dengan fokusnya pada visual, menjadi platform yang ideal untuk memamerkan makanan dengan tampilan yang menarik dan instagrammable.

YouTube, dengan format video yang lebih panjang, memungkinkan para kreator konten untuk membuat video tutorial memasak yang lebih detail dan informatif.

Facebook, dengan jangkauannya yang luas, menjadi platform yang efektif untuk mempromosikan bisnis kuliner dan menjangkau pelanggan potensial. Kombinasi dari berbagai platform media sosial ini menciptakan ekosistem yang kuat untuk mempromosikan dan mempopulerkan kuliner.

Mengapa Makanan Tertentu Menjadi "Viral"?

Beberapa faktor berkontribusi pada mengapa makanan tertentu menjadi viral di kalangan anak muda. Pertama adalah faktor visual.

Makanan yang memiliki tampilan menarik, unik, atau "instagrammable" cenderung lebih mudah menarik perhatian di media sosial. Warna-warni cerah, penyajian yang kreatif, atau bahkan keunikan bahan menjadi daya tarik tersendiri.

Misalnya, rainbow cake atau galaxy donut yang memiliki warna-warna yang mencolok dan tampilan yang unik sangat populer di kalangan anak muda karena mudah menarik perhatian di media sosial.

Atau, freakshake yang merupakan milkshake dengan topping yang berlebihan dan tidak biasa juga sangat populer karena tampilannya yang unik dan instagrammable.

Kedua adalah faktor rasa dan pengalaman. Anak muda seringkali mencari rasa yang baru, unik, atau kombinasi rasa yang tidak terduga. Selain itu, pengalaman makan itu sendiri, seperti makan bersama teman, mencoba tantangan kuliner, atau bahkan sekadar membuat konten video saat makan, menjadi bagian penting dari daya tarik.

Misalnya, makanan dengan rasa pedas ekstrem atau rasa yang aneh dan unik seringkali menjadi viral karena memberikan pengalaman yang berbeda dan menantang.

Atau, restoran atau kafe dengan konsep yang unik dan instagrammable juga seringkali menjadi viral karena menawarkan pengalaman yang menarik dan berbeda.

Ketiga adalah faktor kemudahan akses dan keterjangkauan. Makanan yang mudah dibuat di rumah, atau yang tersedia di banyak tempat dengan harga terjangkau, memiliki peluang lebih besar untuk menjadi viral. Resep yang dibagikan di media sosial seringkali dirancang agar mudah diikuti oleh siapa saja, tanpa memerlukan keahlian kuliner tingkat tinggi.

Misalnya, resep Dalgona Coffee yang hanya membutuhkan beberapa bahan sederhana dan mudah dibuat di rumah menjadi viral karena mudah diakses dan dipraktikkan oleh banyak orang. Atau, makanan kaki lima yang murah meriah dan mudah ditemukan di berbagai tempat juga seringkali menjadi viral karena terjangkau dan mudah diakses oleh banyak orang. Untuk informasi lebih lanjut tentang tren kuliner dan resep mudah, Anda bisa mengunjungi Wikipedia tentang Kuliner.

Seni Pertunjukan dan Makanan: Sebuah Koneksi yang Tak Terduga

Menariknya, pemahaman tentang asal-usul seni pertunjukan yang membawa kita kembali memahami bagaimana sesuatu diciptakan, juga bisa memberikan analogi tentang bagaimana makanan kekinian berkembang.

SUMBER_4 Sama seperti seni pertunjukan yang memiliki akar sejarah dan terus berevolusi, makanan juga demikian.

Setiap hidangan kekinian, meskipun terlihat baru, seringkali memiliki jejak dari tradisi kuliner yang lebih tua. Misalnya, sushi yang kini menjadi makanan global memiliki akar sejarah yang panjang di Jepang sebagai cara untuk mengawetkan ikan.

Atau, pizza yang kini menjadi makanan populer di seluruh dunia memiliki akar sejarah di Italia sebagai makanan sederhana untuk para petani. 

Proses "montrase" atau perakitan berbagai elemen, seperti yang mungkin terjadi dalam seni pertunjukan, juga bisa diterapkan pada kuliner. Anak muda dalam mengabsorbsi kebudayaan populer dan menegosiasikan identitas mereka, seringkali melalui perjalanan kuliner, seperti melintasi warung kopi. SUMBER_9 Ini menunjukkan bahwa makanan bukan hanya tentang nutrisi, tetapi juga tentang bagaimana ia menjadi medium untuk mengekspresikan diri, membangun komunitas, dan memahami dunia di sekitar mereka.

Misalnya, warung kopi bukan hanya tempat untuk minum kopi, tetapi juga tempat untuk berkumpul, berdiskusi, dan berbagi pengalaman. Atau, festival makanan bukan hanya tempat untuk mencicipi berbagai jenis makanan, tetapi juga tempat untuk mengenal budaya dan tradisi dari berbagai daerah. Untuk memahami lebih dalam tentang seni dan budaya, Anda bisa mengunjungi UNESCO Culture Sector.

Analogi antara seni pertunjukan dan makanan juga bisa dilihat dari bagaimana keduanya melibatkan kreativitas dan inovasi. Para seniman pertunjukan terus bereksperimen dengan berbagai teknik dan media untuk menciptakan karya yang unik dan menarik. Demikian pula, para koki dan pengusaha kuliner terus bereksperimen dengan berbagai bahan dan teknik memasak untuk menciptakan hidangan yang inovatif dan memukau.

Keduanya juga melibatkan proses kolaborasi dan interaksi dengan audiens atau konsumen.

Para seniman pertunjukan berinteraksi dengan penonton melalui pertunjukan mereka, sementara para koki dan pengusaha kuliner berinteraksi dengan pelanggan melalui makanan yang mereka sajikan. Interaksi ini penting untuk menciptakan pengalaman yang bermakna dan membangun hubungan yang kuat dengan audiens atau konsumen.

Masa Depan Kuliner Kekinian: Inovasi Berkelanjutan

Tren kuliner kekinian terus bergerak maju. Apa yang viral hari ini mungkin akan tergantikan oleh sesuatu yang baru besok. Namun, esensi dari pergerakan ini adalah inovasi yang berkelanjutan.

Generasi muda, dengan keterbukaan mereka terhadap ide-ide baru dan kemampuan mereka untuk memanfaatkan teknologi, akan terus menjadi penggerak utama dalam evolusi kuliner.

Misalnya, penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) dalam menciptakan resep baru atau memprediksi tren makanan di masa depan. Atau, penggunaan teknologi virtual reality (VR) dalam menciptakan pengalaman makan yang imersif dan interaktif. 

Kemampuan untuk mengadaptasi, mengkombinasikan, dan menciptakan kembali hidangan dari berbagai sumber, baik lokal maupun global, akan terus menjadi kunci. Dari snack lokal yang diberi sentuhan modern hingga hidangan fusion yang unik, masa depan kuliner kekinian menjanjikan lebih banyak kejutan dan pengalaman rasa yang tak terduga.

Ini adalah bukti bahwa makanan adalah cerminan budaya yang hidup, selalu berubah, dan selalu menarik untuk dijelajahi. Kita bisa melihat bagaimana makanan menjadi semakin personal dan disesuaikan dengan preferensi individu.

Misalnya, dengan adanya layanan meal kit yang memungkinkan konsumen untuk memilih bahan-bahan dan resep yang mereka sukai, atau dengan adanya aplikasi yang merekomendasikan restoran dan hidangan berdasarkan preferensi rasa dan diet.

Masa depan kuliner juga akan semakin berkelanjutan dan ramah lingkungan, dengan fokus pada penggunaan bahan-bahan lokal dan organik, serta pengurangan limbah makanan. 

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0