Jejak Emansipasi: Transformasi Seragam Pekerja Wanita Pabrik Indonesia 1970-an

Oleh VOXBLICK

Minggu, 12 Oktober 2025 - 00.55 WIB
Jejak Emansipasi: Transformasi Seragam Pekerja Wanita Pabrik Indonesia 1970-an
Emansipasi mengubah seragam pekerja pabrik. (Foto oleh cottonbro studio)

VOXBLICK.COM - Dunia sejarah penuh dengan kisah menarik, konflik, dan transformasi yang membentuk peradaban kita. Di antara riuhnya narasi besar tentang perang dan revolusi, seringkali terselip cerita-cerita kecil yang tak kalah penting, yang merefleksikan perubahan sosial mendalam melalui lensa yang tak terduga. Salah satunya adalah kisah tentang bagaimana sehelai kain, sebuah seragam, mampu menjadi saksi bisu gelombang emansipasi wanita di Indonesia pada era 1970-an. Periode ini bukanlah sekadar dekade biasa ia adalah palung transformasi, di mana industrialisasi mulai merangkak naik dan peran perempuan dalam ranah publik, khususnya di sektor pabrik, mulai mendapatkan pengakuan yang lebih substansial.

Pada dekade 1970-an, Indonesia berada di bawah rezim Orde Baru yang gencar mendorong pembangunan ekonomi melalui sektor industri.

Gelombang urbanisasi dan pertumbuhan pabrik-pabrik baru, mulai dari tekstil, garmen, hingga elektronik, membuka peluang kerja bagi jutaan orang. Di sinilah, untuk pertama kalinya dalam skala besar, perempuan Indonesia memasuki arena produksi massal. Mereka bukan lagi hanya pekerja di ranah domestik atau pertanian tradisional, melainkan bagian integral dari roda ekonomi modern. Namun, masuknya mereka ke lingkungan kerja pabrik membawa serta tantangan dan kebutuhan baru, salah satunya adalah mengenai seragam kerja yang layak dan fungsional. Sebelum era ini, seragam pekerja wanita, jika ada, cenderung tidak mempertimbangkan aspek ergonomi atau keamanan secara serius, lebih sering mencerminkan pandangan masyarakat yang konservatif tentang peran wanita.

Jejak Emansipasi: Transformasi Seragam Pekerja Wanita Pabrik Indonesia 1970-an
Jejak Emansipasi: Transformasi Seragam Pekerja Wanita Pabrik Indonesia 1970-an (Foto oleh Ernie Indriati Saragih Manihuruk)

Gelombang Emansipasi dan Tuntutan Praktis

Gerakan emansipasi wanita, meskipun belum sekuat di negara-negara Barat, mulai menunjukkan riaknya di Indonesia. Kesadaran akan hak-hak perempuan, termasuk hak untuk bekerja dan mendapatkan perlakuan yang setara, perlahan tumbuh.

Di lingkungan pabrik, tuntutan akan seragam yang lebih praktis, aman, dan nyaman menjadi sangat relevan. Seragam yang sempit, panas, atau membatasi gerak tentu akan menghambat produktivitas dan membahayakan pekerja. Catatan dari beberapa arsip industri pada masa itu, meskipun terbatas, menunjukkan adanya diskusi internal tentang bagaimana meningkatkan kondisi kerja, termasuk melalui desain seragam.

Transformasi desain seragam ini bukan hanya tentang estetika, melainkan cerminan dari pengakuan terhadap perempuan sebagai tenaga kerja yang produktif dan berhak atas kondisi kerja yang manusiawi. Desain yang lebih fungsional berarti:

  • Keamanan: Menghindari bagian yang mudah tersangkut mesin, penggunaan bahan yang tidak mudah terbakar (terutama di industri tertentu).
  • Kenyamanan: Bahan yang menyerap keringat, sirkulasi udara yang baik, dan potongan yang tidak membatasi gerakan.
  • Efisiensi: Kemudahan bergerak untuk melakukan tugas-tugas berulang, saku untuk menyimpan alat kecil.
  • Representasi Profesionalisme: Seragam yang rapi dan seragam mulai melambangkan identitas profesional, bukan sekadar penutup tubuh.

Pergeseran Desain dan Bahan

Sebelumnya, seragam pekerja wanita mungkin hanya berupa kebaya sederhana atau baju kurung yang kurang cocok untuk lingkungan pabrik. Pada tahun 1970-an, kita mulai melihat pergeseran signifikan.

Desain seragam pekerja pabrik wanita mulai mengadopsi elemen-elemen yang lebih modern dan fungsional:

  • Potongan Lurus dan Longgar: Menggantikan potongan yang ketat, seragam mulai dirancang lebih longgar untuk mobilitas dan kenyamanan. Model celana panjang atau rok selutut yang lebih praktis mulai umum digunakan, menggantikan rok panjang yang bisa menghambat gerak.
  • Bahan Katun dan Poliester: Bahan yang lebih mudah menyerap keringat seperti katun menjadi pilihan utama, seringkali dicampur dengan poliester untuk durabilitas dan kemudahan perawatan. Ini adalah inovasi penting mengingat iklim tropis Indonesia.
  • Warna dan Identitas: Meskipun seringkali masih didominasi warna-warna netral atau warna korporat yang konservatif, seragam mulai menjadi penanda identitas perusahaan. Warna-warna tertentu sering dikaitkan dengan departemen atau hierarki.
  • Fungsionalitas Tambahan: Penambahan saku-saku fungsional, kancing yang mudah dibuka-tutup, dan kerah yang tidak terlalu tinggi menjadi standar baru. Beberapa seragam juga dilengkapi dengan topi atau penutup kepala sederhana untuk alasan kebersihan dan keamanan.

Transformasi ini juga dipengaruhi oleh tren mode global yang mulai merambah Indonesia, meskipun dengan adaptasi lokal.

Gaya yang lebih praktis dan androgini, yang muncul dari gerakan feminis di Barat, secara tidak langsung juga memengaruhi persepsi tentang pakaian kerja perempuan di Indonesia, menekankan fungsionalitas di atas hiasan yang berlebihan.

Lebih dari Sekadar Pakaian: Simbol Perubahan Sosial

Seragam pekerja wanita di pabrik Indonesia tahun 1970-an adalah lebih dari sekadar pakaian. Ia adalah artefak sejarah mode yang mencerminkan perjuangan dan kemajuan hak-hak perempuan di ranah publik.

Setiap jahitan, setiap pilihan bahan, dan setiap detail desain adalah respons terhadap kebutuhan nyata para perempuan yang kala itu sedang mengukir tempat mereka di dunia kerja yang didominasi laki-laki.

Ini adalah periode di mana perempuan mulai diakui sebagai kontributor ekonomi yang vital, dan seragam mereka menjadi simbol visual dari perubahan tersebut.

Mereka tidak lagi hanya dipandang sebagai pelengkap, tetapi sebagai individu yang memiliki peran aktif dalam pembangunan bangsa. Perjalanan seragam ini adalah mikrokosmos dari sebuah makro-narasi tentang emansipasi dan transformasi sosial yang terus bergulir hingga hari ini.

Mengamati jejak emansipasi melalui seragam pekerja wanita pabrik Indonesia tahun 1970-an mengajarkan kita bahwa perubahan besar seringkali terwujud dalam detail-detail kecil yang luput dari perhatian.

Perjalanan waktu ini mengingatkan kita untuk senantiasa menghargai setiap langkah maju dalam perjuangan hak-hak dan kesetaraan, serta memahami bahwa sejarah adalah proses berkelanjutan yang membentuk realitas kita saat ini. Dari sebuah seragam sederhana, kita dapat membaca kisah tentang ketahanan, adaptasi, dan semangat pantang menyerah kaum perempuan dalam menuntut ruang dan pengakuan yang layak bagi mereka.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0