Bukan Sekadar Tren: 7 Alasan Gen Z Kini Memilih Traveling Solo dan Cara Memulainya

Oleh Andre NBS

Sabtu, 16 Agustus 2025 - 17.25 WIB
Bukan Sekadar Tren: 7 Alasan Gen Z Kini Memilih Traveling Solo dan Cara Memulainya
Gaya Hidup Traveling Solo Gen Z (Foto oleh Hoi An Photographer di Unsplash).

VOXBLICK.COM - Entah itu feed Instagram yang dipenuhi pemandangan epik dengan satu orang di tengahnya, atau cerita teman yang baru pulang dari petualangan pribadi di negeri seberang, fenomena traveling solo semakin tak terbendung, terutama di kalangan generasi Z.

Ini bukan lagi soal nekat atau tidak punya teman jalan, melainkan sebuah pilihan sadar untuk sebuah pengalaman yang transformatif. Perjalanan mandiri telah berevolusi menjadi bagian dari gaya hidup generasi Z yang mendambakan kebebasan, penemuan diri, dan pengalaman otentik yang tidak bisa didapatkan dari liburan berkelompok. Generasi ini melihat solo trip bukan sebagai pelarian, tetapi sebagai sebuah investasi pada diri sendiri.

Mereka haus akan petualangan pribadi yang menantang batas nyaman dan membuka perspektif baru. Lupakan sejenak gambaran kesepian, karena bagi mereka, kesendirian di jalan adalah ruang untuk terkoneksi lebih dalam dengan diri sendiri dan dunia sekitar. Inilah alasan mengapa solo backpacking dan perjalanan mandiri lainnya menjadi pilihan utama.

Mengapa Perjalanan Mandiri Begitu Menggoda bagi Gen Z?

Dorongan untuk melakukan traveling solo pada generasi Z tidak muncul tanpa alasan. Ada pergeseran nilai dan prioritas yang mendasarinya, yang membuat liburan sendiri terasa lebih relevan dan memuaskan.

1. Pencarian Jati Diri dan Kebebasan Mutlak

Di tengah dunia yang serba terhubung dan penuh ekspektasi, traveling solo menawarkan otonomi penuh.

Kamu yang menentukan kapan harus bangun, ke mana harus pergi, dan berapa lama ingin tinggal di satu tempat. Tidak ada kompromi itinerary, tidak ada drama karena perbedaan selera makan. Kebebasan ini adalah kanvas kosong untuk self discovery. Dalam perjalanan mandiri, kamu dipaksa untuk mengandalkan dirimu sendiri, membuat keputusan, dan memecahkan masalah.

Menurut banyak psikolog, proses inilah yang membangun kepercayaan diri dan resiliensi, dua hal yang sangat dicari dalam fase pendewasaan. Kamu belajar tentang apa yang benar-benar kamu sukai, bukan apa yang orang lain pikir harus kamu sukai. Pengalaman solo traveling menjadi cermin yang merefleksikan dirimu yang paling sejati.

2. Pengalaman Otentik di Atas Kemewahan

Generasi Z dikenal sebagai generasi yang lebih menghargai pengalaman (experiences) daripada barang material (possessions). Sebuah studi dari platform perjalanan Klook menunjukkan bahwa mayoritas traveler muda mencari pengalaman yang unik dan otentik. Traveling solo memungkinkan kamu untuk melebur dengan budaya lokal secara lebih mendalam.

Kamu lebih mungkin mencoba makanan di warung kecil yang direkomendasikan penduduk lokal, memulai percakapan dengan orang asing di kedai kopi, atau tersesat di gang-gang sempit yang justru membawamu ke penemuan tak terduga. Solo trip adalah tentang merasakan denyut nadi sebuah tempat, bukan hanya melihatnya dari balik jendela bus wisata.

3. Fleksibilitas Kerja dan Gaya Hidup Digital Nomad

Kebangkitan kerja jarak jauh (remote work) dan ekonomi gig telah memberikan fleksibilitas yang belum pernah ada sebelumnya. Banyak anak muda kini bisa bekerja dari mana saja, hanya bermodalkan laptop dan koneksi internet. Hal ini membuka pintu lebar bagi gaya hidup digital nomad, di mana pekerjaan dan perjalanan bisa berjalan beriringan.

Perjalanan mandiri menjadi pilihan logis karena lebih mudah diatur dan disesuaikan dengan jadwal kerja yang dinamis. Kamu bisa bekerja di kafe di Chiang Mai pada siang hari dan menjelajahi kuil pada sore hari, sebuah gaya hidup yang sulit dicapai dalam liburan kelompok yang terstruktur.

4. Mendobrak Zona Nyaman untuk Pertumbuhan Pribadi

Ada kepuasan tersendiri saat berhasil menaklukkan tantangan seorang diri.

Mulai dari menavigasi sistem transportasi publik di negara asing hingga berhasil memesan makanan tanpa mengerti bahasanya, setiap tantangan kecil dalam solo trip adalah kemenangan pribadi. Petualangan pribadi ini secara efektif mendorongmu keluar dari zona nyaman. Rasa takut dan ragu yang mungkin muncul di awal perjalanan perlahan akan berubah menjadi rasa bangga dan pemberdayaan diri.

Manfaat traveling sendiri ini akan terus terasa bahkan setelah kamu pulang, membuatmu menjadi pribadi yang lebih berani dan adaptif.

Panduan Memulai Petualangan Solo Traveling Pertamamu

Merasa terinspirasi? Memulai perjalanan mandiri pertamamu mungkin terasa menakutkan, tapi dengan persiapan yang tepat, ini akan menjadi pengalaman yang mengubah hidup. Berikut adalah panduan langkah demi langkah yang bisa kamu ikuti.

1. Riset Destinasi yang Ramah Solo Traveler

Pilihlah destinasi yang terkenal aman dan mudah dinavigasi untuk solo traveler pemula. Faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain tingkat kriminalitas yang rendah, kemudahan transportasi umum, dan banyaknya pilihan akomodasi seperti hostel yang memiliki ulasan bagus.

Beberapa destinasi solo traveler yang populer di kalangan anak muda adalah Islandia, Selandia Baru, Swiss, Jepang, dan kota-kota besar di Asia Tenggara seperti Chiang Mai (Thailand) atau Ubud (Bali, Indonesia). Baca blog perjalanan, tonton vlog, dan bergabunglah di grup media sosial seperti 'Hostelworld' atau 'Girls LOVE Travel' untuk mendapatkan rekomendasi dan tips perjalanan dari pengalaman nyata.

2. Susun Itinerary Solo Trip yang Fleksibel

Rencanakan kerangka perjalananmu, seperti kota mana yang akan dikunjungi dan berapa lama, serta pesan tiket pesawat dan akomodasi untuk beberapa hari pertama. Namun, biarkan sisa itinerary solo trip kamu tetap fleksibel. Keindahan traveling solo adalah kebebasan untuk mengubah rencana secara spontan.

Mungkin kamu bertemu teman baru di hostel dan memutuskan untuk ikut berpetualang bersama mereka, atau kamu jatuh cinta pada sebuah kota kecil dan ingin tinggal lebih lama. Rencana yang terlalu kaku akan menghilangkan esensi dari petualangan pribadi ini.

3. Packing Cerdas: Bawa Sedikit, Rasakan Lebih Banyak

Prinsip utama solo backpacking adalah 'less is more'.

Gunakan ransel (backpack) yang nyaman dan jangan mengisinya terlalu penuh. Pilihlah pakaian yang serbaguna dan mudah dipadu-padankan. Gulung pakaianmu untuk menghemat ruang. Bawa obat-obatan pribadi, power bank, gembok kecil untuk loker hostel, dan salinan digital dari dokumen-dokumen penting (paspor, visa, tiket) yang disimpan di cloud. Perjalanan akan jauh lebih menyenangkan saat kamu tidak terbebani oleh barang bawaan yang berat.

4. Keamanan Traveling Solo adalah Prioritas Utama

Keamanan adalah hal yang tidak bisa ditawar. Selalu informasikan itinerary perjalananmu kepada keluarga atau teman dekat dan beri kabar secara berkala. Beli kartu SIM lokal atau eSIM agar selalu terhubung. Simpan nomor darurat lokal di ponselmu. Hindari berjalan sendirian di area sepi pada malam hari dan selalu waspada terhadap lingkungan sekitar.

Meskipun panduan keamanan ini penting, ingatlah bahwa alat terkuatmu adalah kesadaran situasional dan intuisi. Selalu percayakan perasaanmu; jika suatu situasi terasa tidak aman, segera tinggalkan. Keamanan traveling solo yang baik akan membuat perjalananmu lebih tenang.

5. Atur Anggaran dengan Bijak untuk Traveling Hemat

Liburan sendiri bukan berarti harus mahal. Buatlah anggaran harian yang realistis untuk akomodasi, makan, transportasi, dan aktivitas.

Manfaatkan aplikasi pencatat keuangan untuk melacak pengeluaranmu. Makan di warung lokal, manfaatkan transportasi umum, dan cari aktivitas gratis seperti menjelajahi taman kota atau mengikuti free walking tour. Menginap di hostel tidak hanya menjadi pilihan traveling hemat, tapi juga cara yang bagus untuk bertemu sesama traveler.

6. Manfaatkan Teknologi, Tapi Jangan Lupakan Interaksi

Teknologi adalah sahabat terbaik solo traveler.

Gunakan Google Maps untuk navigasi, Google Translate untuk berkomunikasi, dan aplikasi seperti Skyscanner untuk mencari tiket murah. Namun, jangan biarkan dirimu terus terpaku pada layar ponsel. Salah satu manfaat traveling sendiri yang paling berharga adalah interaksi manusia. Tersenyumlah pada orang lokal, coba tanyakan arah meskipun kamu bisa mencarinya di peta, dan mulailah obrolan dengan teman sekamarmu di hostel.

Koneksi-koneksi inilah yang akan menjadi cerita terbaik dari solo trip kamu.

7. Jaga Kesehatan Mental dan Fisik Selama di Jalan

Traveling solo terkadang bisa melelahkan, baik secara fisik maupun emosional. Wajar jika sesekali merasa kesepian atau rindu rumah.

Siapkan cara untuk mengatasinya, seperti menjadwalkan panggilan video dengan orang terkasih, menulis jurnal, atau sekadar meluangkan satu hari untuk beristirahat dan tidak melakukan apa-apa. Jaga juga kesehatan fisikmu dengan cukup tidur, makan makanan bergizi, dan tetap terhidrasi. Tubuh dan pikiran yang sehat adalah kunci untuk menikmati setiap momen dari wisata petualangan ini.

Memutuskan untuk melakukan perjalanan mandiri adalah langkah besar, sebuah deklarasi kemandirian dan keberanian. Ini adalah kesempatan untuk menulis ceritamu sendiri, dengan dirimu sebagai tokoh utamanya. Setiap tantangan yang kamu hadapi dan setiap koneksi baru yang kamu buat akan membentukmu menjadi versi diri yang lebih tangguh, terbuka, dan penuh percaya diri.

Jadi, jika kamu sudah lama memimpikan petualangan pribadi ini, mungkin inilah saatnya untuk berhenti menunggu dan mulai merencanakan langkah pertamamu. Dunia menanti untuk kamu jelajahi, dengan caramu sendiri.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0