Api Abadi Roma Rivalitas Panas Derby della Capitale Roma vs Lazio


Senin, 01 September 2025 - 15.55 WIB
Api Abadi Roma Rivalitas Panas Derby della Capitale Roma vs Lazio
Rivalitas Panas Roma Lazio (Foto oleh Tom Caillarec di Unsplash).

VOXBLICK.COM - Di jantung Italia, sebuah kota abadi terbelah menjadi dua setiap kali kalender Serie A menandai satu tanggal keramat. Ini bukan sekadar pertandingan sepak bola selama 90 menit.

Ini adalah perang budaya, pertempuran sosial, dan ledakan emosi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Selamat datang di Derby della Capitale, pertarungan epik antara AS Roma dan SS Lazio. Saat Stadio Olimpico berganti kulit, dengan Curva Sud yang menguning merah dan Curva Nord yang membiru langit, dunia seolah berhenti berputar.

Udara dipenuhi asap suar, nyanyian yang memekakkan telinga, dan ketegangan yang bisa Anda rasakan hingga ke tulang. Rivalitas Roma Lazio adalah cerminan dari jiwa kota Roma itu sendiri, penuh gairah, drama, dan sejarah yang kompleks. Memahami mengapa laga ini begitu membara berarti menyelami jauh ke dalam akar sejarah dan identitas kota yang melahirkannya.

Akar Sejarah Rivalitas: Lebih dari Sekadar Geografis

Untuk memahami panasnya Derby della Capitale, kita harus kembali ke awal abad ke-20. Cerita ini dimulai bahkan sebelum AS Roma ada. SS Lazio didirikan pada tahun 1900, didirikan oleh sekelompok pemuda yang terinspirasi oleh semangat Olimpiade modern.

Mereka memilih nama Lazio, merujuk pada wilayah Latium di mana Roma berada, dan warna biru langit dan putih sebagai penghormatan kepada Yunani, tanah kelahiran Olimpiade. Sejak awal, Lazio memposisikan diri sebagai klub asli Roma, dengan basis pendukung yang cenderung berasal dari kalangan borjuis dan penduduk di pinggiran kota yang lebih makmur.

Kelahiran Rival dari Proyek Fasis

Titik balik terjadi pada tahun 1927. Rezim fasis Benito Mussolini yang berkuasa saat itu memiliki ambisi besar di dunia sepak bola. Mereka ingin menciptakan satu klub super dari ibu kota yang mampu menantang dominasi klub-klub kaya dari utara seperti Juventus, AC Milan, dan Inter Milan.

Di bawah arahan Italo Foschi, seorang petinggi partai fasis, tiga klub Roma, yaitu Roman, Alba-Audace, dan Fortitudo-Pro Roma, dilebur menjadi satu. Lahirlah Associazione Sportiva Roma. Warna mereka, kuning dan merah (giallorosso), diambil dari panji kebesaran kota Roma, dan simbol mereka adalah serigala betina yang menyusui Romulus dan Remus, mitos pendirian kota.

Roma secara eksplisit diciptakan untuk menjadi representasi sejati dari jantung kota Roma, terutama kelas pekerja. Lazio, dengan pengaruh Jenderal Giorgio Vaccaro, berhasil menolak merger tersebut. Penolakan inilah yang menanam benih pertama dari rivalitas Roma Lazio. Roma melihat Lazio sebagai kelompok elitis yang menolak persatuan demi kepentingan kota, sementara Lazio memandang Roma sebagai klub buatan yang tidak memiliki sejarah otentik.

Sejak saat itu, garis pertempuran telah ditarik. Pertemuan pertama mereka di lapangan pada 8 Desember 1929, yang dimenangkan Roma 1-0, menjadi awal dari permusuhan abadi ini.

Identitas Politik dan Perang Kelas Sosial

Perbedaan asal-usul ini secara alami meluas ke ranah sosial dan politik, yang menjadi bahan bakar utama bagi panasnya Derby della Capitale.

Secara tradisional, suporter AS Roma, yang menghuni Curva Sud, diidentikkan dengan penduduk asli kota, kelas pekerja, dan sering kali memiliki kecenderungan politik sayap kiri. Mereka adalah representasi dari Roma yang otentik dan berdenyut.

Sebaliknya, suporter Lazio di Curva Nord sering dianggap sebagai kaum 'burini' atau orang udik oleh para Romanisti, julukan yang merujuk pada pendukung mereka yang berasal dari luar kota atau daerah pinggiran yang lebih kaya. Secara historis, kelompok suporter fanatik Lazio, terutama Irriducibili yang terkenal, memiliki afiliasi kuat dengan ideologi sayap kanan.

Perbedaan kelas dan politik ini menciptakan jurang yang dalam, mengubah setiap pertandingan Roma vs Lazio menjadi lebih dari sekadar perebutan poin, tetapi juga pertarungan supremasi ideologis dan identitas sosial. Meskipun dalam beberapa dekade terakhir garis politik ini menjadi lebih kabur, warisan perpecahan tersebut tetap terasa hingga hari ini.

Momen-Momen Paling Ikonik di Lapangan

Selama hampir satu abad, Derby della Capitale telah menghasilkan begitu banyak drama, keajaiban, dan kontroversi di atas lapangan hijau. Momen-momen ini tidak hanya dikenang karena keindahan sepak bolanya, tetapi juga karena signifikansi emosional yang mendalam bagi kedua kubu suporter.
  • Era Giorgio Chinaglia: Pada tahun 1970-an, Giorgio Chinaglia adalah ikon Lazio.

    Pada derby tahun 1974, setelah mencetak gol, ia berlari ke arah Curva Sud, menunjuk dengan jarinya, sebuah provokasi yang hampir memicu kerusuhan dan mengukuhkan statusnya sebagai musuh nomor satu Romanisti. Lazio memenangkan Scudetto musim itu, menambah garam pada luka rivalnya.

  • Gol 'Hantu' dan T-Shirt Totti: Francesco Totti adalah personifikasi AS Roma. Dalam Derby della Capitale, ia adalah raja.

    Salah satu momen paling ikoniknya terjadi pada April 1999. Setelah mencetak gol, ia membuka jerseynya untuk menunjukkan kaus bertuliskan 'Vi ho purgato ancora' (Aku telah membersihkanmu lagi), sebuah ejekan legendaris yang merujuk pada kemenangan sebelumnya.

  • Dominasi Lazio di Akhir 90-an: Di bawah asuhan Sven-Göran Eriksson, Lazio memiliki skuad emas.

    Mereka mendominasi rivalitas Roma Lazio, termasuk kemenangan 4-1 pada musim 1997-98. Era ini menjadi salah satu periode paling menyakitkan bagi fans Roma.

  • Selfie Legendaris Sang Pangeran: Pada tahun 2015, Francesco Totti sekali lagi mencuri perhatian.

    Setelah mencetak gol penyeimbang yang spektakuler melalui tendangan akrobatik, ia berlari ke pinggir lapangan, mengambil ponsel dari seorang staf, dan melakukan selfie dengan latar belakang Curva Sud yang bergemuruh.

    Momen ini menjadi viral di seluruh dunia dan merangkum hubungan unik Totti dengan para penggemarnya dalam panggung Derby della Capitale.

  • Final Coppa Italia 2013: Mungkin ini adalah Derby della Capitale yang paling penting sepanjang masa. Untuk pertama kalinya, Roma vs Lazio bertemu di final Coppa Italia. Pertandingan ini disebut sebagai 'Derby of a Lifetime'.

    Lazio keluar sebagai pemenang berkat gol tunggal dari Senad Lulić pada menit ke-71. Kemenangan ini memberikan hak menyombongkan diri yang tak terbatas bagi Laziali, sementara bagi Romanisti, kekalahan itu adalah luka yang mungkin tidak akan pernah sembuh sepenuhnya.

Figur Legendaris Derby della Capitale

Sebuah rivalitas besar selalu dilahirkan dari para pahlawan dan antagonisnya.

Laga Roma vs Lazio telah menjadi panggung bagi banyak pemain hebat yang namanya terukir abadi dalam sejarah sepak bola Italia, terutama karena peran mereka dalam derby ini.

Sang Pangeran Roma: Francesco Totti

Tidak ada diskusi tentang Derby della Capitale yang lengkap tanpa menyebut Francesco Totti.

Ia adalah pencetak gol terbanyak sepanjang masa dalam sejarah derby (bersama Dino da Costa) dengan 11 gol dan juga pemegang rekor penampilan terbanyak. Totti adalah seorang Romanista sejati, lahir dan besar di Roma. Baginya, derby bukan hanya pertandingan, melainkan sebuah kehormatan pribadi. Setiap gol, setiap selebrasi, dan setiap provokasinya selalu terasa personal dan datang dari hati.

Ia adalah simbol perlawanan dan kebanggaan Roma di hadapan rival abadinya.

Elang Lazio: Dari Di Canio hingga Nesta

Di seberang kota, Lazio juga memiliki ikon-ikonnya sendiri. Paolo Di Canio, seorang Laziale sejati yang tumbuh di lingkungan kelas pekerja, menjadi simbol semangat Lazio. Golnya pada tahun 1989 dan selebrasi ikoniknya di bawah Curva Sud mengukuhkan statusnya sebagai legenda.

Selain dia, ada Alessandro Nesta, seorang bek elegan yang merupakan produk asli akademi Lazio dan kapten tim saat mereka meraih Scudetto pada tahun 2000. Nama-nama seperti Siniša Mihajlović dengan tendangan bebas mematikannya dan Giorgio Chinaglia dengan karismanya juga menjadi bagian tak terpisahkan dari narasi besar rivalitas Roma Lazio.

Perang Suporter Fanatik di Luar Lapangan

Atmosfer sesungguhnya dari Derby della Capitale tidak hanya tercipta oleh 22 pemain di lapangan, tetapi oleh puluhan ribu suporter fanatik di tribun. Pertarungan antara Curva Sud (Roma) dan Curva Nord (Lazio) adalah sebuah tontonan tersendiri, sebuah perang kreativitas, sindiran, dan intimidasi.

Koreografi Spektakuler Curva Nord dan Curva Sud

Sebelum peluit pertama dibunyikan, mata dunia tertuju pada koreografi raksasa (tifo) yang ditampilkan oleh kedua kubu. Ini bukan sekadar spanduk, melainkan karya seni kolosal yang disiapkan selama berbulan-bulan. Mereka menggunakan mitologi Romawi, referensi film, dan sindiran tajam untuk saling mengejek dan menyatakan supremasi atas kota.

Tifo yang ditampilkan di Derby della Capitale diakui sebagai salah satu yang terbaik dan paling imajinatif di dunia sepak bola. Menurut laporan dari FIFA, atmosfer yang diciptakan oleh para suporter ini adalah salah satu yang paling intens di planet ini. Pertarungan visual ini adalah babak pertama dari derby sebelum para pemain bahkan menyentuh bola.

Sisi Gelap Rivalitas

Sayangnya, intensitas yang luar biasa ini terkadang meluap menjadi kekerasan. Sejarah rivalitas Roma Lazio diwarnai oleh insiden-insiden tragis. Yang paling terkenal adalah kematian suporter Lazio, Vincenzo Paparelli, pada tahun 1979 setelah terkena suar yang ditembakkan dari tribun seberang. Tragedi ini menjadi pengingat kelam bahwa di balik gairah sepak bola, ada bahaya nyata ketika emosi tidak terkendali.

Rivalitas ini, seperti yang diulas oleh banyak jurnalis olahraga seperti dalam The Guardian, sering kali mencerminkan ketegangan sosial yang lebih luas di Italia. Penting untuk diingat bahwa meski semangat kompetisi adalah bagian dari olahraga, kekerasan tidak memiliki tempat di dalamnya. Fokus harus selalu pada semangat sportif dan keindahan permainan yang menyatukan jutaan orang.

Derby della Capitale Hari Ini: Warisan yang Terus Hidup

Di era sepak bola modern yang semakin terglobalisasi, beberapa rivalitas mungkin kehilangan sedikit esensinya. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Derby della Capitale. Pertarungan antara Roma vs Lazio tetap menjadi salah satu yang paling otentik dan panas di Eropa. Ini adalah pengingat bahwa sepak bola, pada intinya, bersifat lokal.

Ini tentang identitas, kebanggaan lingkungan, dan hak untuk menyebut sebuah kota sebagai milik Anda. Setiap musim, terlepas dari posisi mereka di klasemen, derby ini adalah pertandingan yang paling ditunggu. Ini adalah musim di dalam musim, di mana kemenangan bisa menyelamatkan musim yang buruk dan kekalahan bisa menodai musim yang sukses. Api persaingan antara Giallorossi dan Biancocelesti tidak akan pernah padam.

Ia akan terus diwariskan kepada anak-anak dan cucu-cucu di Roma, memastikan bahwa kisah Derby della Capitale akan terus ditulis dengan tinta gairah, drama, dan cinta yang tak terhingga untuk warna kebesaran mereka. Ini lebih dari sekadar sepak bola. Ini adalah cara hidup.

Energi dan semangat yang meledak-ledak di tribun Stadio Olimpico selama pertandingan Roma vs Lazio adalah bukti nyata betapa kuatnya olahraga dapat menggerakkan emosi manusia. Gairah yang sama, ketika disalurkan dengan benar, dapat menjadi bahan bakar yang luar biasa untuk kehidupan kita sehari-hari.

Menemukan aktivitas fisik yang kita cintai, entah itu bermain sepak bola di taman, lari pagi, atau sekadar berjalan santai, dapat membantu kita melepaskan stres dan menjaga pikiran tetap jernih. Olahraga bukan hanya tentang kompetisi, tetapi juga tentang menemukan keseimbangan, merawat tubuh, dan memberi ruang bagi pikiran untuk beristirahat.

Ini adalah cara untuk merayakan kemampuan tubuh kita, sama seperti para suporter merayakan tim kesayangan mereka.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0