AS Roma Lahir dari Api Pemberontakan Menantang Raksasa Sepak Bola Utara


Senin, 01 September 2025 - 19.55 WIB
AS Roma Lahir dari Api Pemberontakan Menantang Raksasa Sepak Bola Utara
Kisah Berdirinya AS Roma (Foto oleh Boston Public Library di Unsplash).

VOXBLICK.COM - Pada dekade 1920-an, peta kekuatan sepak bola Italia sangatlah timpang. Kekuasaan terpusat di utara, di kota-kota industri seperti Turin, Milan, dan Genoa. Klub-klub seperti Juventus, Genoa, Inter, dan AC Milan silih berganti mengangkat trofi, membangun dinasti yang seolah tak tersentuh. Sementara itu, di ibu kota, Roma, kebanggaan terasa terluka. Kota Abadi yang agung hanya menjadi penonton dalam panggung drama sepak bola nasional. Puluhan klub kecil lahir dan mati, bersaing satu sama lain untuk supremasi lokal yang tak berarti apa-apa di level nasional. Kisah berdirinya Associazione Sportiva Roma, atau lebih dikenal sebagai AS Roma, bukanlah cerita tentang pendirian sebuah klub biasa. Ini adalah epik tentang penyatuan, ambisi, dan deklarasi perang terhadap hegemoni yang ada, sebuah momen fundamental yang selamanya mengubah wajah sepak bola Italia.

Lanskap Sepak Bola Roma yang Terpecah Belah

Sebelum tahun 1927, Roma adalah kota dengan banyak tim tapi tanpa satu pun juara sejati. Energi dan talenta sepak bolanya tersebar di antara beberapa klub utama, masing-masing dengan basis penggemar, sejarah, dan identitasnya sendiri.

Kondisi ini membuat tidak ada satu pun klub sepak bola Roma yang mampu menandingi kekuatan finansial, organisasi, dan skuad para raksasa dari utara. Tiga entitas paling signifikan dalam mosaik ini adalah Fortitudo-Pro Roma, SS Alba-Audace, dan Roman FC.

Fortitudo-Pro Roma SGS, yang lahir dari merger sebelumnya pada tahun 1926, mewakili semangat kelas pekerja Roma. Berbasis di Rione Borgo yang padat, mereka dikenal dengan gaya permainan yang keras dan pantang menyerah.

Mereka adalah cerminan dari rakyat biasa, tangguh dan penuh semangat juang, namun seringkali kekurangan sumber daya untuk bersaing di level tertinggi.

Di sisi lain, ada SS Alba-Audace, juga hasil fusi. Klub ini memiliki basis di lingkungan Flaminio dan lebih kompetitif di tingkat nasional.

Mereka bahkan berhasil mencapai final Kejuaraan Italia pada tahun 1925 dan 1926, meskipun selalu kalah dari tim utara. Alba-Audace menunjukkan bahwa talenta di Roma ada, tetapi mereka sendirian tidak cukup kuat untuk melangkah lebih jauh.

Terakhir, Roman Football Club adalah klub tertua di antara ketiganya, didirikan pada tahun 1901 oleh para pelajar Inggris dan Italia. Klub ini memiliki nuansa yang lebih aristokratik dan berbasis di lingkungan Parioli yang makmur.

Mereka memiliki sejarah panjang tetapi kekuatan mereka mulai memudar seiring berjalannya waktu.

Selain tiga klub ini, ada satu kekuatan lain yang berdiri sendiri, Società Sportiva Lazio. Didirikan pada tahun 1900, Lazio sudah memiliki identitas yang kuat dan basis pendukung yang mapan.

Mereka menolak untuk menjadi bagian dari fusi apa pun, sebuah keputusan yang nantinya akan melahirkan salah satu rivalitas terpanas di dunia sepak bola. Fragmentasi inilah yang menjadi penyakit kronis sepak bola Roma, sebuah kelemahan yang dieksploitasi oleh klub-klub mapan dari Piedmont dan Lombardy.

Visi Italo Foschi dan Angin Perubahan Politik

Di tengah frustrasi ini, muncullah seorang tokoh visioner bernama Italo Foschi. Ia bukan sekadar penggemar sepak bola, Foschi adalah seorang politisi berpengaruh, sekretaris Federasi Fasis Roma, dan seorang nasionalis yang berapi-api.

Baginya, kelemahan sepak bola di ibu kota adalah sebuah aib nasional. Dalam pandangannya, Roma sebagai pusat kekaisaran kuno dan pusat rezim Fasis yang baru, harus memiliki sebuah klub olahraga yang mencerminkan keagungannya.

Visinya sejalan dengan arah politik Italia saat itu. Rezim Benito Mussolini sangat gencar mempromosikan gagasan kebanggaan nasional dan kekuatan fisik.

Olahraga, khususnya sepak bola, dipandang sebagai alat yang efektif untuk propaganda dan pembentukan identitas. Sebuah klub sepak bola Roma yang kuat dan dominan akan menjadi simbol sempurna dari Roma yang "dibangkitkan kembali".

Dorongan untuk perubahan ini mendapat momentum besar dengan diperkenalkannya "Carta di Viareggio" pada tahun 1926. Menurut catatan sejarah dari Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), piagam ini merupakan reformasi besar-besaran yang dipimpin oleh komisioner FIGC, Leandro Arpinati, untuk merestrukturisasi sepak bola Italia. Tujuannya adalah menciptakan satu liga nasional yang terunifikasi, menggantikan format regional yang rumit. Piagam ini secara eksplisit mendorong klub-klub dari kota yang sama untuk melakukan merger demi menciptakan entitas yang lebih kuat secara finansial dan kompetitif. Ini adalah lampu hijau yang dibutuhkan Italo Foschi. Dia melihat kesempatan emas untuk mewujudkan mimpinya, sebuah mimpi yang didukung oleh kekuatan politik dan kerangka peraturan yang baru.

Foschi tahu bahwa untuk menantang Juventus dan Milan, Roma tidak bisa lagi terpecah. Ia harus menyatukan kekuatan yang ada di bawah satu panji, satu warna, dan satu nama.

Lahirnya AS Roma adalah sebuah proyek yang didasari oleh ambisi olahraga dan didorong oleh kehendak politik yang kuat.

Proses Fusi yang Penuh Intrik dan Negosiasi

Menyatukan tiga klub dengan sejarah, ego, dan basis penggemar yang berbeda bukanlah tugas yang mudah. Prosesnya dipenuhi dengan negosiasi alot, intrik di balik layar, dan lobi politik tingkat tinggi.

Italo Foschi, dengan pengaruh politiknya, menjadi motor penggerak utama, memanggil para pemimpin dari Fortitudo-Pro Roma, Alba-Audace, dan Roman FC untuk duduk bersama.

Pertemuan bersejarah itu terjadi pada tanggal 7 Juni 1927, di sebuah kantor di Via Forlì nomor 16. Di ruangan itu, para perwakilan dari ketiga klub, di bawah arahan Foschi, menandatangani dokumen yang melebur identitas mereka menjadi satu.

Dari Fortitudo hadir pahlawan klub, Fulvio Bernardini, sementara Alba diwakili oleh Ulisse Igliori dan Roman FC oleh Vittorio Scialoja. Mereka sepakat untuk mengesampingkan perbedaan demi tujuan yang lebih besar, menciptakan sebuah klub sepak bola Roma yang bisa dibanggakan oleh seluruh kota.

Namun, ada satu keping puzzle yang hilang, yaitu Lazio. Foschi awalnya menginginkan Lazio untuk bergabung, menciptakan satu klub tunggal yang tak terbantahkan untuk Roma. Namun, Lazio menolak keras.

Presiden mereka saat itu, Jenderal Giorgio Vaccaro, yang juga merupakan anggota penting rezim Fasis, menggunakan pengaruhnya untuk mempertahankan independensi klubnya. Ia berhasil berargumen bahwa Lazio, sebagai Ente Morale (badan nirlaba yang diakui negara) sejak tahun 1921, memiliki status khusus dan sejarah yang tidak boleh dilebur. Intervensi Vaccaro berhasil, dan Lazio tetap menjadi entitas terpisah. Penolakan inilah yang secara tidak sengaja menabur benih Derby della Capitale, salah satu derby paling sengit dalam sepak bola Italia, sebuah perseteruan yang mendefinisikan kota Roma hingga hari ini. Meskipun gagal menyatukan seluruh kota, fusi tiga klub sudah cukup untuk memulai sebuah revolusi. Momen itu menandai berakhirnya era lama dan dimulainya sejarah AS Roma.

Lahirnya Identitas Giallorossi: Simbol Kebanggaan Roma

Setelah kesepakatan tercapai, langkah selanjutnya adalah menciptakan identitas yang bisa diterima dan dicintai oleh semua faksi yang bersatu. Pemilihan nama, warna, dan logo dilakukan dengan sangat cermat untuk membangkitkan kebanggaan seluruh kota.

  • Nama: Dipilihlah nama yang paling representatif, Associazione Sportiva Roma. Sederhana, kuat, dan inklusif. Nama ini tidak menonjolkan salah satu dari klub pendiri, melainkan langsung merujuk pada kota itu sendiri. Ini adalah pernyataan bahwa AS Roma adalah milik seluruh Roma.
  • Warna: Keputusan paling brilian adalah pemilihan warna. Alih-alih menggabungkan warna dari tiga klub lama, mereka mengadopsi warna dari Gonfalone (panji kebesaran) kota Roma, yaitu kuning keemasan (giallo) dan merah marun (rosso). Keputusan ini secara simbolis menempatkan klub sebagai pewaris tradisi dan sejarah panjang kota. Sejak saat itu, julukan Giallorossi melekat selamanya, menjadi identitas yang lebih dari sekadar warna seragam.
  • Logo: Untuk logo, mereka memilih simbol paling ikonik dari kota Roma, Lupa Capitolina (Serigala Kapitolin) yang sedang menyusui Romulus dan Remus, sang pendiri mitologis kota. Dengan mengadopsi simbol suci ini, sebagaimana dijelaskan dalam situs resmi AS Roma, klub secara eksplisit menghubungkan dirinya dengan asal-usul legendaris Roma. Ini adalah sebuah deklarasi kuat bahwa AS Roma bukan sekadar klub, melainkan perwujudan semangat abadi kota itu.

Setiap elemen identitas baru ini dirancang untuk menyatukan para penggemar yang sebelumnya terpecah dan memberi mereka simbol kebanggaan bersama.

Identitas Giallorossi dengan cepat diterima dan menjadi seruan perang bagi para pendukungnya. Kelahiran AS Roma bukan hanya merger administratif, tetapi juga penciptaan sebuah kultur baru yang berakar kuat pada sejarah Romawi.

Langkah Pertama Sang Serigala Ibu Kota di Kancah Sepak Bola Italia

Dengan identitas yang kuat dan skuad yang merupakan gabungan talenta terbaik dari tiga klub, AS Roma langsung terjun ke kompetisi nasional, yang saat itu bernama Divisione Nazionale (cikal bakal Serie A).

Italo Foschi menjabat sebagai presiden pertama, meletakkan fondasi organisasi yang profesional.

Klub memainkan musim perdananya di Motovelodromo Appio, sebelum pindah ke markas legendaris pertama mereka, Campo Testaccio, pada tahun 1929. Campo Testaccio bukanlah stadion megah.

Terletak di jantung lingkungan kelas pekerja yang menjadi basis utama pendukung klub, stadion ini menjadi benteng yang angker bagi lawan. Struktur kayunya yang khas dan kedekatan tribun dengan lapangan menciptakan atmosfer yang luar biasa intens. Para pemain bisa mendengar setiap teriakan dan instruksi dari para pendukung, yang dikenal sebagai il popolo giallorosso (rakyat Giallorossi). Di sinilah fondasi cinta antara klub dan kotanya benar-benar ditempa.

Kesuksesan tidak butuh waktu lama untuk datang. Di musim debutnya, tim baru ini menunjukkan bahwa mereka adalah kekuatan yang harus diperhitungkan. Puncaknya datang pada tahun 1928, ketika AS Roma memenangkan trofi besar pertamanya, Coppa CONI.

Kemenangan ini adalah validasi dari proyek ambisius Foschi. Ini membuktikan bahwa Roma yang bersatu bisa bersaing dan menang melawan siapapun. Trofi tersebut adalah sinyal keras yang dikirim ke utara bahwa sebuah kekuatan baru telah lahir di ibu kota. Para raksasa sepak bola Italia kini memiliki penantang baru yang serius, seorang penantang yang membawa nama dan kebanggaan dari kota paling bersejarah di dunia. Langkah pertama sang serigala telah diambil, dan jejaknya akan terukir abadi dalam sejarah AS Roma.

Kelahiran AS Roma pada akhirnya adalah sebuah kisah tentang bagaimana olahraga dapat menjadi cerminan dari identitas, kebanggaan, dan aspirasi sebuah kota.

Ini adalah bukti bahwa dari perpecahan bisa lahir kekuatan, dan dari ambisi bisa lahir sebuah warisan yang bertahan melintasi generasi. Lebih dari sekadar klub sepak bola, Giallorossi menjadi simbol perlawanan Roma, sebuah pengingat abadi bahwa bahkan dalam menghadapi dominasi yang tampaknya tak tergoyahkan, semangat persatuan dapat menciptakan keajaiban. Sejarah klub ini adalah pelajaran tentang bagaimana sebuah visi, yang didukung oleh hasrat kolektif, dapat mengubah lanskap kompetisi selamanya.

Semangat persatuan dan pengejaran tanpa henti terhadap sebuah tujuan yang mendefinisikan kelahiran AS Roma adalah pengingat kuat akan apa yang bisa kita capai.

Sama seperti para perintis yang membangun warisan dari nol, kita juga bisa membangun kekuatan kita sendiri, selangkah demi selangkah. Menemukan olahraga, tim, atau sekadar rutinitas, baik itu sepak bola, lari, atau jalan santai, lebih dari sekadar kebugaran fisik. Ini tentang terhubung dengan semangat juang yang sama, membangun ketahanan dalam hidup kita sendiri, dan memastikan pikiran serta tubuh kita cukup kuat untuk menghadapi tantangan apa pun, persis seperti yang dilakukan para Giallorossi di lapangan hijau Italia. Informasi yang disajikan, meskipun telah diperiksa dengan cermat, selalu bergantung pada catatan sejarah yang tersedia yang terkadang memiliki interpretasi berbeda.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0