Bukan Cuma Soal Diet, Ini Beda Jelas Anoreksia, Bulimia, dan Binge Eating Disorder yang Wajib Kamu Tahu

VOXBLICK.COM - Anoreksia nervosa sering kali disalahartikan sebagai keinginan ekstrem untuk menjadi kurus. Padahal, kondisi ini jauh lebih kompleks dan berakar pada masalah kesehatan mental yang serius.
Ini adalah gangguan makan yang ditandai dengan pembatasan asupan energi yang parah, menyebabkan berat badan sangat rendah. Namun, inti dari anoreksia nervosa bukanlah sekadar makanan, melainkan ketakutan yang luar biasa intens terhadap kenaikan berat badan dan persepsi yang terdistorsi tentang bentuk tubuh.
Seseorang dengan anoreksia nervosa melihat dirinya kelebihan berat badan, bahkan ketika secara objektif mereka sudah sangat kurus dan kekurangan gizi. Perjuangan internal ini mendorong mereka untuk terus-menerus membatasi makan, yang pada akhirnya membahayakan kesehatan fisik dan mental mereka.
Gangguan makan ini bukan pilihan gaya hidup, melainkan kondisi kejiwaan yang membutuhkan penanganan serius.
Pembatasan Kalori Ekstrem
Ciri utama dari anoreksia nervosa adalah kontrol ketat terhadap asupan kalori. Penderitanya mungkin hanya makan jenis makanan tertentu dalam porsi yang sangat kecil. Mereka terobsesi dengan angka kalori, kandungan lemak, dan bahan-bahan makanan.
Perilaku ini bukan didasari oleh keinginan untuk hidup sehat, melainkan oleh rasa takut yang mendalam. Mereka mungkin mengembangkan ritual makan yang aneh, seperti memotong makanan menjadi potongan-potongan kecil atau mengunyah makanan lalu membuangnya. Upaya untuk mempertahankan berat badan yang sangat rendah ini menjadi fokus utama dalam hidup mereka, mengalahkan kebutuhan dasar tubuh akan nutrisi.
Kondisi ini sering kali diperparah dengan olahraga berlebihan untuk membakar kalori yang sudah sangat sedikit mereka konsumsi.
Ketakutan Intens pada Berat Badan
Bagi seseorang dengan anoreksia nervosa, timbangan adalah sumber kecemasan tertinggi. Setiap ons kenaikan berat badan dianggap sebagai kegagalan pribadi yang mengerikan.
Ketakutan ini tidak rasional dan tidak berkurang bahkan ketika mereka sudah berada di bawah berat badan normal yang sehat. Rasa takut ini mengendalikan setiap keputusan mereka terkait makanan dan aktivitas fisik. Mereka terus-menerus menimbang diri, mengukur bagian tubuh, dan memeriksa penampilan di cermin, mencari-cari 'lemak' yang sebenarnya tidak ada.
Kesehatan mental mereka terikat erat pada angka di timbangan, menciptakan siklus kecemasan dan pembatasan yang berbahaya.
Gangguan Citra Tubuh (Body Image Distortion)
Salah satu aspek paling membingungkan dari anoreksia nervosa adalah gangguan citra tubuh. Penderitanya secara tulus percaya bahwa mereka gemuk, meskipun bukti fisik menunjukkan sebaliknya. Mereka tidak dapat melihat tubuh mereka secara objektif.
Distorsi persepsi ini adalah gejala inti dari penyakit ini, bukan sekadar ketidakpuasan biasa terhadap penampilan. Hal ini membuat mereka merasa bahwa upaya penurunan berat badan mereka selalu kurang dan harus terus dilanjutkan, menjebak mereka dalam siklus yang mengancam jiwa.
Memahami perbedaan anoreksia dan bulimia dimulai dari pemahaman mendalam tentang distorsi citra tubuh ini.
Bulimia Nervosa: Siklus Tersembunyi Binge dan Purge
Berbeda dengan anoreksia nervosa yang ditandai dengan pembatasan konstan, bulimia nervosa melibatkan siklus perilaku yang ekstrem: makan berlebihan (binge) diikuti oleh upaya untuk 'membersihkan' atau kompensasi (purge).
Orang dengan bulimia nervosa sering kali memiliki berat badan dalam rentang normal atau bahkan sedikit di atas normal, membuat gangguan makan ini lebih sulit dideteksi oleh orang lain. Di balik penampilan luar yang mungkin tampak baik-baik saja, mereka terjebak dalam siklus rahasia yang menyiksa secara fisik dan emosional.
Perasaan malu dan bersalah sangat dominan dalam bulimia nervosa, mendorong mereka untuk menyembunyikan perilaku binge-purge dari teman dan keluarga. Gangguan makan ini sangat merusak kesehatan mental dan fisik.
Episode Makan Berlebihan (Binge Eating)
Episode binge adalah inti dari bulimia nervosa.
Selama episode ini, seseorang mengonsumsi makanan dalam jumlah yang jauh lebih besar dari porsi normal dalam waktu singkat (misalnya, dalam dua jam). Yang paling penting, mereka merasa kehilangan kendali total saat makan. Mereka tidak bisa berhenti makan meskipun sudah merasa sangat kenyang.
Makanan yang dikonsumsi selama binge sering kali adalah makanan yang biasanya mereka hindari, seperti makanan tinggi kalori, manis, atau berlemak. Episode ini sering kali dipicu oleh stres, emosi negatif tentang berat badan atau bentuk tubuh, atau rasa lapar ekstrem akibat pembatasan makan sebelumnya.
Perilaku Kompensasi (Purging)
Setelah episode binge, muncul rasa panik, bersalah, dan malu yang luar biasa.
Untuk meredakan perasaan ini dan mencegah kenaikan berat badan, mereka melakukan perilaku kompensasi atau purging. Bentuk purging yang paling umum dikenal adalah memuntahkan makanan secara sengaja. Namun, purging juga bisa mencakup penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, atau enema. Selain itu, bentuk kompensasi non-purging juga umum terjadi, seperti berpuasa dalam waktu lama atau melakukan olahraga yang sangat berlebihan hingga membahayakan tubuh.
Siklus ini menciptakan ketergantungan fisik dan psikologis yang sangat sulit dipatahkan tanpa bantuan profesional.
Binge Eating Disorder (BED): Ketika Makan Tak Terkendali
Binge Eating Disorder (BED) adalah gangguan makan yang paling umum, namun sering kali kurang dipahami dibandingkan anoreksia atau bulimia nervosa. Seperti bulimia, BED juga melibatkan episode makan berlebihan (binge) yang berulang dengan perasaan kehilangan kendali.
Namun, perbedaan krusialnya adalah penderita BED tidak melakukan perilaku kompensasi seperti muntah atau olahraga berlebihan setelahnya. Akibatnya, banyak penderita BED mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, yang membawa risiko kesehatan fisik tersendiri. Namun, penting untuk diingat bahwa BED adalah masalah kesehatan mental yang serius, bukan sekadar kurangnya kemauan untuk mengontrol makan.
Gangguan makan ini sering kali berakar pada masalah emosional yang dalam.
Episode Binge Eating Tanpa Kompensasi
Ini adalah ciri pembeda utama antara binge eating disorder dan bulimia nervosa. Episode makan berlebihan terjadi, tetapi tidak diikuti oleh upaya untuk 'menghilangkan' kalori yang masuk.
Penderita akan makan dengan sangat cepat, makan sampai merasa tidak nyaman, dan makan dalam jumlah besar bahkan saat tidak merasa lapar secara fisik. Perilaku ini sering dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena perasaan malu yang mendalam terkait jumlah makanan yang mereka konsumsi.
Setelah episode binge berakhir, mereka diliputi perasaan jijik, depresi, atau rasa bersalah yang sangat kuat, yang sayangnya sering kali memicu episode binge berikutnya, menciptakan siklus yang sulit dihentikan.
Perasaan Negatif yang Kuat
BED terkait erat dengan kondisi kesehatan mental lainnya seperti depresi dan kecemasan. Episode makan berlebihan sering kali menjadi cara untuk mengatasi atau menekan emosi yang sulit.
Makanan digunakan sebagai pelarian sementara dari rasa sakit emosional, kesepian, atau stres. Namun, kelegaan ini hanya bersifat sesaat dan segera digantikan oleh perasaan negatif yang lebih kuat. Rasa malu dan kebencian terhadap diri sendiri setelah binge dapat memperburuk kondisi depresi yang sudah ada, membuat pemulihan menjadi lebih kompleks.
Mengatasi binge eating disorder berarti mengatasi akar masalah emosional yang mendasarinya.
Perbedaan Kunci: Anoreksia vs. Bulimia vs. Binge Eating Disorder
Meskipun ketiganya adalah gangguan makan yang serius, memahami perbedaan spesifik antara anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating disorder sangat penting untuk identifikasi dan penanganan yang tepat. Sering kali, masyarakat umum menyamaratakan ketiganya, padahal manifestasi dan dampaknya sangat berbeda.
Perbedaan anoreksia dan bulimia serta BED terletak pada tiga aspek utama: berat badan, pola makan, dan kondisi psikologis yang mendasarinya. Menurut berbagai sumber kesehatan global seperti World Health Organization (WHO), mengenali gejala spesifik adalah kunci intervensi dini.
Penanganan kesehatan mental yang tepat, seperti yang diadvokasikan oleh lembaga seperti Kementerian Kesehatan RI, sangat bergantung pada diagnosis yang akurat.
Fokus pada Berat Badan
Perbedaan paling mencolok secara fisik adalah berat badan penderitanya. Penderita anoreksia nervosa selalu memiliki berat badan yang sangat rendah, jauh di bawah standar sehat untuk usia dan tinggi badan mereka.
Sebaliknya, penderita bulimia nervosa biasanya memiliki berat badan dalam rentang normal atau sedikit berlebih, yang bisa berfluktuasi karena siklus binge-purge. Sementara itu, penderita binge eating disorder sering kali memiliki berat badan berlebih atau obesitas karena episode makan berlebihan yang tidak diimbangi dengan perilaku kompensasi.
Pola Makan dan Perilaku
Pola makan adalah pembeda utama lainnya.
Anoreksia nervosa didominasi oleh restriksi dan penolakan makanan yang konsisten. Bulimia nervosa ditandai oleh pola kacau: periode restriksi yang diselingi dengan episode makan berlebihan (binge) dan diikuti oleh perilaku kompensasi (purge). Binge eating disorder ditandai oleh episode makan berlebihan yang berulang tanpa adanya perilaku kompensasi.
Perbedaan anoreksia dan bulimia dalam hal perilaku ini sangat fundamental.
Aspek Psikologis
Secara psikologis, dorongan di balik setiap gangguan makan ini juga berbeda. Pada anoreksia nervosa, ada dorongan kuat untuk mencapai kontrol penuh atas tubuh dan makanan, yang memberikan rasa penguasaan.
Pada bulimia nervosa, ada perasaan kehilangan kontrol yang kuat selama episode binge, yang kemudian diikuti oleh upaya putus asa untuk mendapatkan kembali kontrol melalui purging.
Pada binge eating disorder, episode makan sering kali menjadi mekanisme koping untuk emosi negatif, diikuti oleh rasa malu dan putus asa yang mendalam karena tidak adanya 'solusi' kompensasi.
Memahami perbedaan antara anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating disorder adalah langkah awal yang penting. Namun, setiap individu memiliki pengalaman yang unik.
Informasi dalam artikel ini bertujuan untuk edukasi dan tidak dapat menggantikan diagnosis atau saran dari tenaga medis profesional. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang berjuang dengan gangguan makan, sangat penting untuk mencari bimbingan dari psikolog, psikiater, atau dokter yang berpengalaman dalam menangani kondisi kesehatan mental ini untuk mendapatkan rencana perawatan yang tepat dan personal.
Apa Reaksi Anda?






