Bukan Sekadar Kurus: Bahaya Tersembunyi Anoreksia yang Menggerogoti Organ Vital dan Mental Anda

Oleh VOXBLICK

Jumat, 22 Agustus 2025 - 08.55 WIB
Bukan Sekadar Kurus: Bahaya Tersembunyi Anoreksia yang Menggerogoti Organ Vital dan Mental Anda
Dampak Anoreksia Jangka Panjang (Foto oleh Roland Suciu di Unsplash).

VOXBLICK.COM - Di balik citra tubuh yang terlihat sangat kurus, tersembunyi perjuangan sunyi yang mengancam jiwa. Anoreksia nervosa lebih dari sekadar keinginan untuk kurus; ini adalah gangguan makan kompleks dengan dampak jangka panjang yang merusak kesehatan organ vital dan mental.

Ketika tubuh tidak mendapatkan asupan kalori yang cukup untuk berfungsi, ia memasuki mode bertahan hidup. Mode ini memaksanya untuk memperlambat semua proses dan mulai memecah jaringannya sendiri untuk mendapatkan energi. Proses kanibalisasi diri ini memiliki konsekuensi yang mengerikan, terutama pada organ-organ yang paling penting.

Lebih jauh lagi, proses ini tidak hanya terbatas pada lemak tubuh; otot, termasuk otot jantung, dan bahkan jaringan otak, bisa menjadi sasaran. Ini adalah keadaan darurat biologis di mana tubuh berusaha mempertahankan fungsi vital dengan mengorbankan kesehatan jangka panjang. Proses ini dapat dipercepat oleh faktor-faktor seperti stres, kurang tidur, dan aktivitas fisik yang berlebihan tanpa asupan kalori yang memadai.

Pemahaman yang mendalam tentang mekanisme ini penting untuk menyadari betapa berbahayanya anoreksia nervosa.

Jantung yang Melemah dan Terancam Berhenti

Jantung, sebagai otot yang paling bekerja keras di tubuh, menjadi salah satu korban pertama dari dampak anoreksia.

Malnutrisi parah memaksa tubuh untuk menghemat energi dengan cara apapun, termasuk dengan memperlambat detak jantung ke tingkat yang sangat berbahaya, kondisi yang dikenal sebagai bradikardia. Bradikardia yang ekstrem dapat menyebabkan pusing, kelelahan, dan bahkan pingsan. Tekanan darah juga turun drastis (hipotensi), membuat penderitanya sering merasa pusing, lemas, dan bahkan pingsan.

Dalam jangka panjang, tubuh mulai memecah jaringan otot jantung itu sendiri untuk bahan bakar. Ini menyebabkan otot jantung menyusut dan melemah, meningkatkan risiko aritmia (detak jantung tidak teratur) dan, dalam kasus terburuk, gagal jantung mendadak. Aritmia bisa berupa fibrilasi atrium atau ventrikel, yang keduanya sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian mendadak.

Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ini bukan lagi sekadar masalah penampilan, melainkan ancaman langsung terhadap kesehatan organ vital. Kondisi ini diperparah oleh ketidakseimbangan elektrolit, seperti kekurangan kalium dan magnesium, yang sering terjadi pada penderita anoreksia dan penting untuk fungsi jantung yang normal.

Pemantauan EKG (elektrokardiogram) secara teratur sangat penting untuk mendeteksi dan mengelola masalah jantung pada penderita anoreksia. Untuk pemahaman lebih lanjut tentang fungsi jantung, Anda bisa mengunjungi halaman Wikipedia tentang Jantung.

Tulang yang Rapuh Bahkan di Usia Muda

Dampak jangka panjang lain yang sering diabaikan adalah kerusakan tulang.

Masa remaja dan dewasa awal adalah periode krusial untuk membangun kepadatan tulang maksimal. Anoreksia nervosa yang terjadi pada masa ini secara efektif merampas kesempatan tersebut. Kekurangan nutrisi vital seperti kalsium, vitamin D, dan protein, ditambah dengan gangguan hormonal (terutama rendahnya kadar estrogen), mengganggu proses pembentukan tulang baru.

Rendahnya kadar estrogen pada wanita mengganggu aktivitas osteoblas, sel-sel yang bertanggung jawab untuk membangun tulang. Akibatnya, banyak penderita gangguan makan ini mengalami osteopenia (kepadatan tulang rendah) atau bahkan osteoporosis (tulang keropos) pada usia yang sangat muda. Kondisi ini membuat tulang menjadi sangat rapuh dan rentan patah, sebuah kerusakan yang sayangnya seringkali tidak dapat diperbaiki sepenuhnya bahkan setelah pemulihan anoreksia.

Patah tulang pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan adalah komplikasi yang umum dan dapat menyebabkan rasa sakit kronis, disabilitas, dan penurunan kualitas hidup. Selain itu, kekurangan vitamin K, yang penting untuk pembentukan protein tulang, juga dapat memperburuk kondisi tulang.

Olahraga yang menahan beban (weight-bearing exercise) dan suplemen kalsium dan vitamin D dapat membantu memperlambat laju kehilangan tulang, tetapi tidak dapat sepenuhnya membalikkan kerusakan yang sudah terjadi.

Untuk informasi lebih lanjut tentang osteoporosis, kunjungi Alodokter tentang Osteoporosis.

Otak yang 'Lapar' dan Fungsi Kognitif yang Menurun

Otak adalah organ yang sangat boros energi, mengonsumsi sekitar 20% dari total kalori tubuh. Ketika asupan kalori dibatasi secara ekstrem, otak tidak mendapatkan bahan bakar yang dibutuhkannya.

Dampak anoreksia pada otak sangat signifikan, menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, memori yang buruk, dan 'brain fog' atau kabut otak. Penderita sering merasa sulit untuk berpikir jernih dan membuat keputusan. Studi pencitraan otak bahkan menunjukkan adanya penyusutan materi abu-abu dan putih pada penderita anoreksia nervosa aktif. Penyusutan ini dapat memengaruhi berbagai fungsi kognitif, termasuk perhatian, memori kerja, dan fungsi eksekutif.

Kekurangan nutrisi esensial seperti asam lemak omega-3, vitamin B, dan mineral juga mengganggu produksi neurotransmitter, yang semakin memperburuk kondisi kesehatan mental yang sering menyertai gangguan makan ini. Neurotransmitter seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin sangat penting untuk mengatur suasana hati, tidur, dan nafsu makan. Kekurangan nutrisi dapat mengganggu produksi dan fungsi neurotransmitter ini, yang menyebabkan depresi, kecemasan, dan masalah tidur.

Selain itu, dehidrasi, yang sering terjadi pada penderita anoreksia, juga dapat memperburuk fungsi kognitif. Hidrasi yang cukup sangat penting untuk fungsi otak yang optimal. Intervensi nutrisi dan psikoterapi dapat membantu memulihkan fungsi kognitif dan meningkatkan kesehatan mental.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang fungsi otak, kunjungi BrainFacts.org.

Kekacauan Sistem Pencernaan dan Hormon

Sistem pencernaan juga menderita akibat pembatasan makan yang parah. Perut menjadi lebih lambat dalam mengosongkan isinya, sebuah kondisi yang disebut gastroparesis, yang menyebabkan kembung, mual, dan rasa sakit setelah makan dalam porsi kecil sekalipun. Gastroparesis dapat menyebabkan penundaan penyerapan nutrisi dan memperburuk malnutrisi.

Sembelit kronis juga menjadi masalah umum karena melambatnya pergerakan usus. Sembelit dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, sakit perut, dan bahkan komplikasi seperti wasir. Secara hormonal, dampak jangka panjang anoreksia sangat luas. Pada wanita, salah satu tanda paling umum adalah amenore, atau berhentinya siklus menstruasi, yang merupakan respons tubuh untuk menghemat energi.

Ini juga menandakan kadar estrogen yang rendah, yang berkontribusi pada masalah tulang dan kesuburan. Amenore dapat berlangsung selama bertahun-tahun setelah pemulihan berat badan dan dapat meningkatkan risiko infertilitas. Keseimbangan hormon tiroid dan hormon stres (kortisol) juga terganggu, memperlambat metabolisme lebih jauh dan memengaruhi setiap sel di dalam tubuh.

Kadar hormon tiroid yang rendah (hipotiroidisme) dapat menyebabkan kelelahan, penambahan berat badan, dan depresi. Kadar kortisol yang tinggi dapat menyebabkan kecemasan, insomnia, dan masalah pencernaan. Selain itu, kekurangan seng, yang umum terjadi pada penderita anoreksia, dapat mengganggu fungsi kekebalan tubuh dan memperlambat penyembuhan luka. Pemantauan hormonal dan intervensi nutrisi sangat penting untuk memulihkan fungsi sistem pencernaan dan hormonal.

Untuk informasi lebih lanjut tentang sistem pencernaan, kunjungi NHS tentang Sistem Pencernaan.

Dampak Jangka Panjang pada Kesehatan Mental: Luka yang Tak Terlihat

Anoreksia nervosa secara fundamental adalah sebuah penyakit mental dengan manifestasi fisik. Perjuangan internal seringkali jauh lebih menyakitkan daripada dampak fisik yang terlihat.

Gangguan makan ini menjebak penderitanya dalam siklus pemikiran obsesif tentang makanan, berat badan, dan citra tubuh, yang mengisolasi mereka dari kehidupan normal dan orang-orang yang mereka cintai. Siklus ini seringkali diperburuk oleh perasaan bersalah, malu, dan rendah diri. Penderita mungkin merasa tidak berharga dan tidak layak mendapatkan bantuan.

Pikiran obsesif tentang makanan dan berat badan dapat menghabiskan seluruh waktu dan energi mereka, membuat mereka sulit untuk fokus pada hal lain. Isolasi sosial dapat memperburuk perasaan depresi dan kecemasan.

Dukungan dari keluarga, teman, dan profesional kesehatan mental sangat penting untuk memecahkan siklus ini dan memulai proses pemulihan.

Lingkaran Setan Depresi dan Kecemasan

Sangat umum bagi anoreksia nervosa untuk terjadi bersamaan dengan gangguan kesehatan mental lainnya, terutama depresi dan gangguan kecemasan. Malnutrisi itu sendiri dapat menyebabkan atau memperburuk gejala depresi dengan mengganggu keseimbangan kimia di otak.

Rasa lapar yang konstan juga membuat seseorang mudah tersinggung dan cemas. Di sisi lain, ritual seputar makanan, penimbangan berat badan, dan olahraga yang kompulsif adalah manifestasi dari kecemasan yang mendalam. Ritual ini mungkin memberikan rasa kendali sementara, tetapi pada akhirnya memperkuat gangguan makan.

Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), gangguan makan sering kali disertai dengan gangguan mood dan kecemasan, menciptakan siklus yang sulit untuk dipatahkan tanpa bantuan profesional. Gangguan mood seperti gangguan bipolar dan gangguan distimik juga sering terjadi bersamaan dengan anoreksia. Kecemasan dapat bermanifestasi sebagai gangguan kecemasan umum, gangguan panik, atau fobia sosial.

Pengobatan untuk depresi dan kecemasan, seperti antidepresan dan terapi perilaku kognitif (CBT), dapat membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Dukungan dari kelompok sebaya dan keluarga juga sangat penting untuk pemulihan.

Untuk memahami lebih lanjut tentang depresi, kunjungi WHO tentang Depresi.

Isolasi Sosial dan Perilaku Obsesif-Kompulsif (OCD)

Kehidupan penderita gangguan makan seringkali didominasi oleh aturan-aturan kaku yang mereka buat sendiri seputar makanan dan olahraga. Hal ini membuat aktivitas sosial normal, seperti makan malam bersama teman atau keluarga, menjadi sumber stres yang luar biasa.

Akibatnya, banyak yang mulai menarik diri dan mengisolasi diri, kehilangan koneksi sosial yang penting untuk kesehatan mental. Isolasi sosial dapat memperburuk perasaan kesepian, depresi, dan kecemasan. Pola pikir obsesif dan perilaku kompulsif yang menjadi ciri khas anoreksia juga sangat tumpang tindih dengan gejala Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD).

Pemikiran yang terus-menerus tentang kalori atau ketakutan akan kenaikan berat badan adalah bentuk obsesi, sementara ritual makan atau olahraga adalah bentuk kompulsi. Ritual ini dapat menghabiskan berjam-jam setiap hari dan mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi secara normal. Perilaku kompulsif juga dapat mencakup memeriksa berat badan secara berlebihan, mengukur bagian tubuh, dan membandingkan diri dengan orang lain.

Terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi pemaparan dan pencegahan respons (ERP) adalah pengobatan yang efektif untuk OCD dan perilaku obsesif-kompulsif yang terkait dengan anoreksia. Dukungan dari keluarga dan teman juga sangat penting untuk membantu penderita mengatasi isolasi sosial dan membangun kembali koneksi sosial.

Untuk informasi lebih lanjut tentang OCD, kunjungi International OCD Foundation.

Jalan Menuju Pemulihan Anoreksia: Bisakah Kerusakan Diperbaiki?

Melihat daftar dampak jangka panjang yang begitu parah mungkin terasa menakutkan, tetapi penting untuk mengetahui bahwa pemulihan anoreksia sangat mungkin terjadi. Tubuh manusia memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menyembuhkan diri sendiri begitu ia mulai menerima nutrisi yang dibutuhkan.

Dengan perawatan yang tepat, banyak dampak anoreksia pada kesehatan organ vital dapat diperbaiki. Jantung dapat kembali ke ukuran dan fungsi normal, sistem pencernaan dapat pulih, dan keseimbangan hormonal dapat dipulihkan. Namun, beberapa kerusakan, seperti hilangnya kepadatan tulang, mungkin lebih permanen, yang menggarisbawahi pentingnya intervensi sedini mungkin. Proses pemulihan anoreksia adalah sebuah maraton, bukan sprint.

Ini membutuhkan pendekatan tim yang komprehensif, melibatkan pemantauan medis untuk memastikan proses penambahan berat badan (refeeding) berjalan aman dan untuk mengatasi komplikasi kesehatan. Sindrom refeeding adalah komplikasi serius yang dapat terjadi ketika seseorang yang kekurangan gizi mulai makan lagi terlalu cepat. Ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit yang berbahaya dan masalah jantung.

Dukungan dari ahli gizi sangat penting untuk membangun kembali hubungan yang sehat dengan makanan, sementara terapi psikologis membantu mengatasi akar masalah kesehatan mental yang mendasari gangguan makan tersebut. Terapi perilaku kognitif (CBT), terapi dialektika perilaku (DBT), dan terapi keluarga adalah jenis terapi yang efektif untuk anoreksia.

Menurut organisasi seperti National Eating Disorders Association (NEDA), pemulihan penuh tidak hanya berarti pemulihan berat badan, tetapi juga pemulihan psikologis dari pemikiran dan perilaku yang merusak. Ini termasuk mengembangkan citra tubuh yang positif, meningkatkan harga diri, dan membangun hubungan yang sehat dengan makanan dan olahraga. Memahami dampak anoreksia yang luas ini adalah langkah pertama.

Setiap perjalanan pemulihan adalah unik dan memerlukan panduan dari tim profesional yang terdiri dari dokter, ahli gizi, dan terapis kesehatan mental. Mereka dapat merancang rencana perawatan yang aman dan sesuai dengan kondisi individu, memastikan proses pemulihan berjalan dengan dukungan yang tepat dan penuh empati untuk mengatasi gangguan makan ini.

Selain itu, dukungan dari kelompok sebaya dan keluarga dapat memberikan rasa komunitas dan pemahaman yang sangat berharga selama proses pemulihan. Pemulihan adalah mungkin, dan dengan dukungan yang tepat, penderita anoreksia dapat menjalani kehidupan yang sehat dan memuaskan. Penting untuk diingat bahwa kemunduran adalah bagian normal dari proses pemulihan, dan penting untuk tidak menyerah dan terus mencari dukungan.

Untuk informasi lebih lanjut tentang pemulihan gangguan makan, kunjungi Eating Recovery Center.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0