Buku Sejarah Indonesia 2025 Siap-siap, Cara Kita Memandang Masa Lalu Bakal Dirombak Total

Oleh Andre NBS

Senin, 18 Agustus 2025 - 07.15 WIB
Buku Sejarah Indonesia 2025 Siap-siap, Cara Kita Memandang Masa Lalu Bakal Dirombak Total
Buku Sejarah Baru 2025 (Foto oleh Boudewijn Huysmans di Unsplash).

Narasi Sejarah Bangsa Siap Ditulis Ulang

VOXBLICK.COM - Sebuah proyek raksasa sedang berjalan di balik layar dunia pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Bersiaplah, karena buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI) yang selama ini menjadi acuan akan segera memiliki versi baru yang jauh berbeda. Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menargetkan peluncuran Oktober 2025 untuk buku sejarah Indonesia terbaru ini. Ini bukan sekadar revisi atau pembaruan minor, melainkan sebuah penulisan ulang fundamental yang mengusung perspektif Indonesia sentris. Artinya, cara kita diajarkan tentang Majapahit, Perang Diponegoro, hingga Proklamasi Kemerdekaan, kemungkinan besar akan berubah. Proyek sejarah nasional ini digagas karena adanya kesadaran bahwa buku SNI yang ada saat initerbitan era 1970-ansudah tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman dan temuan-temuan sejarah baru. Banyak pihak, termasuk para sejarawan, merasa narasi yang ada terlalu Jawa-sentris, fokus pada sejarah politik dan militer, serta kerap mengesampingkan peran daerah lain, perempuan, dan kelompok-kelompok minoritas dalam alur besar sejarah bangsa. Gagasan tentang penulisan inklusif sejarah menjadi motor penggerak utama di balik upaya besar-besaran ini, sebuah langkah yang dianggap krusial untuk memperkuat literasi sejarah Nusantara di kalangan generasi muda.

Mengapa Buku Sejarah Lama Perlu Dirombak?

Buku SNI yang ada sekarang, meski pernah menjadi karya monumental pada masanya, dianggap membawa beberapa beban warisan. Pertama, narasi reformasi pasca-1998 membuka ruang kritik yang lebih luas terhadap historiografi versi Orde Baru.

Para sejarawan mulai menyoroti bagaimana buku tersebut digunakan sebagai alat legitimasi kekuasaan, dengan penekanan berlebih pada stabilitas dan peran militer. Komentar sejarawan negeri seringkali menunjuk pada kurangnya ruang untuk interpretasi alternatif dan minimnya pembahasan mengenai konflik atau sisi kelam dalam sejarah bangsa. Kedua, perspektif penjajahan yang terkadang masih terlihat dari sudut pandang kolonial (neerlando-sentris) perlu dibongkar total. Tujuannya adalah membangun sebuah narasi dari dalam, yang menempatkan orang Indonesia sebagai subjek atau aktor utama sejarahnya sendiri, bukan sekadar objek dari kekuatan asing. Ini adalah inti dari perspektif Indonesia sentris, sebuah pendekatan yang dipelopori oleh sejarawan legendaris seperti Sartono Kartodirdjo. Upaya dekolonisasi sejarah ini penting untuk membangun kebanggaan dan pemahaman yang lebih otentik terhadap jati diri bangsa. Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, dalam berbagai kesempatan menekankan urgensi pembaruan ini. Seperti yang dikutip dari laman resmi Kemendikbud, beliau menyatakan bahwa pembaruan ini adalah bagian dari upaya menyediakan sumber belajar yang sesuai dengan semangat zaman. "Tujuannya adalah untuk menghadirkan sejarah yang lebih kaya, lebih beragam, dan lebih relevan bagi generasi sekarang," ujarnya. Ini sejalan dengan strategi edukasi sejarah yang lebih modern, yang tidak hanya menghafal tanggal dan nama, tetapi memahami konteks dan makna.

Visi Besar di Balik Perspektif Indonesia Sentris

Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan perspektif Indonesia sentris dalam konteks buku sejarah Indonesia 2025 ini? Ini adalah sebuah visi besar untuk menyajikan sejarah yang tidak lagi terpusat di satu pulau atau satu kelompok elite saja.

Memperluas Cakrawala Nusantara

Fokusnya akan diperluas untuk mencakup sejarah maritim yang kaya, sejarah kerajaan-kerajaan di luar Jawa seperti Sriwijaya, Gowa-Tallo, Ternate-Tidore, serta peran penting mereka dalam jaringan perdagangan dan kebudayaan global.

Literasi sejarah Nusantara akan diperkuat dengan menyoroti bagaimana interaksi antarpulau membentuk Indonesia jauh sebelum entitas politik modern itu lahir.

Sejarah dari Bawah (History from Below)

Penulisan inklusif sejarah juga berarti memberi suara kepada mereka yang selama ini terpinggirkan: kaum perempuan, petani, buruh, masyarakat adat, dan kelompok etnis minoritas.

Bagaimana mereka mengalami peristiwa besar? Apa peran mereka dalam perjuangan kemerdekaan? Pertanyaan-pertanyaan ini akan dijawab dalam narasi baru, menjauh dari sejarah yang hanya berpusat pada raja, jenderal, dan politisi.

Konektivitas Global

Narasi baru ini juga akan menempatkan Nusantara dalam konteks global. Sejarah Indonesia tidak terjadi di ruang hampa.

Akan dijelaskan bagaimana Nusantara terhubung dengan Jalur Sutra, jaringan perdagangan Samudra Hindia, hingga pergolakan politik dunia. Ini penting agar pembaca memahami bahwa sejak dulu, kita adalah bagian dari sejarah dunia.

Proses Kolaboratif yang Melibatkan Ratusan Ahli

Untuk mewujudkan visi ambisius ini, Kemendikbudristek tidak bekerja sendiri. Ini adalah sebuah proyek sejarah nasional monumental yang mengedepankan proses penulisan sejarah kolaboratif.

Lebih dari 400 penulis sejarah Indonesia dari berbagai universitas penulis sejarah di seluruh negeri dilibatkan. Keterlibatan para akademisi dari Sabang sampai Merauke ini diharapkan dapat memastikan bahwa suara dan sejarah lokal dari berbagai daerah terwakili dengan baik. Prosesnya pun dirancang transparan. Berbagai diskusi publik sejarah dan diskusi kelompok sejarah telah dan akan terus diadakan untuk menampung masukan dari masyarakat luas, komunitas sejarah, guru, dan para pemangku kepentingan lainnya. Langkah ini penting untuk membangun rasa kepemilikan bersama atas narasi sejarah bangsa. Anggaran buku sejarah ini, yang merupakan investasi negara, dialokasikan untuk memastikan proses riset, penulisan, dan verifikasi berjalan dengan standar akademik tertinggi. Perlu diingat bahwa penulisan sejarah adalah proses interpretasi yang terus berjalan, dan narasi yang dihasilkan dari proyek ini pun kelak akan selalu menjadi subjek diskusi dan penyempurnaan di masa depan. Kritik dan masukan dari berbagai pihak, termasuk dari parlemen, juga menjadi bagian dari proses ini. Tokoh seperti Fadli Zon, yang memiliki perhatian besar pada isu-isu sejarah, sering menyuarakan pentingnya meluruskan sejarah dan membangun narasi kebangsaan yang kuat. Keterlibatan dan pengawasan dari berbagai elemen bangsa dalam diskusi terkait Fadli Zon buku sejarah ini menunjukkan betapa strategisnya proyek ini di mata publik.

Dampak dan Harapan untuk Masa Depan

Peluncuran buku sejarah terbaru pada Oktober 2025 nanti bukan hanya sekadar acara seremonial peluncuran buku budaya. Ini adalah momen penting yang akan memiliki dampak jangka panjang pada sistem pendidikan dan cara pandang masyarakat.

Buku ini akan menjadi rujukan utama dalam kurikulum, khususnya yang sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang mendorong pemikiran kritis. Diharapkan, dengan narasi baru yang lebih holistik dan inklusif, generasi muda tidak lagi melihat sejarah sebagai pelajaran yang membosankan. Sebaliknya, mereka akan melihatnya sebagai sebuah cerita yang relevan tentang asal-usul mereka, penuh dengan dinamika, konflik, dan inspirasi. Strategi edukasi sejarah yang diemban oleh buku ini bertujuan untuk membentuk warga negara yang kritis, berpikiran terbuka, dan memiliki pemahaman mendalam tentang kompleksitas bangsanya. Tentu, tantangan terbesar adalah bagaimana narasi besar ini dapat diterima dan diimplementasikan secara efektif di ribuan sekolah di seluruh Indonesia. Namun, langkah pertama dan paling fundamentalyaitu menulis ulang sejarah dengan perspektif kemerdekaan berpikir dan keilmuan yang kokohkini sedang ditempuh. Kehadiran buku sejarah Indonesia 2025 ini menjadi penanda bahwa sebagai sebuah bangsa, Indonesia terus berdialog dengan masa lalunya untuk membangun masa depan yang lebih baik. Ini bukan tentang menghapus sejarah lama, melainkan melengkapinya, mengoreksinya, dan menyajikannya dengan cara yang lebih jujur dan relevan bagi Indonesia hari ini dan esok.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0