Dari Penguasa Dunia Sampai Drama Brexit: Transformasi Total Sejarah Inggris yang Wajib Kamu Tahu


Selasa, 19 Agustus 2025 - 12.50 WIB
Dari Penguasa Dunia Sampai Drama Brexit: Transformasi Total Sejarah Inggris yang Wajib Kamu Tahu
Transformasi Sejarah Inggris Modern (Foto oleh Cheryl Ng di Unsplash).

VOXBLICK.COM - Kisah Inggris yang kita kenal sekarang sebenarnya dimulai dari sebuah invasi. Pada tahun 1066, William the Conqueror dari Normandia menyeberangi Selat Inggris dan mengalahkan Raja Harold dalam Pertempuran Hastings.

Momen ini bukan sekadar pergantian penguasa; ini adalah titik balik total yang membentuk bahasa, budaya, dan struktur kekuasaan di Inggris untuk seribu tahun ke depan. Kemenangan Norman ini melahirkan fondasi dari kerajaan Inggris, menyatukan kerajaan-kerajaan Anglo-Saxon yang sebelumnya terpecah belah di bawah satu mahkota yang kuat.

Sistem feodal diperkenalkan, kastil-kastil batu megah mulai dibangun di seluruh negeri sebagai simbol kekuasaan, dan bahasa Prancis Norman menjadi bahasa kaum elite, yang secara perlahan berbaur dengan bahasa Inggris Kuno untuk menciptakan bahasa Inggris modern yang kita gunakan hari ini. Namun, kekuasaan absolut raja tidak bertahan selamanya.

Seiring berjalannya waktu, para bangsawan mulai merasa gerah dengan kekuasaan raja yang sewenang-wenang, terutama di bawah Raja John yang terkenal kejam dan serakah. Puncaknya terjadi pada tahun 1215 di sebuah padang rumput bernama Runnymede. Di sana, para baron yang memberontak memaksa Raja John untuk menandatangani sebuah dokumen yang akan mengubah sejarah demokrasi Inggris selamanya: Magna Carta.

Awalnya, Magna Carta hanyalah sebuah perjanjian damai antara raja dan para baronnya, tetapi prinsip-prinsip di dalamnya bahwa tidak ada seorang pun, bahkan raja, yang berada di atas hukum menjadi landasan bagi perkembangan hukum konstitusional di seluruh dunia. Ini adalah langkah pertama dalam perjalanan panjang menuju sistem parlementer dan pembatasan kekuasaan monarki, sebuah ide revolusioner yang membentuk sejarah politik Inggris.

Era Tudor dan Shakespeare: Kelahiran Identitas Nasional

Lompat beberapa abad ke depan, kita tiba di era Dinasti Tudor, salah satu periode paling dramatis dan transformatif dalam sejarah monarki Inggris. Sosok yang paling menonjol tentu saja adalah Raja Henry VIII.

Obsesinya untuk mendapatkan pewaris takhta laki-laki membuatnya nekat memutuskan hubungan dengan Gereja Katolik Roma, mendirikan Gereja Inggris (Church of England), dan menempatkan dirinya sebagai kepala gereja. Langkah radikal ini tidak hanya mengubah lanskap keagamaan negara, tetapi juga memperkuat kedaulatan Inggris dan mengalihkan kekayaan gereja yang sangat besar ke tangan mahkota, memperkuat ekonomi Inggris secara signifikan.

Putrinya, Ratu Elizabeth I, mewarisi takhta yang penuh gejolak namun berhasil memerintah selama lebih dari 40 tahun dalam periode yang dikenal sebagai Zaman Elizabethan. Pemerintahannya dianggap sebagai zaman keemasan. Inggris menikmati stabilitas, kekuatan angkatan lautnya berhasil mengalahkan Armada Spanyol yang perkasa pada tahun 1588, dan budaya Inggris global mulai menunjukkan tajinya.

Di tengah ledakan kreativitas ini, muncul seorang penulis drama dari Stratford-upon-Avon bernama William Shakespeare. Karya-karyanya tidak hanya mendefinisikan teater Inggris tetapi juga mengeksplorasi kedalaman psikologi manusia dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya. Shakespeare sejarah bukan hanya tentang sastra; ia membantu membentuk identitas nasional dan bahasa Inggris itu sendiri, menciptakan ribuan kata dan frasa yang masih kita pakai hingga kini.

Imperium Britania: Saat Matahari Tak Pernah Terbenam

Setelah fondasi nasionalnya kuat, Inggris mulai melirik ke luar. Dari abad ke-17 hingga awal abad ke-20, Inggris membangun imperium terbesar dalam sejarah manusia. Pada puncaknya, Imperium Britania menguasai sekitar seperempat daratan dunia dan populasi global. Slogan "matahari tidak pernah terbenam di Imperium Britania" bukanlah kiasan, melainkan fakta geografis.

Kekuatan ini didorong oleh angkatan laut yang tak tertandingi (Royal Navy), ambisi komersial, dan keyakinan akan superioritas budaya. Kolonialisme Inggris menyebar ke seluruh penjuru dunia, dari Amerika Utara dan Karibia hingga India, Australia, dan sebagian besar Afrika.

Perusahaan Hindia Timur Britania (East India Company), misalnya, berawal sebagai perusahaan dagang namun berevolusi menjadi kekuatan politik dan militer yang secara efektif memerintah India. Kekayaan yang mengalir dari koloni-koloni ini rempah-rempah, kapas, teh, dan sumber daya alam lainnya mendorong pertumbuhan ekonomi Inggris secara eksponensial. Namun, penting untuk diingat bahwa narasi ini memiliki dua sisi.

Bagi jutaan orang yang dijajah, kolonialisme Inggris berarti penindasan, eksploitasi, dan hilangnya kedaulatan. Sejarawan seperti David Olusoga dalam bukunya "Black and British: A Forgotten History" menekankan bahwa kekayaan yang membangun banyak kota megah di Inggris seringkali berakar pada penderitaan orang lain, terutama dari perdagangan budak transatlantik.

Warisan kolonialisme ini masih menjadi perdebatan yang kompleks dan seringkali menyakitkan dalam Inggris modern.

Revolusi Industri Inggris: Asap, Mesin, dan Perubahan Sosial

Sambil membangun imperium di luar negeri, sebuah revolusi lain terjadi di dalam negeri. Revolusi industri Inggris, yang dimulai sekitar pertengahan abad ke-18, mengubah wajah negara dan dunia selamanya.

Inovasi Inggris seperti mesin uap James Watt, proses pembuatan baja baru, dan pengembangan mesin pemintal tekstil memicu pergeseran massal dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Kota-kota seperti Manchester, Liverpool, dan Birmingham meledak populasinya, dipenuhi pabrik-pabrik yang mengepulkan asap dan barisan rumah-rumah sempit untuk para pekerja.

Perubahan ini membawa kemakmuran yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi sebagian orang dan menciptakan kelas menengah baru yang kuat. Jaringan kereta api menyebar ke seluruh negeri, merevolusi transportasi barang dan manusia. Inggris menjadi "bengkel dunia", memproduksi barang-barang manufaktur yang diekspor ke seluruh imperiumnya. Namun, kemajuan ini datang dengan harga yang mahal.

Kondisi kerja di pabrik seringkali mengerikan, jam kerja panjang, upah rendah, dan pekerja anak menjadi hal yang umum. Kesenjangan antara si kaya dan si miskin melebar secara dramatis, memicu ketegangan sosial dan lahirnya gerakan-gerakan buruh yang menuntut hak-hak mereka. Revolusi industri Inggris bukan hanya tentang teknologi; ini adalah tentang transformasi sosial radikal yang membentuk dasar masyarakat modern.

Dua Perang Dunia dan Senjakala Imperium

Memasuki abad ke-20, posisi Inggris sebagai kekuatan dominan dunia mulai goyah. Perang Dunia I (1914-1918) memberikan pukulan telak. Meskipun berada di pihak yang menang, Inggris menderita kerugian manusia dan ekonomi yang sangat besar.

Satu generasi pemuda hilang di medan perang parit di Prancis dan Belgia, dan negara terjerat utang yang sangat besar kepada Amerika Serikat. Trauma perang dunia Inggris ini meninggalkan bekas luka yang dalam pada psikologi nasional. Perang Dunia II (1939-1945) menjadi pukulan terakhir bagi status adidaya Inggris.

Di bawah kepemimpinan inspiratif Winston Churchill, negara ini berdiri sendirian melawan Nazi Jerman untuk sementara waktu. Namun, biaya perang ini menghancurkan ekonomi Inggris yang sudah rapuh. Setelah perang, menjadi jelas bahwa Inggris tidak lagi memiliki sumber daya atau keinginan politik untuk mempertahankan imperium globalnya.

Gerakan kemerdekaan di koloni-koloni semakin kuat, dan satu per satu, negara-negara seperti India, Pakistan, dan banyak negara Afrika memperoleh kemerdekaannya. Ini adalah akhir dari era kolonialisme Inggris dan awal dari babak baru di mana Inggris harus menemukan kembali perannya di dunia.

Inggris Modern: Dari 'Swinging London' hingga Krisis Identitas

Periode pasca-perang adalah masa transisi yang sulit.

Namun, di tengah kesulitan ekonomi, lahirlah ledakan budaya. Pada 1960-an, London sejarah mencatat era yang dikenal sebagai 'Swinging London'. Musik The Beatles dan The Rolling Stones mendominasi dunia, mode Carnaby Street menjadi ikon global, dan Inggris sekali lagi menjadi pusat budaya populer. Ini menunjukkan kemampuan luar biasa negara ini untuk terus berinovasi dan menemukan kembali dirinya.

Kontribusi dari institusi pendidikan ternama seperti universitas Oxford Cambridge juga terus mendorong inovasi Inggris di bidang sains dan teknologi, menjaga relevansinya sebagai negara maju Eropa. Secara ekonomi, Inggris bergeser dari industri berat ke sektor jasa, terutama keuangan. London mengukuhkan dirinya sebagai salah satu pusat keuangan terkemuka di dunia.

Namun, periode ini juga ditandai oleh perdebatan sengit tentang identitas nasional dan arah negara. Bergabungnya Inggris dengan Masyarakat Ekonomi Eropa (pendahulu Uni Eropa) pada tahun 1973 memulai hubungan Inggris-Eropa yang kompleks dan seringkali penuh ketegangan, yang akan mencapai puncaknya beberapa dekade kemudian.

Brexit dan Masa Depan: Babak Baru dalam Sejarah Inggris

Pada 23 Juni 2016, dalam sebuah referendum yang memecah belah negara, mayoritas tipis rakyat Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa. Keputusan yang dikenal sebagai Brexit ini adalah salah satu peristiwa paling signifikan dalam sejarah politik Inggris modern.

Brexit sejarah dipicu oleh campuran kompleks dari isu-isu kedaulatan, imigrasi, dan perasaan bahwa Inggris telah kehilangan kendali atas nasibnya sendiri. Kampanye ini mengungkap perpecahan yang dalam di masyarakat, antara kota dan pedesaan, tua dan muda, serta antara mereka yang merasa mendapat manfaat dari globalisasi dan mereka yang merasa tertinggal.

Proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa secara resmi terjadi pada 31 Januari 2020. Sejak saat itu, Inggris modern sedang dalam proses menempa identitas baru di luar blok Eropa. Dampak ekonomi dan politiknya masih terus dirasakan dan diperdebatkan hingga hari ini. Hubungan Inggris-Eropa harus dinegosiasikan ulang dari awal, menciptakan ketidakpastian bagi bisnis dan warga negara.

Brexit telah memaksa Inggris untuk bertanya pada dirinya sendiri pertanyaan-pertanyaan mendasar: Apa peran kita di dunia sekarang? Siapakah kita sebagai sebuah bangsa? Perjalanan sejarah Inggris adalah sebuah epik yang luar biasa. Dari sebuah pulau kecil di pinggiran Eropa, ia tumbuh menjadi kekuatan global yang membentuk dunia modern, baik atau buruk.

Jejaknya bisa ditemukan di sistem hukum, bahasa, dan institusi politik di banyak negara. Kini, setelah melewati pasang surut imperium, revolusi industri, perang dunia, dan drama Brexit, Inggris terus menulis babak berikutnya dalam ceritanya yang panjang dan kompleks, terus beradaptasi dan mencari tempatnya di panggung dunia yang selalu berubah.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0