FOMO Bikin Rugi? 5 Jebakan Investasi Saham yang Harus Dihindari

VOXBLICK.COM - Investasi saham, meskipun menjanjikan potensi keuntungan yang besar, seringkali menjadi arena yang penuh jebakan bagi para pemula. Banyak yang tergiur dengan cerita sukses instan, namun lupa bahwa pasar modal membutuhkan pemahaman, strategi, dan disiplin yang kuat. Berdasarkan analisis kami terhadap berbagai kasus investor pemula, ada beberapa kesalahan fatal yang kerap terjadi dan berakibat pada kerugian signifikan.
Terjebak dalam Euforia dan FOMO (Fear of Missing Out)
Salah satu kesalahan paling umum adalah terlalu cepat terbawa arus euforia pasar. Ketika harga saham tertentu melonjak tinggi, banyak pemula yang langsung ikut-ikutan membeli tanpa melakukan riset mendalam. Mereka takut ketinggalan kesempatan (FOMO), padahal seringkali harga tersebut sudah terlalu tinggi dan berisiko mengalami koreksi tajam.
Psikolog perilaku, Dr. Maya Lestari dari Universitas Indonesia, menjelaskan, "FOMO adalah respons emosional yang kuat. Investor pemula seringkali kesulitan mengendalikan emosi ini, terutama ketika melihat orang lain mendapatkan keuntungan besar. Padahal, investasi yang bijak selalu didasarkan pada analisis rasional, bukan emosi sesaat."
Praktik terbaik yang kami temukan adalah selalu melakukan riset fundamental dan teknikal sebelum membeli saham apapun. Pahami bisnis perusahaan, prospek pertumbuhannya, dan valuasi sahamnya. Jangan hanya ikut-ikutan tren yang sedang viral. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), saham-saham yang harganya naik signifikan dalam waktu singkat seringkali lebih berisiko mengalami penurunan tajam.
Sebagai contoh, pada tahun 2020, saham-saham di sektor teknologi mengalami lonjakan harga yang luar biasa akibat euforia digitalisasi. Banyak investor pemula yang membeli di puncak harga, namun hanya dalam beberapa bulan kemudian, harga saham-saham tersebut terkoreksi hingga puluhan persen. Fenomena seperti ini sering terjadi di pasar modal global, misalnya pada bubble dot-com tahun 2000, yang menjadi pelajaran penting bagi investor agar tidak terlalu cepat tergiur tren sesaat.
Solusi: Disiplin dan Riset Mendalam
Buat daftar saham incaran: Lakukan riset mendalam terhadap perusahaan-perusahaan yang memiliki fundamental yang kuat dan prospek pertumbuhan yang baik.
Amati laporan keuangan, perkembangan bisnis, serta rekam jejak manajemen perusahaan. Memperhatikan laporan tahunan dan hasil audit eksternal juga sangat penting.
Tentukan harga beli yang wajar: Gunakan analisis fundamental untuk menentukan valuasi yang wajar dari saham tersebut. Jangan membeli saham hanya karena harganya sedang naik. Anda bisa menggunakan rasio price to earnings (PER) atau price to book value (PBV) sebagai acuan dalam menentukan apakah harga saham sudah overvalued atau masih undervalued.
Tetapkan batasan kerugian (stop loss): Jika harga saham turun di bawah level yang telah ditentukan, segera jual untuk membatasi kerugian. Disiplin dalam menerapkan stop loss dapat mencegah kerugian yang lebih besar dan menjaga psikologis investor tetap stabil.
Selain itu, penting juga untuk tetap tenang saat terjadi fluktuasi pasar. Banyak investor pemula panik saat harga saham turun dan akhirnya menjual saham di saat yang tidak tepat. Sebaiknya, evaluasi kembali alasan membeli saham tersebut dan perhatikan apakah fundamental perusahaan masih solid.
Mengabaikan Pentingnya Diversifikasi
Banyak investor pemula yang melakukan kesalahan dengan hanya berinvestasi pada satu atau dua jenis saham saja. Padahal, diversifikasi adalah kunci untuk mengurangi risiko investasi. Dengan menyebar dana ke berbagai jenis saham, sektor industri, atau bahkan instrumen investasi yang berbeda, Anda dapat mengurangi dampak negatif jika salah satu investasi mengalami kerugian.
Satu hal yang sering terlewatkan adalah bahwa diversifikasi bukan hanya tentang membeli banyak saham. Diversifikasi yang efektif juga mempertimbangkan korelasi antar saham. Jika Anda hanya membeli saham-saham yang bergerak searah, maka diversifikasi Anda tidak akan efektif.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), diversifikasi adalah salah satu prinsip dasar investasi yang harus dipahami oleh setiap investor. "Diversifikasi membantu mengurangi risiko portofolio secara keseluruhan. Investor sebaiknya tidak menaruh semua telur dalam satu keranjang," demikian pernyataan resmi dari OJK.
Misalnya, jika Anda hanya berinvestasi di sektor perbankan, saat sektor tersebut mengalami tekanan akibat kebijakan makroekonomi atau isu kredit macet, seluruh portofolio Anda bisa terdampak negatif. Namun jika Anda juga berinvestasi di sektor lain seperti kesehatan, konsumer, atau infrastruktur, maka penurunan di sektor perbankan bisa tertutupi oleh kenaikan di sektor-sektor lain.
Menurut CNBC Indonesia, diversifikasi bukan hanya soal jumlah, tapi juga kualitas dan keanekaragaman aset yang dipilih. Diversifikasi yang cerdas mampu menjaga portofolio tetap stabil di tengah volatilitas pasar.
Solusi: Sebarkan Investasi ke Berbagai Aset
Investasi di berbagai sektor industri: Jangan hanya berinvestasi di satu sektor industri saja. Sebarkan investasi Anda ke berbagai sektor seperti perbankan, telekomunikasi, properti, energi, kesehatan, dan lain-lain.
Dengan begitu, Anda bisa meminimalkan risiko jika satu sektor mengalami masalah.
Pertimbangkan investasi di obligasi atau reksa dana: Selain saham, Anda juga dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi di obligasi atau reksa dana untuk diversifikasi portofolio. Investasi di reksa dana saham, reksa dana campuran, atau reksa dana pasar uang bisa menjadi pilihan bagi investor pemula yang ingin belajar diversifikasi dengan modal terbatas.
Pahami korelasi antar aset: Pilih aset yang memiliki korelasi yang rendah atau bahkan negatif. Ini akan membantu mengurangi risiko portofolio secara keseluruhan. Misalnya, saat pasar saham turun, harga emas atau obligasi bisa saja naik, sehingga kerugian di satu aset bisa diimbangi oleh keuntungan di aset lain.
Selain itu, Anda juga bisa mempertimbangkan diversifikasi secara geografis, yaitu dengan berinvestasi di saham-saham luar negeri melalui instrumen seperti Exchange Traded Fund (ETF) global. Ini dapat memberikan perlindungan tambahan terhadap risiko ekonomi domestik.
Tidak Memahami Profil Risiko Diri Sendiri
Setiap investor memiliki profil risiko yang berbeda-beda. Ada yang konservatif, moderat, dan agresif. Kesalahan fatal yang sering dilakukan pemula adalah tidak memahami profil risiko diri sendiri dan memilih investasi yang tidak sesuai dengan profil tersebut.
Investor dengan profil risiko konservatif cenderung lebih memilih investasi yang aman dan stabil, meskipun potensi keuntungannya tidak terlalu besar. Sementara itu, investor dengan profil risiko agresif lebih berani mengambil risiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan potensi keuntungan yang lebih besar.
Analis keuangan dari Bloomberg, Bapak Budi Santoso, mengatakan, "Memahami profil risiko adalah langkah awal yang penting sebelum berinvestasi. Investor harus jujur pada diri sendiri tentang seberapa besar risiko yang bersedia mereka tanggung."
Banyak investor pemula yang baru menyadari profil risikonya setelah mengalami kerugian. Misalnya, mereka merasa mampu menanggung risiko besar, namun ketika harga saham turun drastis, mereka menjadi panik dan menjual saham di saat harga rendah. Hal ini bisa dihindari jika sejak awal sudah mengenal karakter diri dan kesiapan mental dalam menghadapi fluktuasi pasar.
Menurut Kompas.com, penentuan profil risiko dapat dilakukan dengan mengikuti kuisioner risiko yang disediakan oleh sekuritas atau manajer investasi, sehingga Anda dapat memilih produk investasi yang sesuai dengan toleransi risiko Anda.
Solusi: Kenali Diri Sendiri dan Pilih Investasi yang Sesuai
Lakukan asesmen profil risiko: Ada banyak kuesioner online yang dapat membantu Anda menentukan profil risiko Anda.
Kuisioner ini biasanya menilai faktor-faktor seperti usia, tujuan investasi, jangka waktu investasi, kondisi keuangan, dan pengalaman berinvestasi.
Pilih investasi yang sesuai dengan profil risiko: Jika Anda seorang investor konservatif, pilihlah investasi yang aman dan stabil seperti obligasi atau reksa dana pendapatan tetap. Jika Anda seorang investor agresif, Anda dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi di saham-saham yang memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi. Jangan lupa untuk menyesuaikan porsi investasi dengan kebutuhan dan tujuan keuangan Anda.
Jangan tergiur dengan keuntungan yang terlalu tinggi: Investasi yang menawarkan keuntungan yang terlalu tinggi biasanya juga memiliki risiko yang tinggi. Selalu lakukan cross-check terhadap legalitas dan track record perusahaan investasi agar terhindar dari penipuan (scam).
Selain itu, penting juga untuk berkonsultasi dengan penasihat keuangan yang sudah tersertifikasi agar dapat memperoleh saran yang objektif dan sesuai dengan kondisi keuangan pribadi.
Terlalu Sering Melakukan Trading
Banyak investor pemula yang terjebak dalam aktivitas trading yang terlalu sering. Mereka mencoba memanfaatkan fluktuasi harga saham jangka pendek untuk mendapatkan keuntungan cepat. Padahal, trading yang terlalu sering justru dapat meningkatkan biaya transaksi dan mengurangi potensi keuntungan.
Selain itu, trading yang terlalu sering juga dapat menguras emosi dan menyebabkan investor membuat keputusan yang tidak rasional. Mereka cenderung membeli saham saat harga sedang tinggi dan menjual saham saat harga sedang rendah, yang justru merugikan diri sendiri.
Menurut penelitian dari U.S. Securities and Exchange Commission (SEC), investor yang melakukan trading terlalu sering cenderung memiliki kinerja yang lebih buruk dibandingkan dengan investor yang berinvestasi jangka panjang.
Contohnya, seorang investor yang melakukan 10 transaksi dalam sebulan akan membayar biaya broker berkali-kali lipat dibandingkan investor yang hanya melakukan 2-3 transaksi. Jika setiap transaksi dikenakan biaya 0,15% dari nilai transaksi, dalam jangka waktu tertentu biaya tersebut akan menggerus keuntungan yang didapat.
Selain faktor biaya, tekanan psikologis akibat perubahan harga yang cepat juga dapat membuat investor mudah stres dan rentan panik. Hal ini sering berujung pada keputusan impulsif yang biasanya tidak rasional.
Solusi: Investasi Jangka Panjang dan Kurangi Frekuensi Trading
Fokus pada investasi jangka panjang: Investasi saham sebaiknya dilakukan untuk jangka panjang, minimal 5-10 tahun.
Strategi ini memungkinkan Anda mendapatkan manfaat dari efek compounding dan mengurangi pengaruh volatilitas jangka pendek.
Kurangi frekuensi trading: Jangan terlalu sering melakukan trading. Fokuslah pada investasi pada perusahaan-perusahaan yang memiliki fundamental yang kuat dan prospek pertumbuhan yang baik. Pilihlah saham-saham blue chip yang sudah teruji di pasar dan memiliki rekam jejak kinerja yang konsisten.
Gunakan strategi dollar-cost averaging: Investasikan sejumlah uang secara berkala, misalnya setiap bulan, tanpa memperhatikan fluktuasi harga saham. Dengan strategi ini, Anda bisa meminimalisir risiko membeli di harga puncak.
Selain itu, Anda bisa memanfaatkan aplikasi investasi yang menyediakan fitur auto-debit untuk investasi rutin. Cara ini membantu Anda disiplin dan konsisten dalam membangun portofolio.
Tidak Belajar dari Kesalahan
Setiap investor pasti pernah melakukan kesalahan. Namun, kesalahan fatal adalah tidak belajar dari kesalahan tersebut. Investor yang tidak belajar dari kesalahan cenderung akan mengulangi kesalahan yang sama di masa depan.
Praktik terbaik yang kami temukan adalah selalu melakukan evaluasi terhadap setiap keputusan investasi yang telah diambil. Analisis apa yang berjalan dengan baik dan apa yang tidak. Cari tahu mengapa Anda melakukan kesalahan dan bagaimana cara menghindarinya di masa depan.
"Investor yang sukses adalah investor yang terus belajar dan berkembang. Mereka tidak takut mengakui kesalahan dan selalu berusaha untuk memperbaiki diri," kata Dr. Antonius, seorang pakar investasi dari Universitas Indonesia.
Banyak investor sukses dunia, seperti Warren Buffett, juga menekankan pentingnya belajar dari pengalaman dan kesalahan masa lalu. Buffett sendiri pernah mengakui sejumlah kesalahan investasi yang dilakukannya dan menjadikannya pelajaran agar tidak terulang kembali. Belajar dari kegagalan sendiri maupun dari pengalaman orang lain adalah kunci perkembangan dalam dunia investasi.
Menurut Wikipedia, Warren Buffett terkenal dengan prinsipnya untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan selalu melakukan refleksi atas setiap keputusan investasi yang diambil.
Solusi: Evaluasi dan Perbaiki Strategi Investasi
Catat setiap transaksi investasi: Catat tanggal, harga beli, harga jual, dan alasan Anda melakukan transaksi tersebut. Dengan mencatat, Anda bisa lebih mudah melakukan review dan menemukan pola kesalahan yang sering terjadi.
Lakukan evaluasi secara berkala: Setiap bulan atau setiap kuartal, lakukan evaluasi terhadap kinerja portofolio Anda. Analisa apakah strategi yang dijalankan sudah sesuai dengan tujuan awal, atau perlu penyesuaian.
Cari mentor atau komunitas investasi: Bergabunglah dengan komunitas investasi atau cari mentor yang dapat memberikan saran dan masukan yang berharga. Banyak komunitas daring yang rutin mengadakan diskusi, webinar, atau sharing session terkait investasi.
Dengan menghindari kesalahan-kesalahan fatal di atas, investor pemula dapat meningkatkan peluang keberhasilan mereka dalam berinvestasi saham. Ingatlah bahwa investasi saham membutuhkan pemahaman, strategi, dan disiplin yang kuat. Jangan tergiur dengan keuntungan instan dan selalu lakukan riset mendalam sebelum mengambil keputusan investasi. Perlu diingat bahwa investasi saham mengandung risiko, dan nilai investasi dapat naik atau turun. Sebaiknya konsultasikan dengan penasihat keuangan sebelum membuat keputusan investasi. Informasi ini disediakan hanya untuk tujuan informasi dan bukan merupakan saran investasi.
Untuk memperdalam pemahaman, Anda juga dapat membaca literatur investasi seperti buku "The Intelligent Investor" karya Benjamin Graham atau mengikuti berbagai pelatihan dan seminar yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia atau lembaga keuangan terpercaya. Dengan terus belajar dan beradaptasi, Anda akan semakin siap menghadapi dinamika pasar modal yang selalu berubah.
Apa Reaksi Anda?






