Geger! Penasihat AI Meta Robby Starbuck Sebar Hoaks Soal Vaksin dan Transgender

VOXBLICK.COM - Nama Robby Starbuck, seorang penasihat AI untuk Meta, mendadak jadi buah bibir dan sorotan tajam di jagat maya. Bukan karena inovasi AI, melainkan karena serangkaian tudingan serius terkait penyebaran disinformasi berbahaya. Starbuck dituding tanpa henti menyebarkan hoaks tentang penembakan massal, vaksin COVID-19, hingga isu-isu sensitif seputar komunitas transgender. Kontroversi ini memicu gelombang kritik dari berbagai pihak, yang mengecam keras dugaan agenda anti-LGBTQ yang diusungnya.
Kritikus menuding Starbuck memanfaatkan platform media sosial untuk menyebarkan narasi yang menyesatkan dan bahkan membahayakan.
Misalnya, dalam beberapa kesempatan, ia dituduh meragukan keaslian penembakan massal yang terjadi di Amerika Serikat, mengisyaratkan adanya "aktor krisis" atau konspirasi di baliknya. Klaim semacam ini bukan hanya tidak berdasar, tetapi juga sangat menyakitkan bagi para korban dan keluarga mereka. Ini bukan kali pertama tokoh publik menghadapi tuduhan serupa, namun posisi Starbuck sebagai penasihat di perusahaan teknologi raksasa seperti Meta menambah bobot kekhawatiran publik.

Disinformasi Vaksin dan Ancaman Kesehatan Publik
Salah satu area di mana Starbuck paling banyak menuai kritik adalah klaimnya seputar vaksin COVID-19. Ia dituduh sering menyebarkan narasi yang meragukan efektivitas dan keamanan vaksin, bahkan mengaitkannya dengan teori konspirasi yang tidak
berdasar. Di tengah pandemi global yang menuntut respons kolektif berbasis sains, penyebaran disinformasi vaksin seperti ini sangat berbahaya. Para ahli kesehatan dan organisasi medis terkemuka, seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), telah berulang kali menegaskan keamanan dan efikasi vaksin yang telah disetujui.
Dampak dari hoaks vaksin tidak main-main.
Menurut beberapa penelitian, disinformasi dapat menyebabkan keraguan vaksin (vaccine hesitancy) yang lebih tinggi di kalangan masyarakat, berujung pada penurunan tingkat vaksinasi dan peningkatan risiko penyebaran penyakit. "Ketika figur publik dengan jangkauan luas menyebarkan informasi yang salah tentang kesehatan, itu bisa merusak upaya kesehatan publik dan membahayakan nyawa," ujar seorang pakar komunikasi kesehatan yang enggan disebutkan namanya, menyoroti bahaya nyata dari klaim-klaim Starbuck.
Isu Transgender: Target Diskriminasi dan Misinformasi
Tidak hanya soal penembakan dan vaksin, Robby Starbuck juga menjadi pusat kontroversi terkait pandangannya tentang isu transgender. Ia dituduh menyebarkan narasi yang salah kaprah dan penuh kebencian terhadap komunitas transgender.
Beberapa kritikus menyoroti bagaimana Starbuck menggunakan istilah-istilah yang merendahkan dan menyebarkan ketakutan tentang perawatan afirmatif gender untuk remaja, seringkali tanpa didukung data medis yang akurat atau konsensus dari asosiasi profesional.
Poin-poin disinformasi yang sering diangkat Starbuck terkait isu transgender meliputi:
- Klaim bahwa perawatan afirmatif gender untuk remaja adalah "mutilasi" atau "eksperimen berbahaya," padahal pedoman medis dari organisasi seperti American Academy of Pediatrics dan World Professional Association for Transgender Health (WPATH) mendukung perawatan ini sebagai bagian dari pendekatan komprehensif yang telah terbukti aman dan efektif.
- Menyebarkan narasi bahwa orang transgender, khususnya wanita transgender, adalah ancaman bagi ruang aman wanita cisgender, memicu diskriminasi dan kekerasan.
- Mengabaikan atau menolak identitas gender seseorang, yang dikenal sebagai misgendering, sebuah tindakan yang dianggap tidak menghormati dan dapat merugikan kesehatan mental individu transgender.
Kritikus berpendapat bahwa narasi semacam ini bukan hanya tidak akurat, tetapi juga berkontribusi pada lingkungan yang lebih tidak aman dan diskriminatif bagi individu transgender.
Komunitas LGBTQ+ dan para pendukungnya telah menyuarakan keprihatinan mendalam tentang dampak dari ujaran kebencian dan disinformasi yang menargetkan kelompok rentan ini.
Peran Penasihat AI Meta dan Tanggung Jawab Platform
Posisi Robby Starbuck sebagai penasihat AI di Meta menambah lapisan kompleksitas pada kontroversi ini.
Meskipun perannya mungkin tidak secara langsung terkait dengan moderasi konten atau kebijakan platform, keberadaannya sebagai individu yang terafiliasi dengan Meta, namun menyebarkan disinformasi, menimbulkan pertanyaan tentang standar dan nilai-nilai yang dipegang oleh perusahaan teknologi raksasa tersebut. Meta sendiri memiliki kebijakan ketat terhadap disinformasi dan ujaran kebencian, terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan kelompok minoritas.
Banyak pihak menuntut Meta untuk mengambil tindakan, setidaknya dengan mengklarifikasi posisi Starbuck atau meninjau keterlibatannya, demi menjaga kredibilitas dan komitmen perusahaan terhadap lingkungan digital yang aman dan informatif.
Ini menjadi pengingat penting bagi platform media sosial tentang tanggung jawab mereka dalam mengatasi penyebaran hoaks, terutama ketika melibatkan individu yang memiliki pengaruh besar atau afiliasi dengan perusahaan besar.
Geger mengenai Robby Starbuck ini adalah cerminan dari tantangan yang lebih besar di era digital, di mana garis antara opini pribadi dan disinformasi seringkali menjadi kabur, dan dampaknya bisa sangat nyata bagi masyarakat.
Ini juga menyoroti pentingnya literasi digital dan kemampuan untuk membedakan antara informasi yang faktual dan hoaks yang menyesatkan.
Apa Reaksi Anda?






