Kepeng Tiongkok Menggantikan Gobog Mengukir Sejarah Ekonomi Majapahit

Oleh VOXBLICK

Senin, 13 Oktober 2025 - 03.30 WIB
Kepeng Tiongkok Menggantikan Gobog Mengukir Sejarah Ekonomi Majapahit
Kepeng Tiongkok mengubah Majapahit (Foto oleh Damla Karaağaçlı)

VOXBLICK.COM - Dunia sejarah penuh dengan kisah menarik, konflik, dan transformasi yang membentuk peradaban kita. Di antara aneka peristiwa besar yang mengukir zaman, perubahan dalam sistem ekonomi seringkali menjadi cerminan paling jujur dari dinamika sebuah peradaban. Salah satu episode yang paling memukau dalam sejarah Nusantara adalah ketika Kerajaan Majapahit, sebuah imperium maritim yang megah, menyaksikan pergeseran fundamental dalam mata uangnya. Bukan oleh dekrit kerajaan semata, melainkan oleh kekuatan pasar dan gelombang perdagangan global, koin kepeng Tiongkok perlahan namun pasti menggantikan peran gobog, mata uang lokal, mengukir babak baru dalam sejarah ekonomi Majapahit.

Pergeseran ini bukan sekadar pergantian koin, melainkan sebuah transformasi mendalam yang mencerminkan hubungan Majapahit dengan dunia luar, khususnya dengan Tiongkok.

Ini adalah kisah tentang bagaimana inovasi, kebutuhan praktis, dan arus perdagangan internasional dapat mengubah fondasi ekonomi sebuah kerajaan besar, mempengaruhi kehidupan rakyatnya dari pedagang kaya hingga petani sederhana. Mari kita selami lebih jauh bagaimana kepeng Tiongkok tidak hanya menjadi alat tukar, tetapi juga simbol dari era baru dalam kejayaan Majapahit.

Kepeng Tiongkok Menggantikan Gobog Mengukir Sejarah Ekonomi Majapahit
Kepeng Tiongkok Menggantikan Gobog Mengukir Sejarah Ekonomi Majapahit (Foto oleh Faheem Ahamad)

Majapahit: Sebuah Imperium Maritim dan Kebutuhan Mata Uang

Pada puncak kejayaannya di abad ke-14 dan ke-15, Majapahit adalah salah satu kerajaan terkuat di Asia Tenggara, dengan wilayah kekuasaan yang membentang luas dari Jawa hingga Semenanjung Malaya dan sebagian besar kepulauan Nusantara.

Sebagai kerajaan maritim, perdagangan adalah urat nadi ekonominya. Pelabuhan-pelabuhan Majapahit ramai dikunjungi oleh kapal-kapal dari berbagai penjuru, membawa komoditas rempah-rempah, hasil bumi, dan barang-barang mewah. Untuk memfasilitasi transaksi ini, dibutuhkan sistem mata uang yang efisien dan tepercaya.

Awalnya, sistem barter masih umum, terutama di tingkat pedesaan. Namun, untuk transaksi skala besar dan perdagangan antardaerah, mata uang menjadi sangat penting.

Sebelum kedatangan kepeng Tiongkok, gobog, atau koin lokal yang terbuat dari campuran tembaga atau perunggu, telah digunakan. Gobog memiliki bentuk yang bervariasi, seringkali dengan lubang di tengah dan ukiran sederhana. Meskipun berfungsi sebagai alat tukar, gobog memiliki beberapa keterbatasan:

  • Keterbatasan Produksi: Produksi gobog bersifat lokal dan seringkali tidak terstandardisasi, menyebabkan perbedaan nilai dan kualitas antar daerah.
  • Nilai Intrinsik Rendah: Nilai intrinsik gobog relatif rendah, sehingga membutuhkan jumlah yang sangat banyak untuk transaksi besar.
  • Kurangnya Kepercayaan Internasional: Gobog tidak dikenal atau diterima secara luas di luar wilayah Nusantara, menyulitkan perdagangan internasional.

Gelombang Kepeng Tiongkok: Inovasi dari Timur

Sejak abad ke-10, hubungan dagang antara Nusantara dan Tiongkok telah terjalin erat. Jalur Sutra Maritim membawa barang-barang mewah dari Tiongkok seperti sutra, keramik, dan porselen, yang ditukar dengan rempah-rempah dari Nusantara.

Bersamaan dengan komoditas tersebut, koin tembaga Tiongkok atau yang dikenal sebagai kepeng (cash coins dalam bahasa Inggris) mulai masuk ke wilayah Majapahit dalam jumlah yang signifikan. Kepeng ini memiliki karakteristik yang khas: bulat dengan lubang persegi di tengah, dan seringkali dihiasi dengan aksara Tiongkok yang menunjukkan dinasti atau masa pemerintahan tertentu.

Kedatangan kepeng Tiongkok membawa sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki gobog lokal:

  • Standardisasi dan Kualitas: Kepeng diproduksi secara massal dan terstandardisasi oleh pemerintah Tiongkok, menjamin kualitas dan nilai yang konsisten.
  • Nilai yang Diterima Luas: Karena Tiongkok adalah kekuatan ekonomi dominan di Asia saat itu, kepeng Tiongkok diterima secara luas di seluruh Asia Tenggara, menjadikannya mata uang ideal untuk perdagangan internasional.
  • Ketersediaan Melimpah: Produksi kepeng di Tiongkok sangat besar, memastikan pasokan yang stabil untuk kebutuhan perdagangan.

Fenomena ini bukan hanya terjadi di Majapahit, melainkan juga di kerajaan-kerajaan lain di Asia Tenggara.

Menurut beberapa sumber sejarah dan arkeologi, seperti yang disebutkan dalam studi tentang numismatika Asia Tenggara, kepeng Tiongkok menjadi mata uang dominan di banyak wilayah maritim karena keunggulannya dalam memfasilitasi perdagangan lintas budaya dan jarak jauh.

Transformasi Ekonomi Majapahit: Era Kepeng Dimulai

Perlahan tapi pasti, kepeng Tiongkok mulai menggantikan gobog sebagai alat tukar utama dalam transaksi sehari-hari di Majapahit.

Proses ini kemungkinan besar dimulai di pusat-pusat perdagangan dan perkotaan, di mana interaksi dengan pedagang asing lebih intens. Seiring waktu, kepeng meresap hingga ke pedesaan, menjadi mata uang yang diterima secara universal dalam kerajaan.

Penggunaan kepeng Tiongkok membawa dampak signifikan terhadap ekonomi Majapahit:

  • Peningkatan Efisiensi Perdagangan: Dengan mata uang yang terstandardisasi dan diterima luas, transaksi menjadi lebih cepat dan efisien, baik di pasar lokal maupun internasional.
  • Integrasi Ekonomi Regional: Kepeng memfasilitasi integrasi ekonomi Majapahit dengan jaringan perdagangan Asia Tenggara dan Asia Timur yang lebih luas.
  • Stabilitas Harga: Ketersediaan kepeng yang stabil membantu menjaga stabilitas harga komoditas dan mengurangi fluktuasi nilai tukar.
  • Sumber Pendapatan Negara: Kerajaan Majapahit kemungkinan juga mendapatkan keuntungan dari pajak dan bea cukai yang dibayarkan dalam kepeng, serta mungkin terlibat dalam pertukaran atau penimbunan koin ini.

Arkeolog telah menemukan jutaan keping kepeng Tiongkok di situs-situs purbakala Majapahit, termasuk di Trowulan, ibu kota kuno kerajaan. Penemuan ini menjadi bukti konkret betapa dominannya mata uang asing ini dalam kehidupan ekonomi Majapahit.

Bahkan, ada indikasi bahwa Majapahit juga mulai mencetak gobog dengan meniru gaya kepeng Tiongkok, menunjukkan adaptasi dan akulturasi yang terjadi.

Warisan dan Pelajaran dari Sejarah

Kisah kepeng Tiongkok yang menggantikan gobog di Majapahit adalah sebuah narasi kuat tentang bagaimana ekonomi global dapat membentuk dan mengubah peradaban.

Peristiwa ini menunjukkan fleksibilitas dan pragmatisme Majapahit dalam mengadopsi sistem yang lebih efisien demi kemajuan ekonominya. Ini juga menggambarkan betapa pentingnya peran perdagangan internasional dalam memperkenalkan inovasi dan mendorong pertumbuhan.

Pergeseran mata uang ini adalah salah satu faktor yang mendukung kejayaan dan kemakmuran Majapahit, memungkinkannya untuk berinteraksi lebih lancar dengan kekuatan ekonomi regional lainnya.

Tanpa adopsi kepeng, bisa jadi laju perdagangan Majapahit tidak akan sepesat itu, atau setidaknya akan menghadapi hambatan yang lebih besar dalam transaksi internasional.

Dari episode sejarah ekonomi Majapahit ini, kita dapat memetik pelajaran berharga. Perjalanan waktu mengajarkan kita bahwa adaptasi dan keterbukaan terhadap inovasi, bahkan dari luar, seringkali menjadi kunci kemajuan.

Menghargai perjalanan waktu berarti memahami bahwa setiap era memiliki tantangan dan solusinya sendiri, dan bahwa perubahan adalah konstanta yang membentuk identitas kita sebagai masyarakat. Sejarah adalah guru terbaik, mengingatkan kita untuk selalu belajar dari masa lalu demi membangun masa depan yang lebih baik, tanpa pernah merasa superior atau meremehkan kebijaksanaan zaman lampau.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0