Kolesterol Tinggi Bukan Cuma Soal Makanan Berlemak! 5 Mitos Sesat yang Wajib Anda Tahu di 2025

Oleh Andre NBS

Senin, 18 Agustus 2025 - 14.15 WIB
Kolesterol Tinggi Bukan Cuma Soal Makanan Berlemak! 5 Mitos Sesat yang Wajib Anda Tahu di 2025
Mitos Umum Kolesterol Tinggi (Foto oleh Youyuan Hu di Unsplash).

VOXBLICK.COM - Bicara soal kolesterol seringkali membuat banyak orang langsung cemas dan membayangkan daftar panjang makanan pantangan. Istilah 'kolesterol tinggi' seolah menjadi momok yang identik dengan penyakit jantung dan stroke.

Sayangnya, kecemasan ini seringkali diperparah oleh informasi simpang siur dan mitos kolesterol yang sudah terlanjur mendarah daging. Padahal, pemahaman yang benar adalah langkah pertama untuk mengelola kondisi ini secara efektif. Mengelola kolesterol bukan sekadar menghindari makanan berlemak, tapi memahami bagaimana tubuh bekerja dan apa yang benar-benar memengaruhinya.

Banyak faktor, mulai dari genetika hingga tingkat stres, ikut berperan dalam perjalanan kolesterol di tubuh kita. Mari kita bedah bersama beberapa misinformasi paling umum yang mungkin selama ini Anda yakini, berdasarkan panduan dan riset kolesterol terbaru.

Mitos 1: Semua Jenis Kolesterol Itu Buruk dan Harus Dihindari

Pandangan bahwa kolesterol adalah musuh total adalah salah satu miskonsepsi terbesar.

Tubuh kita sebenarnya membutuhkan kolesterol untuk berfungsi dengan baik. Zat lilin ini adalah komponen penting dalam membangun sel-sel yang sehat, memproduksi hormon seperti estrogen dan testosteron, serta membantu metabolisme vitamin D. Masalah muncul ketika kadarnya tidak seimbang. Di sinilah pentingnya mengenal dua pemain utama: kolesterol jahat LDL dan kolesterol baik HDL.

Kolesterol Jahat (LDL - Low-Density Lipoprotein)

Ini adalah jenis yang sering menjadi 'tersangka' utama. Bayangkan LDL sebagai truk pengantar yang membawa kolesterol dari hati ke seluruh tubuh. Jika jumlahnya terlalu banyak, muatannya bisa tumpah dan menumpuk di dinding arteri. Penumpukan ini, yang disebut plak aterosklerosis, dapat menyempitkan dan mengeraskan pembuluh darah. Kondisi inilah yang meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Karena itu, menjaga kadar kolesterol jahat LDL tetap rendah adalah kunci.

Kolesterol Baik (HDL - High-Density Lipoprotein)

Sebaliknya, HDL adalah 'pahlawan'. Anggap saja HDL sebagai tim pembersih. Ia bertugas mengumpulkan kelebihan kolesterol dari arteri dan membawanya kembali ke hati untuk diolah dan dibuang dari tubuh. Kadar HDL yang tinggi bersifat protektif, artinya dapat membantu mengurangi risiko penyakit kolesterol dan jantung.

Inilah mengapa tujuan utama bukan hanya menurunkan LDL, tapi juga menjaga atau meningkatkan HDL. Memahami perbedaan ini mengubah cara kita memandang manajemen kolesterol. Fokusnya bukan lagi eliminasi total, melainkan mencapai keseimbangan yang sehat antara kolesterol jahat LDL dan kolesterol baik HDL.

Mitos 2: Hanya Orang Gemuk yang Berisiko Punya Kolesterol Tinggi

Sangat mudah untuk mengasumsikan bahwa orang dengan berat badan ideal atau bahkan kurus pasti aman dari masalah kolesterol tinggi. Kenyataannya, penampilan luar bisa menipu. Kolesterol tinggi tidak pandang bulu dan bisa menyerang siapa saja, tanpa memandang bentuk tubuh. Ada beberapa alasan mengapa asumsi ini sangat berbahaya.

Pertama, faktor genetik memegang peranan signifikan. Kondisi yang disebut hiperkolesterolemia familial adalah kelainan genetik yang menyebabkan tubuh tidak bisa membuang kolesterol jahat LDL secara efisien. Orang dengan kondisi ini bisa memiliki kadar kolesterol sangat tinggi sejak usia muda, bahkan jika mereka sangat kurus dan aktif. Ini menunjukkan pentingnya riwayat kolesterol keluarga Indonesia dalam deteksi dini.

Kedua, kolesterol dan gaya hidup jauh lebih kompleks daripada sekadar angka di timbangan. Seseorang yang kurus bisa saja memiliki pola makan yang buruk, tinggi lemak jenuh dan gula, serta jarang berolahraga. Gaya hidup seperti ini bisa memicu produksi LDL berlebih.

Kondisi yang dikenal sebagai 'skinny fat' memiliki berat badan normal tapi persentase lemak tubuh tinggi juga meningkatkan risiko masalah metabolisme, termasuk kolesterol tinggi. Sebaliknya, orang yang sedikit kelebihan berat badan namun rutin berolahraga dan makan makanan sehat bisa memiliki profil kolesterol yang jauh lebih baik. Ini juga berlaku untuk kolesterol anak muda, yang kasusnya semakin meningkat akibat pola hidup modern.

Mitos 3: Telur dan Udang adalah Musuh Utama

Selama bertahun-tahun, telur, udang, dan makanan laut lainnya yang tinggi kolesterol diet dicap buruk. Banyak orang menghindarinya sama sekali karena takut kadar kolesterol darahnya meroket. Namun, riset kolesterol terbaru menunjukkan gambaran yang lebih kompleks. Penelitian dari Harvard T.H.

Chan School of Public Health telah mengklarifikasi bahwa bagi kebanyakan orang, kolesterol dari makanan (dietary cholesterol) memiliki dampak yang lebih kecil pada kadar kolesterol darah dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya. Biang keladi sebenarnya yang lebih besar pengaruhnya adalah lemak jenuh (saturated fats) dan lemak trans (trans fats).

Lemak jenuh, yang banyak ditemukan pada daging merah berlemak, mentega, keju, dan minyak kelapa, serta lemak trans pada makanan olahan dan gorengan, dapat mendorong hati untuk memproduksi lebih banyak kolesterol jahat LDL. Sebaliknya, telur adalah sumber protein dan nutrisi yang padat. Bagi sebagian besar populasi, menikmati satu telur sehari tidak secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung.

Fokus dari diet rendah kolesterol modern telah bergeser. Alih-alih menghitung miligram kolesterol, panduan dari berbagai badan kesehatan, termasuk World Health Organization (WHO), lebih menekankan pada pola makan seimbang. Rekomendasi WHO kolesterol sehat mencakup pembatasan asupan lemak jenuh kurang dari 10% total energi harian dan menghindari lemak trans.

Jadi, daripada mengkhawatirkan sebutir telur, lebih baik perhatikan konsumsi biskuit kemasan, gorengan, dan makanan cepat saji. Memilih makanan rendah kolesterol seperti oatmeal, alpukat, kacang-kacangan, dan ikan berlemak justru bisa menjadi cara turunkan kolesterol yang efektif.

Mitos 4: Kolesterol Adalah Masalah Orang Tua Saja

Menunda pemeriksaan kolesterol hingga memasuki usia 40-an atau 50-an adalah kesalahan umum.

Banyak yang berpikir bahwa kolesterol tinggi adalah penyakit yang hanya menyerang kolesterol lansia. Namun, data menunjukkan tren yang mengkhawatirkan: semakin banyak orang dewasa muda, bahkan remaja, didiagnosis dengan kadar kolesterol yang tidak sehat. Proses penumpukan plak di arteri (aterosklerosis) bisa dimulai sejak masa kanak-kanak dan berlanjut secara diam-diam selama bertahun-tahun. Penyebabnya multifaktorial.

Pola makan modern yang tinggi makanan olahan, gula, dan lemak tidak sehat, dikombinasikan dengan gaya hidup kurang gerak, menciptakan kondisi sempurna untuk masalah kolesterol anak muda. Ditambah lagi, faktor kolesterol stress juga tidak bisa diabaikan. Stres kronis dapat memicu peradangan dan perubahan hormonal yang berdampak negatif pada kadar kolesterol.

Ini menegaskan bahwa kolesterol dan gaya hidup adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan, bahkan sejak usia dini. Oleh karena itu, rekomendasi dokter modern seringkali menyarankan pemeriksaan kolesterol lebih awal, terutama jika ada riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau kolesterol tinggi. Mengetahui angka kolesterol Anda sejak dini memberikan kesempatan emas untuk melakukan intervensi gaya hidup sebelum kerusakan signifikan terjadi.

Menunggu hingga gejala muncul seringkali sudah terlambat, karena kolesterol tinggi adalah 'silent killer' yang jarang menunjukkan gejala awal.

Mitos 5: Cukup Minum Obat Kolesterol Tanpa Mengubah Gaya Hidup

Obat-obatan seperti statin memang sangat efektif dalam menurunkan kolesterol jahat LDL dan telah menyelamatkan banyak nyawa.

Namun, menganggap obat sebagai 'peluru ajaib' yang bisa menyelesaikan semua masalah tanpa usaha lain adalah pandangan yang keliru. Obat bekerja paling optimal ketika menjadi bagian dari strategi komprehensif yang juga mencakup perubahan gaya hidup. Mengandalkan obat saja sambil terus merokok, makan sembarangan, dan tidak berolahraga sama saja seperti mengepel lantai sementara keran air masih menyala.

Perubahan gaya hidup adalah fondasi utama dalam mengelola kolesterol tinggi 2025 dan seterusnya. Olahraga kolesterol turun adalah salah satu pilar terpenting. Aktivitas fisik teratur, seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda, dapat membantu meningkatkan kolesterol baik HDL dan menurunkan LDL serta trigliserida.

Diet rendah kolesterol yang kaya serat larut (dari gandum, apel, dan kacang-kacangan), lemak sehat (dari ikan dan alpukat), dan sterol nabati juga terbukti ampuh sebagai cara turunkan kolesterol. Bahkan, beberapa orang berhasil mengontrol kolesterolnya hanya dengan perubahan gaya hidup tanpa memerlukan obat. Kolaborasi antara obat dan gaya hidup sehat memberikan hasil terbaik untuk kesehatan kolesterol dan jantung.

Anggap obat sebagai jaring pengaman yang kuat, tetapi gaya hidup sehat adalah fondasi yang membuat seluruh struktur kesehatan Anda kokoh. Mengelola kolesterol adalah perjalanan jangka panjang, bukan perbaikan cepat. Informasi yang beredar bisa sangat membingungkan, tetapi dengan berpegang pada fakta yang didukung sains, Anda dapat membuat pilihan yang lebih baik untuk kesehatan Anda.

Memahami peran kolesterol, mengenali faktor risiko pribadi, dan menerapkan perubahan gaya hidup yang berkelanjutan adalah investasi terbaik untuk masa depan jantung Anda. Setiap tubuh merespons secara berbeda terhadap perubahan diet, olahraga, dan pengobatan. Apa yang berhasil untuk satu orang mungkin tidak sama untuk orang lain.

Karena itu, sangat penting untuk mendiskusikan setiap rencana perubahan signifikan terkait kesehatan Anda dengan dokter atau ahli gizi terdaftar. Mereka dapat membantu mengevaluasi kondisi kesehatan Anda secara menyeluruh, mempertimbangkan riwayat medis keluarga, dan menyusun pendekatan yang paling aman dan efektif sesuai dengan kebutuhan unik Anda.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0