Mau Cuan Cepat atau Tahan Lama? Bedah Strategi Investasi Buat Kaum Muda

VOXBLICK.COM - Ketika ratusan ribu investor muda di Indonesia, mayoritas Gen Z berusia 18-27 tahun, berlomba-lomba masuk ke dunia investasi, pertanyaan paling sering terlontar adalah: Cocoknya gue investasi jangka pendek atau panjang, ya? Momen FOMO di media sosial, dorongan dari teman, hingga kemudahan aplikasi investasi membuat keputusan ini semakin tricky.
Data OJK di 2023 mencatat lonjakan 37% investor ritel baru, sebagian besar berasal dari generasi digital native yang hidupnya serba instan tapi juga sadar pentingnya masa depan.
Namun, di balik euforia itu, banyak yang lupa: karakter dan kepribadian finansial kita, bukan sekadar trend, yang menentukan pilihan investasi paling tepat.
Memahami diri sendiri, termasuk toleransi risiko dan tujuan keuangan, adalah langkah awal yang krusial sebelum terjun ke dunia investasi. Investasi bukan hanya tentang mencari keuntungan semata, tetapi juga tentang bagaimana kita mengelola keuangan dengan bijak sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kita. Banyak anak muda tergiur dengan iming-iming keuntungan besar dalam waktu singkat, tanpa mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi.
Hal ini seringkali berujung pada kerugian dan kekecewaan. Oleh karena itu, penting untuk memiliki pemahaman yang baik tentang investasi sebelum memutuskan untuk berinvestasi.Â
Pertanyaan Klasik: Kamu Tipe Investor yang Mana? Menentukan Strategi Investasi yang Tepat
Gampangnya, investasi jangka pendek itu kayak nonton series mini: hasilnya cepat, risikonya lebih kelihatan, tapi kadang juga bikin deg-degan.
Sementara investasi jangka panjang lebih mirip maraton, prosesnya panjang, hasilnya bisa luar biasa, tapi butuh komitmen dan kesabaran. Nah, di sinilah tes kepribadian finansial berperan. Riset dari CFA Institute menyebutkan bahwa pemahaman terhadap risk profile dan tujuan keuangan pribadi punya efek signifikan terhadap tingkat keberhasilan investasi jangka panjang. Lebih lanjut, CFA Institute menekankan pentingnya edukasi keuangan bagi investor pemula.
Edukasi yang baik akan membantu investor memahami berbagai instrumen investasi, risiko yang terkait, dan cara mengelola portofolio investasi dengan efektif. Informasi lebih lanjut tentang CFA Institute dapat ditemukan di situs web resmi mereka.
Sayangnya, masih banyak yang asal ikut-ikutan. Survei Mandiri Sekuritas (2023) menunjukkan 61% investor muda Indonesia memilih produk investasi berdasarkan rekomendasi teman, bukan analisis pribadi.
Padahal, risk tolerance setiap orang beda-beda. Ada yang mentalnya tahan banting, siap rugi demi potensi cuan besar. Ada juga yang gampang panik begitu portofolio merah, langsung jual rugi. Hal ini menunjukkan bahwa literasi keuangan di kalangan investor muda masih perlu ditingkatkan. Banyak dari mereka yang belum memahami pentingnya melakukan riset dan analisis sebelum berinvestasi.
Mereka cenderung mengikuti tren atau rekomendasi dari orang lain tanpa mempertimbangkan profil risiko dan tujuan keuangan mereka sendiri. Penting untuk diingat bahwa investasi adalah keputusan pribadi dan setiap orang memiliki kebutuhan dan preferensi yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk melakukan riset dan analisis sendiri sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
Kuis Finansial: Cermin Kepribadian Investasi Kamu
Coba jawab beberapa pertanyaan ini sebelum menentukan langkah:
1. Seberapa nyaman kamu dengan risiko?
Apakah kamu tipe yang santai ketika harga saham turun 10% dalam sehari? Atau langsung nggak bisa tidur dan kepikiran terus? Jika kamu tenang-tenang saja menghadapi fluktuasi, investasi jangka panjang mungkin lebih cocok.
Tapi kalau kamu lebih suka kepastian, instrumen jangka pendek seperti deposito atau reksa dana pasar uang bisa jadi opsi. Investasi jangka panjang seringkali melibatkan aset yang lebih berisiko, seperti saham, tetapi potensi keuntungannya juga lebih besar. Sebaliknya, investasi jangka pendek cenderung lebih aman, tetapi potensi keuntungannya juga lebih kecil. Pilihan yang tepat tergantung pada toleransi risiko dan tujuan keuangan Anda.
Jika Anda memiliki toleransi risiko yang tinggi dan mencari potensi keuntungan yang besar, investasi jangka panjang mungkin lebih cocok. Namun, jika Anda lebih suka kepastian dan tidak ingin mengambil risiko yang besar, investasi jangka pendek mungkin lebih baik. Penting untuk diingat bahwa tidak ada investasi yang benar-benar bebas risiko. Semua investasi memiliki risiko, meskipun tingkat risikonya berbeda-beda.
Oleh karena itu, penting untuk memahami risiko yang terkait dengan setiap investasi sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang manajemen risiko di Wikipedia.
2. Target finansialmu dalam 1-2 tahun atau 10-20 tahun?
Menurut survei Bank Indonesia, 72% Gen Z punya target keuangan jangka pendek: dari beli gadget hingga traveling ke luar negeri.
Tapi hanya 28% yang punya tujuan jangka panjang, seperti beli rumah atau pensiun dini. Padahal, tujuan inilah yang seharusnya menentukan horizon investasi. Tujuan keuangan yang jelas akan membantu Anda menentukan jenis investasi yang paling sesuai. Misalnya, jika Anda ingin membeli rumah dalam 5 tahun, Anda mungkin ingin mempertimbangkan investasi yang memberikan potensi keuntungan yang stabil dan likuiditas yang tinggi.
Sebaliknya, jika Anda ingin mempersiapkan dana pensiun dalam 20 tahun, Anda mungkin ingin mempertimbangkan investasi yang memberikan potensi pertumbuhan jangka panjang yang tinggi, meskipun risikonya juga lebih besar. Penting untuk diingat bahwa investasi adalah alat untuk mencapai tujuan keuangan Anda. Oleh karena itu, penting untuk memiliki tujuan keuangan yang jelas sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
Tanpa tujuan yang jelas, Anda mungkin akan kesulitan untuk memilih investasi yang tepat dan mengelola portofolio investasi Anda dengan efektif. Bank Indonesia memiliki banyak publikasi tentang perencanaan keuangan yang bisa diakses di situs web mereka.
3. Seberapa disiplin kamu dalam mengatur keuangan?
Investasi jangka panjang menuntut disiplin, bukan cuma setor modal di awal lalu lupa.
Riset Fidelity Investments menemukan investor yang rutin dan disiplin menambah investasi, walau jumlahnya kecil, punya kinerja portofolio 32% lebih baik dalam 10 tahun dibanding yang cuma ‘sekali gas’. Disiplin dalam berinvestasi berarti Anda secara teratur menyisihkan sebagian dari pendapatan Anda untuk diinvestasikan, tanpa terpengaruh oleh fluktuasi pasar atau godaan untuk menghabiskan uang untuk hal-hal lain.
Investasi secara teratur, atau yang sering disebut dollar-cost averaging, dapat membantu Anda mengurangi risiko membeli pada harga tinggi dan menjual pada harga rendah. Dengan berinvestasi secara teratur, Anda membeli lebih banyak aset ketika harga rendah dan lebih sedikit aset ketika harga tinggi.
Hal ini dapat membantu Anda mencapai rata-rata harga beli yang lebih rendah dan meningkatkan potensi keuntungan jangka panjang Anda. Selain itu, disiplin dalam berinvestasi juga berarti Anda tidak panik ketika pasar sedang turun. Pasar saham cenderung berfluktuasi dalam jangka pendek, tetapi secara historis cenderung naik dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, penting untuk tetap tenang dan tidak menjual investasi Anda ketika pasar sedang turun. Fidelity Investments adalah sumber informasi yang baik tentang investasi dan perencanaan keuangan; kunjungi situs web mereka untuk informasi lebih lanjut.
Jangka Pendek vs. Jangka Panjang: Mana yang Benar-Benar Cocok untuk Gen Z?
Fenomena investasi jangka pendek sedang naik daun.
Saham gorengan, kripto, hingga reksa dana pasar uang jadi pilihan utama karena hasilnya cepat dan prosesnya mudah. Tapi risiko tinggi mengintai. Data dari OJK menunjukkan, lebih dari 60% investor pemula rugi di tahun pertama karena terlalu agresif dan kurang paham produk.
Investasi pada saham gorengan dan kripto sangat berisiko karena harganya sangat fluktuatif dan rentan terhadap manipulasi. Reksa dana pasar uang memang lebih aman, tetapi potensi keuntungannya juga lebih kecil. Penting untuk diingat bahwa tidak ada investasi yang bebas risiko. Semua investasi memiliki risiko, meskipun tingkat risikonya berbeda-beda.
Oleh karena itu, penting untuk memahami risiko yang terkait dengan setiap investasi sebelum memutuskan untuk berinvestasi. OJK adalah otoritas yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengatur industri keuangan di Indonesia.
Anda dapat menemukan informasi lebih lanjut tentang OJK di situs web mereka.
Sebaliknya, investasi jangka panjang seperti saham blue chip, obligasi, atau properti memang nggak langsung bikin ‘kaya mendadak’, tapi stabilitas dan pertumbuhan nilai asetnya lebih terjamin.
Statistik dari Morgan Stanley menyebutkan, investor yang menahan saham S&P 500 selama 20 tahun terakhir rata-rata mendapat return tahunan 8%, jauh di atas rata-rata produk jangka pendek. Saham blue chip adalah saham perusahaan besar dan mapan yang memiliki kinerja keuangan yang baik dan reputasi yang solid. Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan.
Properti adalah aset riil yang dapat memberikan pendapatan sewa dan apresiasi nilai. Investasi jangka panjang membutuhkan kesabaran dan disiplin, tetapi potensi keuntungannya juga lebih besar dalam jangka panjang. Morgan Stanley adalah perusahaan jasa keuangan global yang menyediakan berbagai layanan investasi.
Anda dapat menemukan informasi lebih lanjut tentang Morgan Stanley di situs web mereka.
Namun, bukan berarti jangka pendek selalu buruk. Untuk target jangka dekat seperti dana darurat, DP motor, atau biaya pendidikan, instrumen berisiko rendah dan likuiditas tinggi tetap jadi juara. Kunci utamanya: sesuaikan produk dengan tujuan dan profil risiko.
Dana darurat sebaiknya disimpan dalam instrumen yang mudah dicairkan dan tidak berisiko, seperti tabungan atau deposito. DP motor dan biaya pendidikan dapat diinvestasikan dalam instrumen yang sedikit lebih berisiko, seperti reksa dana pasar uang atau obligasi jangka pendek. Penting untuk diingat bahwa profil risiko setiap orang berbeda-beda.
Ada orang yang nyaman dengan risiko yang tinggi, ada juga yang lebih suka investasi yang aman. Oleh karena itu, penting untuk memilih investasi yang sesuai dengan profil risiko Anda.
Apa Kata Data dan Penelitian Terkini?
Melihat tren global, riset Deloitte Global Millennial Survey 2023 menemukan 67% Gen Z lebih memilih investasi yang berdampak sosial dan sustainable ketimbang sekadar cuan.
Pilihan ini lebih sering ditemukan pada investasi jangka panjang seperti ESG fund atau saham perusahaan ramah lingkungan. Namun, hanya 25% yang benar-benar paham risiko dan mekanisme produk tersebut. Investasi yang berdampak sosial dan sustainable, atau yang sering disebut ESG (Environmental, Social, and Governance) investing, semakin populer di kalangan investor muda.
ESG investing adalah strategi investasi yang mempertimbangkan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan dalam pengambilan keputusan investasi. ESG fund adalah reksa dana yang berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang memiliki kinerja ESG yang baik. Meskipun ESG investing dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, penting untuk diingat bahwa investasi ini juga memiliki risiko.
Oleh karena itu, penting untuk memahami risiko dan mekanisme produk sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Deloitte adalah perusahaan jasa profesional global yang menyediakan berbagai layanan konsultasi. Anda dapat menemukan informasi lebih lanjut tentang Deloitte di situs web mereka.
Di sisi lain, behavioral finance menekankan pentingnya mengenali bias psikologis dalam pengambilan keputusan investasi.
Misal, overconfidence bias bikin banyak Gen Z pede masuk kripto tanpa riset, lalu panik saat market anjlok. Studi dari University of Chicago mengungkap, investor yang melakukan self-assessment lewat kuis kepribadian finansial cenderung mengambil keputusan lebih rasional dan konsisten. Behavioral finance adalah bidang studi yang menggabungkan psikologi dan ekonomi untuk memahami bagaimana emosi dan bias kognitif memengaruhi pengambilan keputusan keuangan.
Overconfidence bias adalah kecenderungan untuk melebih-lebihkan kemampuan dan pengetahuan sendiri. Bias ini dapat menyebabkan investor mengambil risiko yang terlalu besar dan membuat keputusan investasi yang buruk. Self-assessment lewat kuis kepribadian finansial dapat membantu investor mengenali bias psikologis mereka dan mengambil keputusan investasi yang lebih rasional dan konsisten.
University of Chicago adalah universitas riset terkemuka yang memiliki banyak studi tentang behavioral finance. Anda dapat menemukan informasi lebih lanjut tentang University of Chicago di situs web mereka.
Mengapa Tes Kepribadian Finansial Jadi Game Changer?
Bukan cuma soal cocok-cocokan, tes kepribadian finansial membantu membuka blind spot kita.
Banyak yang merasa ‘gue anaknya risk taker’, padahal aslinya gampang panik saat volatilitas tinggi. Dengan kuis interaktif seperti profil risiko Mandiri Investasi atau fitur serupa di aplikasi Bibit dan Bareksa, kamu bisa tahu karakter asli: konservatif, moderat, atau agresif. Hasilnya, kamu akan dapat rekomendasi instrumen yang benar-benar inline sama psikologi dan tujuan keuanganmu.
Tes kepribadian finansial membantu Anda memahami toleransi risiko, tujuan keuangan, dan preferensi investasi Anda. Dengan memahami diri sendiri, Anda dapat memilih investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan Anda. Hal ini dapat membantu Anda mencapai tujuan keuangan Anda dengan lebih efektif dan mengurangi risiko kerugian.
Mandiri Investasi, Bibit, dan Bareksa adalah platform investasi online yang menyediakan berbagai produk investasi dan fitur-fitur yang dapat membantu Anda berinvestasi dengan lebih mudah dan efektif.
Studi McKinsey 2023 menegaskan, investor yang memilih produk sesuai profil risikonya punya tingkat stres 42% lebih rendah dan lebih konsisten menambah investasi, dibanding yang hanya ikut-ikutan tren.
Efek jangka panjangnya, portofolio mereka tumbuh lebih stabil, dan tetap waras di tengah market yang penuh drama. Memilih produk investasi yang sesuai dengan profil risiko Anda dapat membantu Anda mengurangi stres dan meningkatkan konsistensi dalam berinvestasi. Hal ini dapat membantu Anda mencapai tujuan keuangan Anda dengan lebih stabil dan berkelanjutan.
McKinsey adalah perusahaan konsultan manajemen global yang menyediakan berbagai layanan konsultasi. Anda dapat menemukan informasi lebih lanjut tentang McKinsey di situs web mereka.
Kenapa Gen Z Harus Peduli?
Kita hidup di era di mana informasi secepat swipe TikTok, tapi keputusan finansial nggak bisa asal FOMO. Setiap orang punya financial DNA yang unik.
Kalau salah pilih instrumen, bukan cuma soal duit, tapi juga kesehatan mental bisa kena. Riset dari American Psychological Association menemukan 67% anak muda mengalami stres soal keuangan, sebagian besar gara-gara salah pilih investasi dan ekspektasi yang nggak realistis. Keputusan finansial yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan mental Anda. Stres keuangan dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan lainnya.
Oleh karena itu, penting untuk membuat keputusan finansial yang bijak dan realistis. American Psychological Association adalah organisasi profesional yang mewakili psikolog di Amerika Serikat. Anda dapat menemukan informasi lebih lanjut tentang American Psychological Association di situs web mereka.
Dengan memahami kepribadian finansial lewat kuis, kamu bisa membangun portofolio yang bukan hanya cuan, tapi juga bikin tidur nyenyak.
Nggak ada kata terlambat buat mulai, tapi jangan juga asal gas tanpa ngaca ke diri sendiri dulu. Membangun portofolio investasi yang sesuai dengan kepribadian finansial Anda dapat membantu Anda mencapai tujuan keuangan Anda dengan lebih nyaman dan tenang. Tidak ada kata terlambat untuk memulai investasi. Semakin cepat Anda memulai, semakin besar potensi keuntungan jangka panjang Anda.
Namun, penting untuk melakukan riset dan analisis sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Jangan hanya ikut-ikutan tren atau rekomendasi dari orang lain. Pahami profil risiko dan tujuan keuangan Anda sebelum memilih investasi yang tepat.
Pilihan investasi, entah jangka pendek atau panjang, pada akhirnya adalah cerminan siapa dirimu dan bagaimana kamu memandang masa depan.
Di tengah era digital yang serba cepat, mengenali kepribadian finansial jadi pondasi utama untuk bertahan, tumbuh, dan menikmati hasil investasi dengan lebih bijak. Jadi, sudah siap jujur sama diri sendiri sebelum ngeklik tombol ‘beli’? Memahami kepribadian finansial adalah kunci untuk membuat keputusan investasi yang bijak dan mencapai tujuan keuangan Anda.
Dengan memahami diri sendiri, Anda dapat memilih investasi yang sesuai dengan profil risiko, tujuan keuangan, dan preferensi investasi Anda. Hal ini dapat membantu Anda mencapai tujuan keuangan Anda dengan lebih efektif, mengurangi risiko kerugian, dan meningkatkan kesehatan mental Anda. Investasi adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran, disiplin, dan pemahaman yang baik tentang diri sendiri dan pasar keuangan.
Dengan persiapan yang matang, Anda dapat mencapai kebebasan finansial dan menikmati hasil investasi Anda dengan lebih bijak.
Apa Reaksi Anda?






