Peringkat Indonesia di Kancah Global: Antara Korupsi dan Pembangunan Manusia

Oleh VOXBLICK

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 16.00 WIB
Peringkat Indonesia di Kancah Global: Antara Korupsi dan Pembangunan Manusia
Indonesia di mata dunia (Foto oleh Nataliya Vaitkevich)

VOXBLICK.COM - Bagaimana sih sebenarnya posisi Indonesia di mata dunia? Kalau kita lihat dari berbagai indeks global, jawabannya enggak tunggal, alias campur aduk. Ada bagian yang bikin kita bangga, tapi ada juga yang jadi PR besar. Artikel ini bakal coba bedah beberapa peringkat penting Indonesia, mulai dari Indeks Persepsi Korupsi (CPI) yang sering bikin kita mengernyit, sampai Indeks Pembangunan Manusia (HDI) yang menunjukkan kemajuan, plus sedikit soal skor budaya kita di mata global. Semua ini penting karena memengaruhi bagaimana negara lain melihat kita, dan tentu saja, dampaknya langsung terasa oleh masyarakat kita sendiri.

Mari kita mulai dengan salah satu isu yang paling sering jadi sorotan: korupsi. Isu ini bukan cuma soal integritas internal, tapi juga punya dampak besar terhadap citra dan daya saing Indonesia di kancah global.

Peringkat Indonesia dalam Indeks Persepsi Korupsi (CPI) adalah cerminan bagaimana para ahli dan pebisnis global menilai tingkat korupsi di sektor publik kita.

Peringkat Indonesia di Kancah Global: Antara Korupsi dan Pembangunan Manusia
Peringkat Indonesia di Kancah Global: Antara Korupsi dan Pembangunan Manusia (Foto oleh Artem Podrez)

Indeks Persepsi Korupsi (CPI): PR yang Tak Kunjung Selesai

Setiap tahun, Transparency International (TI) merilis Indeks Persepsi Korupsi (CPI) yang mengukur persepsi korupsi sektor publik di berbagai negara. Skor CPI berkisar dari 0 (sangat korup) hingga 100 (sangat bersih).

Nah, untuk Indonesia, peringkat ini seringkali jadi topik yang bikin geleng-geleng kepala. Dalam beberapa tahun terakhir, posisi Indonesia di mata dunia terkait korupsi cenderung stagnan atau bahkan sedikit menurun.

Misalnya, pada laporan terbaru, skor Indonesia masih berkutat di angka 34, jauh di bawah rata-rata global dan negara-negara tetangga yang lebih baik.

Peringkat ini menempatkan kita di posisi yang kurang menguntungkan di antara 180 negara yang disurvei. Apa artinya ini? Ini menunjukkan bahwa upaya pemberantasan korupsi yang masif, termasuk berbagai operasi tangkap tangan (OTT) oleh KPK, belum sepenuhnya berhasil mengubah persepsi publik internasional dan pelaku bisnis terhadap tingkat korupsi di Indonesia.

Dampak dari skor CPI yang rendah ini enggak main-main, lho. Beberapa di antaranya adalah:

  • Menurunnya Kepercayaan Investor: Investor asing cenderung lebih berhati-hati menanamkan modal di negara dengan persepsi korupsi tinggi karena risiko bisnis yang lebih besar.
  • Hambatan Pembangunan: Korupsi menggerogoti anggaran negara yang seharusnya bisa dipakai untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, atau kesehatan.
  • Erosi Kepercayaan Publik: Masyarakat jadi skeptis terhadap institusi pemerintah, yang bisa berujung pada ketidakstabilan sosial.
  • Citra Negatif di Kancah Global: Indonesia bisa dianggap sebagai negara yang belum serius dalam menegakkan tata kelola pemerintahan yang baik.

Ini adalah tantangan besar bagi Indonesia, karena korupsi bukan hanya masalah moral, tapi juga ekonomi dan sosial yang menghambat kemajuan.

Indeks Pembangunan Manusia (HDI): Ada Kemajuan, Tapi Jangan Lengah

Beralih ke sisi yang lebih positif, mari kita lihat Indeks Pembangunan Manusia (HDI).

Indeks ini dikeluarkan oleh Program Pembangunan PBB (UNDP) dan mengukur tiga dimensi dasar pembangunan manusia: kesehatan (harapan hidup), pendidikan (rata-rata dan harapan lama sekolah), dan standar hidup layak (pendapatan nasional bruto per kapita). Nah, di sini, Indonesia punya cerita yang sedikit berbeda.

Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia menunjukkan peningkatan yang stabil dalam skor HDI-nya. Kita berhasil naik dari kategori pembangunan manusia sedang ke pembangunan manusia tinggi.

Ini berarti rata-rata harapan hidup penduduk Indonesia meningkat, akses pendidikan semakin baik, dan standar hidup masyarakat juga membaik. Peningkatan ini adalah hasil dari berbagai kebijakan pemerintah di sektor kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

Beberapa poin penting terkait HDI Indonesia:

  • Peningkatan Harapan Hidup: Program kesehatan masyarakat dan akses layanan medis yang lebih baik telah berkontribusi pada peningkatan usia harapan hidup.
  • Akses Pendidikan yang Lebih Luas: Angka partisipasi sekolah, baik di tingkat dasar hingga perguruan tinggi, terus meningkat.
  • Kenaikan Pendapatan: Pertumbuhan ekonomi telah membantu meningkatkan pendapatan per kapita penduduk, meski distribusi kekayaan masih jadi pekerjaan rumah.

Meskipun demikian, tantangan tetap ada. Kualitas pendidikan masih perlu ditingkatkan, kesenjangan akses layanan kesehatan antar daerah masih terasa, dan masalah gizi buruk di beberapa wilayah masih menjadi PR.

Peningkatan HDI menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Indonesia berada di jalur yang benar, namun perlu terus didorong agar kualitas hidup masyarakat semakin merata dan berkelanjutan.

Skor Budaya dan Pengaruhnya di Kancah Internasional

Selain angka-angka indeks formal, ada juga "skor" tak tertulis yang sangat penting: budaya. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman budaya, mulai dari tarian, musik, kuliner, hingga keramahan penduduknya.

Kekayaan budaya ini menjadi salah satu aset terkuat Indonesia di kancah global atau sering disebut sebagai "soft power".

Bagaimana budaya Indonesia memengaruhi peringkat kita di mata dunia? Begini:

  • Daya Tarik Pariwisata: Keindahan alam dan kekayaan budaya menjadi magnet utama bagi wisatawan mancanegara, yang secara tidak langsung meningkatkan citra positif Indonesia.
  • Diplomasi Budaya: Melalui festival budaya, pertukaran pelajar, dan promosi seni, Indonesia memperkuat hubungan dengan negara lain dan menunjukkan wajah yang ramah serta kaya tradisi.
  • Pengakuan Internasional: Banyak warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO, seperti batik, keris, wayang, dan subak, menunjukkan kekayaan dan nilai universal budaya kita.
  • Keramahan Masyarakat: Sifat ramah dan toleran masyarakat Indonesia seringkali meninggalkan kesan positif bagi para pengunjung dan ekspatriat, yang turut membentuk persepsi positif tentang negara ini.

Meskipun tidak ada "Indeks Budaya" yang baku seperti CPI atau HDI, pengaruh budaya sangat signifikan dalam membentuk bagaimana posisi Indonesia di mata dunia.

Ini adalah kekuatan yang bisa menyeimbangkan persepsi negatif dari isu-isu lain, seperti korupsi, dan menunjukkan sisi lain Indonesia yang memesona.

Kombinasi Peringkat: Tantangan dan Peluang

Jadi, kalau kita lihat secara keseluruhan, peringkat Indonesia di kancah global adalah gambaran yang kompleks. Ada sisi gelap dari Indeks Persepsi Korupsi yang menuntut reformasi serius dan konsisten.

Namun, ada juga sisi terang dari Indeks Pembangunan Manusia yang menunjukkan kemajuan berarti dalam kualitas hidup masyarakat. Ditambah lagi, kekayaan budaya kita menjadi faktor pembeda yang kuat, memberikan Indonesia identitas unik di panggung dunia.

Kombinasi peringkat ini punya dampak besar. Persepsi korupsi bisa menghambat investasi yang sangat dibutuhkan untuk mendorong pembangunan.

Di sisi lain, peningkatan HDI bisa menarik sumber daya manusia berkualitas dan menciptakan masyarakat yang lebih produktif. Sementara itu, kekuatan budaya kita bisa menjadi jembatan diplomasi dan meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai tujuan wisata dan studi.

Ini semua menegaskan bahwa pekerjaan rumah Indonesia masih banyak.

Untuk bisa meraih peringkat yang lebih baik dan citra yang lebih positif di mata dunia, kita perlu terus berjuang melawan korupsi, meningkatkan kualitas pembangunan manusia secara merata, dan terus mempromosikan kekayaan budaya kita. Perjalanan Indonesia di kancah global memang penuh liku, tapi dengan upaya kolektif, tujuan untuk menjadi negara yang lebih baik dan dihormati akan semakin dekat.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0