Strategi Piggybacking Ternyata Kunci Sukses Brand Raksasa Indonesia Mendunia

Oleh Ramones

Kamis, 28 Agustus 2025 - 00.40 WIB
Strategi Piggybacking Ternyata Kunci Sukses Brand Raksasa Indonesia Mendunia
Strategi Sukses Brand Indonesia (Foto oleh Paul White di Unsplash).

VOXBLICK.COM -

Apa Itu Strategi Piggybacking? Bongkar Konsepnya Sampai Akar

Dalam dunia bisnis yang kompetitif, ekspansi ke pasar baru seringkali terasa seperti mendaki gunung tanpa peta. Biayanya mahal, risikonya tinggi, dan medannya tidak dikenal.

Namun, ada sebuah metode pemasaran cerdas yang sering digunakan oleh para pemain besar namun jarang dibicarakan secara terbuka, yaitu strategi piggybacking. Bayangkan Anda ingin pergi ke sebuah kota yang jauh, tetapi tidak punya kendaraan. Alih-alih membeli mobil baru yang mahal, Anda memilih untuk menumpang pada teman yang kebetulan akan pergi ke arah yang sama. Anda hanya perlu berkontribusi untuk bensin, dan Anda sampai ke tujuan dengan cepat dan hemat. Itulah esensi dari strategi piggybacking.

Secara formal, strategi ini adalah bentuk aliansi di mana sebuah perusahaan (disebut rider atau penunggang) memanfaatkan jaringan distribusi, logistik, atau bahkan reputasi perusahaan lain yang lebih besar dan sudah mapan di pasar target

(disebut carrier atau pembawa) untuk menjual produknya. Perusahaan rider tidak perlu membangun infrastruktur dari nol. Mereka menumpang pada jalur yang sudah dibuat oleh carrier. Ini adalah bentuk kolaborasi bisnis yang saling menguntungkan. Si rider mendapatkan akses pasar instan, sementara si carrier biasanya mendapatkan komisi penjualan atau melengkapi portofolio produk mereka tanpa perlu berinvestasi dalam riset dan pengembangan produk baru.

Metode ini sangat relevan bagi brand Indonesia yang ingin sukses di pasar global.

Daripada menghabiskan miliaran rupiah untuk membangun gudang, merekrut tim penjualan, dan melakukan kampanye marketing besar-besaran di negara asing, mereka bisa bermitra dengan distributor lokal yang sudah menguasai pasar. Ini bukan jalan pintas yang curang, melainkan sebuah strategi pemasaran yang efisien dan strategis, memungkinkan sumber daya dialokasikan ke area yang lebih penting seperti inovasi produk dan penguatan merek.

Kenapa Pemasaran Cerdas Ini Begitu Efektif untuk Brand Indonesia?

Kekuatan utama dari strategi piggybacking terletak pada efisiensinya.

Bagi banyak brand Indonesia, terutama yang berasal dari kategori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) hingga perusahaan besar sekalipun, menembus pasar internasional adalah tantangan besar. Regulasi yang berbeda, budaya konsumen yang asing, dan persaingan dengan pemain lokal menjadi tembok penghalang yang tinggi. Di sinilah strategi piggybacking berperan sebagai katapel pelontar.

Hemat Biaya Masuk Pasar

Biaya untuk memasuki pasar baru bisa sangat besar. Mulai dari riset pasar, biaya legalitas, sewa kantor dan gudang, hingga anggaran pemasaran untuk membangun brand awareness.

Dengan menumpang pada carrier, sebagian besar biaya ini bisa dipangkas secara drastis. Perusahaan rider bisa langsung fokus pada penjualan karena infrastruktur pendukungnya sudah tersedia. Ini adalah bentuk pemasaran cerdas yang mengoptimalkan setiap rupiah yang diinvestasikan.

Akses Instan ke Jaringan Distribusi

Membangun jaringan distribusi dari nol membutuhkan waktu bertahun-tahun. Anda harus mencari distributor, negosiasi dengan ribuan ritel, dan memastikan produk sampai ke tangan konsumen di berbagai pelosok.

Partner carrier yang sudah mapan telah memiliki semua ini. Produk dari brand Indonesia bisa langsung masuk ke rak-rak supermarket, toko-toko spesialis, atau platform e-commerce yang sudah menjadi pelanggan setia si carrier. Ini adalah akselerasi yang tidak ternilai harganya.

Mengurangi Risiko Kegagalan

Menurut data dari berbagai lembaga riset bisnis, tingkat kegagalan produk baru di pasar asing sangat tinggi. Strategi piggybacking membantu memitigasi risiko ini.

Karena investasi awal yang rendah, jika produk ternyata tidak diterima pasar, kerugian finansial yang diderita jauh lebih kecil dibandingkan jika membangun semuanya sendiri. Selain itu, carrier yang berpengalaman biasanya akan memberikan masukan berharga mengenai penyesuaian produk agar lebih sesuai dengan selera pasar lokal.

Meningkatkan Kredibilitas Merek

Ketika sebuah produk baru muncul di pasar dan didistribusikan oleh perusahaan yang sudah dikenal dan dipercaya, konsumen akan lebih mudah menerima. Kredibilitas carrier seolah menular ke produk rider.

Ini membantu membangun kepercayaan dengan cepat, sebuah elemen krusial untuk meraih sukses di pasar global. Konsumen berpikir, "Jika perusahaan X yang terpercaya menjual produk ini, pasti produk ini bagus."

Studi Kasus: Contoh Sukses Strategi Piggybacking oleh Brand Indonesia

Teori tanpa contoh nyata hanyalah omong kosong. Mari kita lihat bagaimana beberapa brand Indonesia yang kita kenal berhasil menerapkan strategi piggybacking untuk menaklukkan pasar domestik dan internasional.

Ini adalah bukti nyata bahwa pemasaran cerdas bukan hanya soal iklan besar, tapi juga soal kolaborasi bisnis yang cerdik.

1. Aqua dan Danone: Simbiosis Mutualisme Raksasa

Ini mungkin adalah contoh brand sukses yang paling ikonik dalam penerapan strategi piggybacking di Indonesia, meskipun dalam format lisensi dan akuisisi.

Sebelum diakuisisi oleh Danone, Aqua adalah raja air minum dalam kemasan di Indonesia. Danone, raksasa FMCG dari Prancis, ingin masuk ke pasar air mineral Indonesia yang sangat besar. Daripada membangun merek baru dari nol untuk bersaing dengan Aqua, Danone memilih untuk berkolaborasi dan akhirnya mengakuisisi saham mayoritas.

Di sini, Aqua bertindak sebagai carrier dengan jaringan distribusinya yang mengakar hingga ke warung-warung terkecil di pelosok negeri.

Danone kemudian bisa menitipkan produk-produk lainnya seperti susu dan nutrisi anak melalui jalur distribusi super efisien ini. Sebaliknya, Aqua mendapatkan suntikan teknologi, modal, dan akses ke riset global dari Danone, memperkuat posisinya dan bahkan membantunya berekspansi ke pasar regional. Ini adalah contoh sempurna bagaimana kolaborasi bisnis bisa menciptakan kekuatan yang lebih besar.

2. Energen (Mayora Group): Menaklukkan Filipina

Mayora Group adalah salah satu perusahaan Indonesia yang sangat agresif dalam ekspansi global. Salah satu produk andalannya, Energen, berhasil menjadi pemimpin pasar sereal di Filipina.

Bagaimana caranya? Mereka tidak langsung membangun pabrik besar di sana. Awalnya, mereka menerapkan strategi piggybacking dengan menggandeng distributor makanan dan minuman lokal yang sudah punya jaringan kuat ke supermarket dan toko kelontong di seluruh Filipina.

Partner lokal ini memahami betul selera dan kebiasaan sarapan masyarakat Filipina. Dengan menumpang pada jaringan mereka, Energen bisa dengan cepat tersedia di mana-mana.

Keberhasilan ini membuktikan bahwa pemahaman pasar lokal yang didapat dari partner carrier adalah kunci dari sebuah strategi pemasaran yang sukses di luar negeri.

3. Indomie (Indofood): Mi Instan yang Mendunia

Kisah sukses Indomie, terutama di Afrika, adalah legenda. Meskipun kini Indofood telah membangun pabrik sendiri di beberapa negara seperti Nigeria, langkah awal mereka di banyak pasar baru seringkali melibatkan strategi piggybacking.

Mereka bekerja sama dengan importir dan distributor bahan makanan yang sudah ada, yang memasok barang ke pasar-pasar tradisional dan supermarket.

Para distributor ini sudah memiliki jalur logistik dan hubungan dengan ribuan pedagang. Dengan memanfaatkan jaringan ini, Indomie bisa masuk dengan cepat dan efisien.

Mereka fokus pada penyesuaian rasa dan pemasaran yang relevan dengan budaya lokal, sementara urusan distribusi yang rumit diserahkan pada ahlinya. Ini adalah contoh klasik bagaimana brand Indonesia bisa menjadi ikon global melalui langkah-langkah strategis.

4. Tolak Angin (Sido Muncul): Jamu Go International

Menjual produk jamu atau herbal di pasar internasional punya tantangan tersendiri, terutama terkait regulasi dan persepsi konsumen. Sido Muncul dengan cerdik menggunakan strategi piggybacking untuk memasarkan Tolak Angin.

Di negara-negara seperti Malaysia, Filipina, atau bahkan Amerika Serikat, mereka bermitra dengan distributor produk kesehatan atau toko-toko Asia yang sudah memiliki basis pelanggan setia.

Partner-partner ini tidak hanya menyediakan jalur ke rak toko, tetapi juga memberikan legitimasi. Ketika Tolak Angin dijual di sebelah merek-merek herbal terpercaya lainnya, konsumen menjadi lebih yakin untuk mencobanya.

Ini adalah bentuk pemasaran cerdas yang memanfaatkan kepercayaan yang sudah dibangun oleh pihak lain.

5. Polygon Bikes: Mengayuh ke Pasar Eropa dan Amerika

Industri sepeda sangat kompetitif, didominasi oleh merek-merek dari Amerika dan Eropa. Polygon, sebuah brand Indonesia asal Sidoarjo, berhasil menembus pasar yang sulit ini.

Salah satu kunci sukses mereka adalah melalui strategi piggybacking. Mereka tidak membuka toko sendiri di setiap negara. Sebaliknya, mereka menjalin kemitraan dengan distributor sepeda besar dan toko-toko sepeda online ternama di berbagai negara.

Distributor ini sudah memiliki hubungan baik dengan ribuan toko sepeda lokal (local bike shops). Dengan begitu, sepeda Polygon bisa hadir di showroom-showroom di seluruh dunia, dipajang berdampingan dengan merek-merek global lainnya.

Ini adalah contoh brand sukses yang membuktikan bahwa produk berkualitas dari Indonesia bisa bersaing jika didukung strategi pemasaran yang tepat.

6. Martha Tilaar Group: Kecantikan Indonesia di Panggung Dunia

Sariayu dan brand lain di bawah Martha Tilaar Group membawa keunikan bahan-bahan alami Indonesia.

Untuk menembus pasar ekspor, terutama di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Brunei, mereka seringkali mengandalkan distributor produk kosmetik dan perawatan diri yang sudah mapan. Terutama untuk pasar halal, mereka bermitra dengan distributor yang memiliki akses kuat ke segmen konsumen Muslim. Kolaborasi bisnis ini memungkinkan produk mereka menjangkau target pasar yang sangat spesifik tanpa harus membangun jaringan dari awal.

7. Kopi Kapal Api: Aroma Kopi Nusantara di Mancanegara

Sebagai salah satu produsen kopi terbesar, Kapal Api (PT Santos Jaya Abadi) juga menggunakan strategi piggybacking untuk ekspansi. Di banyak negara tujuan ekspor, mereka bekerja sama dengan importir dan distributor produk makanan Asia.

Para distributor ini sudah memiliki jalur distribusi ke supermarket Asia atau toko-toko yang sering dikunjungi oleh diaspora Indonesia dan warga lokal yang menyukai produk Asia. Ini memungkinkan Kapal Api untuk fokus pada kualitas produk, sementara distribusi diurus oleh partner yang sudah menguasai medan.

Bagaimana Memilih Partner yang Tepat untuk Strategi Piggybacking?

Keberhasilan strategi piggybacking sangat bergantung pada pemilihan partner carrier. Salah memilih partner ibarat menumpang pada kendaraan yang salah arah atau mogok di tengah jalan.

Oleh karena itu, proses seleksi harus dilakukan dengan cermat. Ini bukan sekadar mencari distributor, tapi mencari partner strategis.

Kesesuaian Visi dan Target Pasar

Pastikan partner Anda memiliki visi yang sejalan dan melayani target pasar yang sama atau berdekatan dengan produk Anda. Jika Anda menjual produk premium, jangan bermitra dengan distributor yang fokus pada produk murah.

Ketidakselarasan ini akan merusak citra merek dan membuat strategi pemasaran Anda tidak efektif.

Reputasi dan Rekam Jejak Carrier

Lakukan riset mendalam. Bagaimana reputasi calon partner di pasar? Apakah mereka dikenal profesional dan memiliki etos kerja yang baik? Cek rekam jejak mereka dengan merek lain yang pernah mereka tangani. Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), melakukan uji tuntas (due diligence) pada calon mitra bisnis adalah langkah fundamental untuk meminimalkan risiko dalam investasi dan kerjasama lintas negara.

Kekuatan Jaringan Distribusi

Analisis secara detail cakupan jaringan distribusi mereka.

Apakah mereka kuat di perkotaan tapi lemah di daerah? Apakah mereka hanya menguasai kanal ritel modern atau juga pasar tradisional? Pastikan jangkauan mereka sesuai dengan tujuan ekspansi Anda. Mintalah data dan bukti konkret, jangan hanya percaya pada klaim.

Aspek Legal dan Perjanjian yang Jelas

Ini adalah bagian yang paling krusial. Buatlah perjanjian kerja sama yang sangat detail dan jelas, mencakup segala aspek mulai dari target penjualan, skema komisi, tanggung jawab pemasaran, hak atas merek, hingga klausul pemutusan kontrak. Melibatkan penasihat hukum yang memahami hukum dagang internasional, seperti yang diatur dalam UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, adalah sebuah keharusan untuk melindungi kepentingan brand Indonesia Anda.

Risiko Tersembunyi di Balik Strategi Piggybacking

Meskipun terlihat sebagai jalan tol menuju kesuksesan, strategi piggybacking bukannya tanpa risiko. Seperti menumpang kendaraan orang lain, Anda tidak sepenuhnya memegang kendali.

Memahami potensi masalah ini sejak awal akan membantu Anda membuat rencana mitigasi.


  • Kehilangan Kontrol atas Merek: Anda menyerahkan sebagian besar proses penjualan dan pemasaran ke tangan partner. Jika mereka tidak mempresentasikan merek Anda dengan baik, citra merek bisa rusak. Penting untuk memiliki pedoman merek (brand guidelines) yang ketat dan melakukan pengawasan rutin.

  • Ketergantungan pada Partner: Jika penjualan Anda sangat bergantung pada satu carrier, posisi tawar Anda menjadi lemah. Mereka bisa saja menaikkan biaya atau bahkan memutuskan kerja sama secara sepihak, yang bisa melumpuhkan penjualan Anda di pasar tersebut. Diversifikasi partner jika memungkinkan adalah langkah yang bijak.

  • Potensi Konflik Kepentingan: Partner Anda mungkin juga mendistribusikan produk kompetitor atau di masa depan meluncurkan produk sejenis milik mereka sendiri. Ini bisa menciptakan konflik kepentingan di mana produk Anda tidak lagi menjadi prioritas. Klausul non-kompetisi dalam perjanjian bisa membantu mengatasi ini.

  • Transparansi Data yang Rendah: Terkadang, sulit untuk mendapatkan data penjualan dan konsumen yang detail dari carrier. Padahal, data ini sangat penting untuk memahami perilaku pasar dan merancang strategi pemasaran jangka panjang. Upayakan untuk menegosiasikan akses terhadap data ini dalam perjanjian awal.

Pada akhirnya, strategi piggybacking adalah sebuah alat yang sangat kuat dalam kotak perkakas ekspansi bisnis.

Bagi brand Indonesia yang bercita-cita untuk sukses di pasar global, ini adalah jalur akselerasi yang terbukti efektif, memungkinkan mereka untuk bersaing dengan pemain dunia tanpa harus memiliki sumber daya setara. Kisah sukses dari Aqua, Indomie, hingga Polygon menunjukkan bahwa dengan kolaborasi bisnis yang cerdik dan eksekusi yang tepat, produk lokal bisa menjadi juara di panggung internasional. Ini adalah soal bekerja lebih cerdas, bukan hanya lebih keras.

Setiap keputusan strategis dalam bisnis, termasuk memilih model ekspansi pasar, membawa serangkaian peluang dan risikonya sendiri. Analisis yang disajikan di sini bertujuan untuk memberikan wawasan berdasarkan contoh-contoh yang ada di industri.

Namun, penerapan strategi ini harus selalu didahului oleh riset pasar yang mendalam, uji tuntas terhadap calon mitra, dan konsultasi dengan para ahli di bidang hukum dan bisnis yang relevan dengan kondisi spesifik perusahaan Anda. Informasi ini dimaksudkan sebagai panduan edukatif, bukan sebagai nasihat bisnis profesional yang mutlak.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0