Target B50 Dikejar, Indonesia Butuh Tambahan 4 Juta Kiloliter Biodiesel Lagi!

Oleh Andre NBS

Senin, 18 Agustus 2025 - 20.15 WIB
Target B50 Dikejar, Indonesia Butuh Tambahan 4 Juta Kiloliter Biodiesel Lagi!
Kapasitas B50 dibutuhkan segera (Foto oleh Omkar Jadhav di Unsplash).

VOXBLICK.COM - Peningkatan konsumsi energi nasional menuntut langkah konkret dari pemerintah, pelaku usaha, dan berbagai pihak terkait dalam implementasi kebijakan energi terbarukan. Salah satu langkah utama saat ini adalah mengejar target implementasi B50, yakni pencampuran 50% biodiesel berbasis sawit dalam bahan bakar solar. Namun, upaya menuju B50 bukan perkara mudah. Data yang dirilis Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) menyebutkan Indonesia membutuhkan tambahan kapasitas produksi sekitar 4 juta kiloliter biodiesel untuk benar-benar mengamankan pasokan B50 di seluruh negeri.

Kebutuhan kapasitas biodiesel B50 ini mencuat setelah sukses besar program B30 dan B40 yang beberapa tahun terakhir berhasil mengurangi ketergantungan impor minyak solar serta mengerek permintaan minyak sawit domestik.

Namun, lonjakan konsumsi energi di dalam negeri membuat produksi biodiesel Indonesia dituntut naik lebih tinggi lagi. Direktur Eksekutif APROBI, Paulus Tjakrawan, lewat pernyataannya di berbagai media, mengingatkan jika peningkatan kapasitas adalah mutlak agar target penggunaan biodiesel Indonesia bisa tercapai pada 2025.

Implementasi B50 dan tantangan kapasitas
Peralihan dari B40 ke B50 membuka babak baru bagi sektor energi hijau nasional.

Bukan hanya butuh bahan baku lebih banyak, tetapi juga penguatan infrastruktur produksi, penyimpanan, hingga transportasi biodiesel. Saat ini, kapasitas terpasang produsen biodiesel di Indonesia diperkirakan mencapai 18 juta kiloliter per tahun (Kementerian ESDM, 2023). Untuk menuju B50, APROBI mengestimasikan dibutuhkan sekitar 22 juta kiloliter, atau selisih 4 juta kiloliter yang wajib segera disiapkan.

Bercermin dari pengalaman implementasi B30 dan B40, beberapa tantangan krusial langsung terdeteksi, seperti:
- Ketersediaan minyak sawit mentah (CPO) yang berkelanjutan demi pasokan biodiesel B50.


- Kapasitas penyimpanan serta logistik di pelabuhan dan depo BBM.
- Kesiapan industri otomotif dan uji bahan bakar biodiesel pada kendaraan baru.
- Investasi pada fasilitas produksi, baik dari sisi teknologi maupun pendanaan.

Sejumlah pelaku usaha menyatakan bahwa peningkatan investasi sangat dibutuhkan.

Investasi B50 diyakini akan mendongkrak nilai tambah industri sawit, mengangkat ekonomi daerah penghasil sawit, dan secara langsung membantu program mitigasi impor minyak oleh pemerintah.

APROBI kebutuhan energi dan dukungan kebijakan pemerintah
Pemerintah mengakui peningkatan kapasitas biodiesel Indonesia menjadi keharusan agar roadmap kebijakan energi hijau berjalan sebagaimana dicanangkan dalam dokumen Rencana Umum Energi

Nasional (RUEN). Dari sektor fiskal, APBN energi hijau pun terus dialokasikan guna memastikan program mandatori B50 dapat terealisasi tanpa kendala. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berulangkali menyatakan bahwa kebijakan seperti insentif pajak, kemudahan perizinan investasi, hingga penguatan riset biofuel Indonesia sedang dipacu demi menjawab kebutuhan sawit biodiesel domestik.

Dalam wawancara yang dilansir Kompas.com (21/4/2024), Ketua Harian APROBI Paulus Tjakrawan menekankan, “Jika ingin mencapai target B50 secara nasional, tambahan kapasitas 4 juta kiloliter menjadi kunci tak terbantahkan.

Produsen, pemerintah, dan semua stakeholder perlu bersinergi.”

Kapasitas B40 vs B50: Lonjakan kebutuhan bahan baku dan infrastruktur
Memenuhi target B50 berarti Indonesia harus meningkatkan pasokan minyak sawit hingga mencapai 16-17 juta ton per tahun, naik dari sekitar 12 juta ton pada era B40 (Data

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, GAPKI, 2023). Kenaikan ini jelas berdampak pada hulu-tengah-hilir industri sawit. Selain kebutuhan minyak nabati, pabrik dan depo penampungan di berbagai daerah harus siap menampung dan mendistribusikan biodiesel lebih besar. Kondisi ini sekaligus membuka peluang baru investasi B50 bagi pelaku usaha dalam negeri sekaligus menarik minat luar negeri.

Dari sisi teknis, kendaraan biodiesel yang beroperasi dengan campuran B50 telah diuji secara terbatas. Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) melakukan uji bahan bakar biodiesel B50 pada kendaraan transportasi darat.

Hasilnya menurut LEMIGAS cukup menjanjikan dari segi performa, meski terdapat catatan untuk optimalisasi filtrasi dan cold flow agar sesuai dengan standar kendaraan modern.

Potensi ekspor sawit dan dampak ekonomi
Implementasi B50 secara nasional secara langsung akan menambah serapan minyak sawit domestik dan mengurangi ketergantungan ekspor sawit mentah.

Hal ini sejalan dengan strategi pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dan memperkuat potensi ekspor sawit dalam bentuk produk turunan. Meningkatnya kapasitas biodiesel B50 juga diperkirakan memberi multiplier effect ke ekonomi daerah sentra sawit, membuka lapangan kerja baru, hingga memperkuat ketahanan energi nasional.

APROBI menilai peluang ekspor produk biodiesel ke pasar non-tradisional seperti Uni Eropa dan Amerika Latin turut terbuka berkat standarisasi mutu dan jejak karbon yang makin baik.

Namun, pasar domestik tetap prioritas utama, seiring upaya transisi biodiesel menuju energi hijau nasional dan mengurangi emisi karbon.

Riset biofuel Indonesia dan tantangan ke depan
Pusat Studi Bioenergi ITB dalam laporan terkini menyebutkan implementasi B50 dapat mengurangi emisi karbon lebih dari 55% dibandingkan penggunaan solar murni, sebuah lompatan besar dalam upaya

mitigasi dampak perubahan iklim. Riset biofuel Indonesia gencar dilakukan, namun penguatan sinergi antara pemangku kepentingan masih terus dibutuhkan.

Sektor swasta, seperti Wilmar dan Sinar Mas, sudah mengedepankan investasi pada teknologi produksi dan riset katalis biodiesel terbaru.

Kombinasi antara upaya pemerintah dan swasta bisa memperkuat posisi biodiesel Indonesia di mata dunia sebagai pemain utama di energi terbarukan berbasis sawit.

Mandatori energi terbarukan dan roadmap B50 nasional
Sasaran akhir program mandatori energi terbarukan pada 2025 adalah memastikan ketahanan energi nasional sekaligus menjadikan Indonesia sebagai pelopor pengembangan biofuel regional.

Implementasi B50 tidak hanya memperkuat produksi biodiesel RI, tetapi juga wujud nyata komitmen negara terhadap Paris Agreement dan pengurangan emisi karbon global. Data International Energy Agency (IEA) menunjukkan bahwa upaya transisi biodiesel Indonesia bisa menghemat devisa hingga lebih dari 4 miliar dolar AS per tahun lewat pengurangan impor minyak solar.

Kebijakan energi 2025 dan dampak bagi masyarakat
Pemerintah mendesain kebijakan energi 2025 dengan menempatkan B50 sebagai batu loncatan strategis.

Program B50 membawa dampak ke banyak bidang: mengurangi subsidi BBM berbasis fosil, menekan ongkos logistik energi, mendorong investasi hijau, hingga membuka peluang riset baru di ranah energi terbarukan. Dukungan masyarakat dan pengawasan implementasi di lapangan sangat diperlukan agar kebijakan ini berjalan sesuai rencana.

Pengamat energi dari Universitas Indonesia, Defiyan Cori, mengingatkan bahwa roadmap B50 nasional perlu didukung monitoring intensif dan audit berkala agar seluruh pasokan minyak sawit, kapasitas produksi, serta distribusi biodiesel benar-benar

optimal dan bebas celah penyelewengan. Upaya mitigasi impor minyak dan penguatan pasokan minyak sawit domestik menjadi perhatian krusial, terutama jelang momentum bonus demografi saat konsumsi energi otomotif diperkirakan naik tajam.

Transisi biodiesel diharapkan tidak hanya berdampak ekonomis dan ekologis, melainkan juga mendorong adopsi teknologi terbaru oleh industri nasional.

Dari optimalisasi riset biofuel hingga perluasan pasar ekspor sawit, potensi Indonesia untuk menjadi powerhouse energi hijau kini terbuka lebar.

Disclaimer: Seluruh data dalam artikel ini bersumber dari rilis resmi APROBI, Kementerian ESDM, GAPKI, LEMIGAS, IEA, dan beberapa media bereputasi.

Segala perubahan kebijakan atau data terbaru bisa berbeda sesuai keputusan pemerintah dan dinamika pasar global.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0