Tips Main Cantik di Saham walau Modal 50 Ribu per Bulan!

Oleh VOXBLICK

Senin, 25 Agustus 2025 - 11.40 WIB
Tips Main Cantik di Saham walau Modal 50 Ribu per Bulan!
Gaji UMR bukan halangan, investasi saham tetap jalan! Foto oleh Ruben Sukatendel via Unsplash.

VOXBLICK.COM - Punya gaji pas-pasan, apalagi standar UMR, sering bikin orang langsung minder kalau dengar kata “investasi saham”. Katanya, investasi saham itu cuma buat mereka yang dompetnya tebal atau udah mapan secara finansial.

Padahal, kalau dipikir-pikir, justru anak muda dengan gaji UMR-lah yang paling butuh investasi. Bukan cuma buat ngejar cuan, tapi demi masa depan yang lebih aman, lepas dari drama gaji yang cuma numpang lewat.

Kalau kamu termasuk yang masih mikir, “Investasi saham? Nggak deh, gaji aja pas-pasan”, ada baiknya buang jauh-jauh pikiran itu.

Investasi saham sekarang udah nggak sesulit dan seseram dulu. Modalnya? Bahkan bisa mulai dari 50 ribu per bulan, tanpa perlu ngorbanin gaya hidup nongkrong atau jajan boba tiap minggu.

Kuncinya ada di mindset, disiplin, dan tentu aja, strategi yang realistis.

Kenapa Anak Muda dengan Gaji UMR Justru Wajib Coba Investasi Saham?



Ngomongin investasi, pasti nggak jauh-jauh dari alasan klasik: “Buat apa sih?” atau “Bukannya mending nabung aja?” Jawabannya, simple. Uang tabungan memang aman, tapi nilainya terus digerogoti inflasi tiap tahun.

Sementara itu, saham punya potensi buat tumbuh jauh di atas inflasi, bahkan bisa jadi pintu keluar dari lingkaran gaji UMR yang stagnan.

Data dari Bursa Efek Indonesia nunjukkin, nilai investasi saham di Indonesia naik lebih dari 15% per tahun (rata-rata) dalam 10 tahun terakhir.

Artinya, kalau kamu disiplin beli saham tiap bulan, peluang jadi “kayak orang dalam” yang cuan dari saham itu bukan cuma mitos. Ditambah, sekarang akses ke pasar saham makin gampang. Cukup buka aplikasi ponsel, daftar, setor dana, dan kamu langsung bisa jadi investor.

Tapi, sebelum keburu ngiler sama potensi cuan, penting banget paham bahwa saham bukan mesin uang dadakan.

Ada risiko, ada fluktuasi harga, dan nggak semua saham cocok buat investor pemula terutama yang modalnya terbatas. Kuncinya, harus “main cantik” dan realistis.

Mindset: Dari Pasrah Gaji UMR ke Investor yang Cerdas



Banyak yang gagal investasi bukan karena modal kurang, tapi gara-gara mindset yang salah. Mikirnya, investasi cuma buat mereka yang udah kaya.

Padahal, justru investasi itu buat siapa aja yang ingin memperbaiki hidupnya ke depan. Gaji UMR bukan alasan buat nggak mulai. Justru, kalau nunggu gaji naik dulu baru mulai, bisa-bisa nggak pernah mulai sampai tua.

Jadi, langkah pertama: berani mulai meski nominal kecil. Jangan minder, jangan bandingin portofoliomu sama influencer investasi yang tiap bulan setor jutaan.

Fokus ke diri sendiri, konsisten, dan nikmati prosesnya. Ingat, setiap investor besar juga mulai dari nol, cuma bedanya mereka nggak pernah menyerah di tengah jalan.

Mitos dan Realita: Investasi Saham Bukan Judi, Bukan Skema Cepat Kaya



Banyak anak muda, terutama yang baru lulus atau baru kerja, masih nganggap saham itu kayak judi.

“Ah, nggak jelas, bisa rugi dalam semalam”, atau “Mending main crypto, cuan lebih cepet.” Padahal, kalau ngerti cara kerjanya, investasi saham justru lebih stabil dan jauh dari kata spekulasi ngawur.

Saham itu bukti kepemilikan perusahaan. Kalau kamu beli saham bank besar, misal, artinya kamu punya bagian kecil dari bank itu.

Saham-saham perusahaan bonafide yang masuk kategori blue chip sudah terbukti tahan banting di tengah krisis, dan konsisten bagi dividen. Risiko tetap ada, tapi bisa diminimalisir dengan strategi yang tepat.

Jadi, mindset kedua: saham bukan judi, dan bukan jalan pintas jadi sultan. Kalau orientasimu cuma cepat kaya, lebih baik jangan.

Saham itu maraton, bukan sprint.

Realita Gaji UMR: Modal Berapa Sih Buat Mulai Cuan dari Saham?



Ini pertanyaan paling sering ditulis di kolom komentar atau DM Instagram para influencer saham: “Minimal berapa sih modal buat mulai investasi saham?” Jawabannya, nggak harus jutaan. Sekarang, kamu bisa beli saham mulai dari satu lot, alias 100 lembar.

Misal, harga saham BBRI di kisaran 4.000-an per lembar, berarti satu lot cuma 400 ribuan. Bahkan, ada saham-saham bagus lain yang harganya di bawah 2.000 per lembar, jadi satu lot cuma 200 ribuan.

Beberapa sekuritas bahkan udah ngasih fitur nabung saham dengan mulai dari 50 ribu per bulan.

Ini mirip kayak nabung di bank, cuma bedanya “tabungan” kamu diwujudkan dalam bentuk saham. Cocok banget buat yang gaji UMR, karena nggak perlu langsung keluar duit gede di awal.

Alokasi Gaji: Nyisihin Uang Investasi, Bukan Sisa Uang Jajan


Salah satu kesalahan fatal pemula adalah investasi dari “sisa” uang bulanan.

Biasanya, di awal bulan belanja, nongkrong, jajan boba, baru sisanya kalau ada lebih, ditabung. Padahal, harusnya kebalik. Begitu gajian, langsung sisihkan dana investasi, misal 10% dari gaji, baru sisanya buat kebutuhan lain.

Kalau gaji UMR Jakarta 2024 sekitar 5 juta rupiah, 10%-nya berarti 500 ribu per bulan.

Cukup banget buat beli satu-dua lot saham blue chip, atau beberapa lot saham second liner yang potensial. Konsisten 500 ribu per bulan selama 5 tahun, kamu udah punya portofolio yang lumayan.

Ini bukan teori doang, data dari Bursa Efek Indonesia membuktikan, investor ritel yang konsisten justru lebih sering untung daripada yang serampangan.

Strategi Investasi Saham Buat Pemula Gaji UMR


Ngomongin strategi, jangan keburu silau sama istilah rumit kayak technical analysis, candlestick, atau trading harian.

Untuk pemula, apalagi yang modalnya terbatas, strategi terbaik adalah buy and hold alias beli dan simpan jangka panjang. Kenapa? Karena saham-saham bagus cenderung naik nilainya seiring waktu, sejalan dengan pertumbuhan bisnis perusahaan.

Kamu bisa mulai dengan strategi Dollar Cost Averaging (DCA). Intinya, setor dana dengan nominal tetap setiap bulan, beli saham yang sama atau beberapa saham pilihan.

Dengan cara ini, kamu nggak perlu pusing mikirin timing pasar, karena harga beli akan dirata-rata seiring waktu. Kalau pasar turun, kamu dapat harga lebih murah, kalau naik, portofoliomu ikut terdongkrak.

Prioritas Saham: Blue Chip, Dividen, atau “Saham Receh”?


Banyak pemula tergiur saham murah di bawah 100 rupiah per lembar, berharap cuan berkali-kali lipat.

Tapi, saham-saham ini seringkali disebut saham gorengan, risikonya tinggi banget, dan rentan dimanipulasi bandar. Kalau kamu masih belajar, lebih baik fokus ke saham-saham blue chip kayak BBRI, BBCA, TLKM, atau UNVR. Perusahaan ini punya fundamental kuat, bisnisnya jelas, dan biasanya rajin bagi dividen tiap tahun.

Bukan berarti harus anti sama “saham receh”, tapi porsinya sebaiknya kecil dulu.

Selain itu, diversifikasi penting banget. Jangan taruh semua modal di satu saham. Pilih 2-3 saham dari sektor berbeda, misal perbankan, telekomunikasi, dan consumer goods. Kalau salah satu turun, yang lain bisa menopang kerugianmu.

Prinsip ini sederhana, tapi terbukti ampuh buat meminimalisir risiko.

Langkah Praktis: Cara Mulai Investasi Saham dari Nol


Biar nggak cuma jadi wacana, yuk breakdown langkah-langkah praktisnya:

1. Pilih Sekuritas yang Ramah Pemula


Jangan asal daftar sekuritas. Pilih yang sudah terdaftar di OJK, punya aplikasi user-friendly, dan biaya transaksi terjangkau.

Beberapa sekuritas bahkan sudah menyediakan fitur edukasi gratis, video tutorial, dan komunitas diskusi. Ini penting banget biar kamu nggak nyasar di awal. Review aplikasi di Play Store atau App Store, cek rating dan komentar pengguna lain.

2. Buka Rekening Saham Online, Siapkan KTP dan NPWP


Proses pendaftaran sekarang serba digital.

Siapkan KTP, NPWP (atau surat pernyataan belum punya NPWP), foto selfie, dan isi form online. Biasanya dalam 1-3 hari kerja, akunmu sudah aktif. Jangan lupa, nanti kamu juga dapat RDN (Rekening Dana Nasabah), tempat menampung uang sebelum dibelikan saham.

3. Setor Dana, Mulai Belanja Saham


Begitu akun aktif, setor dana ke RDN.

Mulailah dengan nominal yang kamu sanggupi, misal 100-500 ribu per bulan. Pilih saham yang sudah kamu riset, jangan FOMO. Lakukan pembelian saat pasar buka (Senin-Jumat, jam 09.00-16.00 WIB). Jangan khawatir kalau harga saham naik turun, ini wajar banget.

4. Pantau Portofolio, Tapi Jangan Overthinking


Godaan terbesar pemula: cek portofolio tiap jam. Lihat angka merah langsung panik, mau jual rugi.

Saran terbaik: tentukan tujuan investasimu, misal buat biaya nikah 5 tahun lagi, atau DP rumah 10 tahun lagi. Kalau tujuanmu jangka panjang, nggak perlu pusing sama fluktuasi harian. Cek portofolio cukup seminggu sekali.

5. Update Ilmu, Ikut Komunitas, Jangan Malu Bertanya


Investasi saham itu proses belajar seumur hidup. Ikut webinar, baca berita ekonomi, ikuti forum diskusi di media sosial.

Banyak komunitas saham yang ramah pemula, siap bantu jawab pertanyaan receh sampai yang teknis. Jangan puas cuma ikut tren, cari tahu alasan di balik setiap keputusan investasimu.

Rahasia Konsistensi: Investasi Saham itu Marathon, Bukan Sprint


Banyak yang tergoda cuan instan, akhirnya terjebak trading harian tanpa bekal ilmu.

Padahal, data membuktikan investor yang konsisten buy and hold selama lima tahun ke atas lebih sering untung, meski modalnya kecil. Bahkan, investor legendaris kayak Warren Buffett juga percaya pada strategi ini.

Dengan modal 500 ribu per bulan, dalam setahun kamu sudah punya 6 juta portofolio. Kalau saham yang kamu pilih tumbuh 10% per tahun, portofoliomu bertambah jadi 6,6 juta.

Dalam lima tahun, efek compounding atau bunga berbunga akan terasa banget. Uang hasil dividen juga bisa diinvestasikan ulang, makin mempercepat pertumbuhan modalmu.

Simulasi: Dari Gaji UMR ke Harta Miliaran


Coba hitung-hitungan sederhana.

Kamu investasi 500 ribu per bulan, konsisten selama 10 tahun, dengan asumsi pertumbuhan rata-rata 12% per tahun (angka ini moderat, sesuai data IHSG 10 tahun terakhir).

- Tahun 1: 6 juta + return 12% = 6,72 juta
- Tahun 2: (6,72 juta + 6 juta) + return 12% = 13,44 juta + 1,61 juta = 15,05 juta
- Tahun 10: Modal terkumpul 60 juta, nilai portofolio mencapai sekitar 112 juta

Angka ini belum termasuk dividen yang bisa kamu dapat tiap tahun.

Kalau terus konsisten 20 tahun, nilainya bisa tembus 500 juta lebih. Buat yang gaji UMR, angka segitu jelas jauh lebih “masuk akal” ketimbang berharap naik gaji doang.

Jangan Terjebak FOMO, Pilih Saham Berdasarkan Data


Banyak pemula nyemplung ke saham gara-gara FOMO alias “fear of missing out”. Lihat teman upload cuan di Instastory, langsung ikutan beli tanpa riset. Ini bahaya banget.

Harga saham bisa naik-turun karena banyak faktor: kinerja perusahaan, kondisi ekonomi, sentimen global, bahkan rumor di media sosial.

Penting banget belajar baca laporan keuangan sederhana. Cari tahu perusahaan punya utang banyak atau nggak, pendapatannya naik atau turun, dan rajin atau nggak bagi dividen. Semua data ini tersedia gratis di website BEI dan aplikasi sekuritas.

Jangan ragu baca analisis di media bisnis lain, biar nggak gampang kemakan hoaks.

Tips Sederhana Baca Laporan Keuangan Buat Pemula



Enggak perlu jadi akuntan buat ngerti laporan keuangan. Fokus di tiga hal: pendapatan (revenue), laba bersih (net profit), dan dividen. Perusahaan bagus biasanya pendapatannya naik stabil tiap tahun, labanya positif, dan rajin bagi dividen.

Kalau ada penurunan drastis, cari tahu penyebabnya. Hindari saham yang sering rugi atau utangnya makin numpuk.

Jangan Tergoda Rekomendasi yang Nggak Jelas


Banyak akun-akun di media sosial kasih rekomendasi saham “cuan kilat” tanpa dasar jelas. Selalu cek siapa yang kasih rekomendasi, track record-nya gimana, dan jangan mudah percaya.

Lebih baik belajar analisis sendiri, meski pelan-pelan, daripada jadi korban “pom-pom saham”.

Manajemen Risiko: Kunci Bertahan di Tengah Fluktuasi


Investasi saham pasti ada risikonya, apalagi buat pemula dengan modal terbatas. Tapi, risiko ini bisa diminimalisir kalau kamu disiplin dan punya strategi jelas.

Jangan Taruh Semua Telur di Satu Keranjang


Diversifikasi itu wajib hukumnya.

Kalau kamu cuma punya satu saham, dan ternyata harganya anjlok, seluruh portofoliomu ikut tenggelam. Dengan punya 2-3 saham dari sektor berbeda, risiko kerugian bisa ditekan.

Pilih saham dengan karakter berbeda: ada yang rajin bagi dividen, ada yang growth company, ada yang stabil.

Jangan Pakai Uang Panas


Investasi saham harus pakai uang dingin, alias uang yang memang siap “dianggurin” dalam waktu lama. Jangan pakai uang kebutuhan bulanan, apalagi uang kuliah atau uang nikah.

Kalau terpaksa jual saham di harga rugi gara-gara butuh uang mendadak, kamu bakal nyesel.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0