Iklan 70-an Mengubah Aspirasi Perempuan Indonesia: Karir dan Pendidikan Terkuak

VOXBLICK.COM - Dekade 1970-an di Indonesia adalah sebuah panggung transformasi, masa di mana roda pembangunan bergerak cepat di bawah naungan Orde Baru. Di tengah gejolak perubahan sosial dan ekonomi, sebuah kekuatan tak terduga mulai mengukir ulang imajinasi kolektif tentang identitas perempuan: iklan. Bukan sekadar promosi produk, iklan-iklan di media cetak dan televisi pada era tersebut menjadi cermin sekaligus pemandu bagi aspirasi perempuan Indonesia, khususnya dalam ranah pendidikan dan karir yang sebelumnya mungkin terasa asing bagi banyak generasi muda wanita.
Pada era tersebut, Indonesia baru saja bangkit dari konsolidasi politik pasca-1965, memasuki fase pembangunan yang ambisius. Perekonomian mulai stabil, urbanisasi meningkat, dan akses terhadap pendidikan perlahan meluas.
Dalam konteks inilah, media massa seperti majalah, surat kabar, dan siaran televisi nasional (TVRI) menjadi jendela penting bagi masyarakat untuk memahami dan beradaptasi dengan modernitas. Iklan, sebagai salah satu konten yang paling gampang dicerna, memainkan peran krusial dalam membentuk narasi baru tentang peran perempuan.

Citra Perempuan Profesional di Layar dan Kertas
Sebelum 1970-an, gambaran perempuan dalam media cenderung terbatas pada peran domestik: ibu rumah tangga yang ideal, istri yang patuh, atau simbol kecantikan semata. Namun, dengan masuknya produk-produk modern dan dorongan untuk pengembangan ekonomi, iklan 70-an mulai memperkenalkan citra yang lebih beragam. Perempuan ditampilkan sebagai sosok yang aktif di luar rumah, mengenakan seragam kerja, memegang map, atau berinteraksi dalam lingkungan profesional. Mereka bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan pelaku utama dalam narasi iklan.
Misalnya, iklan sabun cuci tidak hanya menampilkan ibu yang mencuci di rumah, tetapi juga perempuan muda yang rapi dan siap berangkat kerja. Iklan kosmetik mulai mengasosiasikan kecantikan dengan kepercayaan diri untuk berkarir. Bahkan, iklan produk makanan atau minuman kesehatan seringkali menampilkan perempuan yang sibuk, membutuhkan energi ekstra untuk menyeimbangkan karir perempuan dan kehidupan pribadi. Pergeseran ini, meskipun seringkali masih dibingkai dalam stereotip gender, secara signifikan membuka wawasan tentang kemungkinan peran perempuan di luar rumah.
Memicu Aspirasi Pendidikan dan Karir
Citra perempuan profesional yang disajikan dalam media di Indonesia 1970-an memiliki dampak langsung pada aspirasi pendidikan perempuan muda. Melihat model peran yang sukses dan mandiri di media, banyak gadis muda mulai membayangkan masa depan yang berbeda untuk diri mereka sendiri. Pendidikan tidak lagi hanya dipandang sebagai bekal untuk menjadi istri yang baik, tetapi sebagai kunci untuk membuka pintu kesempatan profesional. Arsip-arsip sejarah dan catatan sosiologis dari era tersebut menunjukkan peningkatan minat perempuan terhadap pendidikan tinggi, khususnya di bidang-bidang yang sebelumnya didominasi laki-laki.
Beberapa bidang karir yang mulai menarik minat perempuan, sebagian dipengaruhi oleh representasi media, antara lain:
- Guru/Dosen: Profesi yang dianggap mulia dan memungkinkan perempuan berkontribusi pada masyarakat.
- Perawat/Dokter: Bidang kesehatan yang selalu membutuhkan tenaga profesional, dan citra perawat seringkali ditampilkan sebagai sosok yang penuh dedikasi.
- Sekretaris/Administrasi: Dengan berkembangnya sektor swasta dan perkantoran, profesi ini menjadi gerbang awal bagi banyak perempuan untuk masuk ke dunia kerja formal.
- Wartawan/Penyiar: Dunia media itu sendiri mulai menarik perempuan, melihat figur-figur inspiratif di televisi atau majalah.
- Pengusaha: Meskipun masih dalam skala kecil, beberapa iklan mulai menunjukkan perempuan sebagai pemilik usaha atau pengelola bisnis.
Representasi ini tidak hanya membentuk citra, tetapi juga memvalidasi pilihan hidup yang lebih beragam bagi perempuan. Ini adalah salah satu bentuk emansipasi perempuan yang terjadi secara perlahan namun pasti melalui kekuatan budaya populer.
Peran Media dalam Perubahan Sosial
Peran media pada era 70-an Indonesia tidak bisa diremehkan sebagai agen perubahan sosial. Dengan jangkauan yang semakin luas, media menjadi jembatan antara kebijakan pemerintah, nilai-nilai tradisional, dan ide-ide modern. Iklan, meskipun motif utamanya komersial, secara tidak langsung menjadi alat pendidikan sosial. Mereka memperkenalkan norma-norma baru, gaya hidup modern, dan kemungkinan-kemungkinan baru bagi generasi muda wanita.
Pemerintah Orde Baru sendiri, melalui program-program seperti Keluarga Berencana, mendorong perempuan untuk memiliki keluarga kecil dan sehat, yang secara implisit membuka ruang bagi mereka untuk berpartisipasi lebih aktif di sektor publik. Iklan-iklan yang selaras dengan narasi ini, menampilkan perempuan yang cerdas dan produktif, semakin memperkuat gagasan bahwa perempuan memiliki kapasitas untuk lebih dari sekadar peran domestik. Ini adalah contoh bagaimana peran media dapat berinteraksi dengan kebijakan sosial untuk mendorong pergeseran budaya.
Warisan Iklan 70-an untuk Masa Depan
Melihat kembali iklan 70-an yang mengubah aspirasi perempuan Indonesia adalah sebuah perjalanan menarik ke masa lalu yang membentuk masa kini. Citra perempuan profesional yang terkuak dalam iklan-iklan tersebut tidak hanya sekadar visualisasi itu adalah benih yang ditanamkan dalam kesadaran kolektif, memupuk impian dan ambisi yang melampaui batas-batas tradisional. Perjalanan emansipasi perempuan di Indonesia, yang masih terus berlangsung hingga kini, tidak dapat dilepaskan dari kontribusi media pada era tersebut dalam membuka cakrawala baru.
Memahami bagaimana citra dalam iklan dapat mencerminkan dan bahkan memengaruhi karir perempuan dan pendidikan perempuan mengingatkan kita akan kekuatan narasi dan representasi. Kisah ini adalah pengingat bahwa perubahan sosial seringkali bergerak melalui jalur-jalur yang tidak terduga, dan bahkan sebuah iklan komersial dapat menjadi artefak sejarah yang berharga dalam memahami evolusi masyarakat. Mengapresiasi perjalanan waktu ini membantu kita melihat bagaimana setiap dekade meninggalkan jejaknya, membentuk identitas dan aspirasi generasi-generasi selanjutnya.
Apa Reaksi Anda?






