Menyelami Jejak Arkeologi Bawah Air Indonesia dengan Teknologi LiDAR

Oleh VOXBLICK

Selasa, 14 Oktober 2025 - 03.25 WIB
Menyelami Jejak Arkeologi Bawah Air Indonesia dengan Teknologi LiDAR
LiDAR pada situs arkeologi bawah air (Foto oleh Didier VEILLON)

VOXBLICK.COM - Jejak-jejak peradaban masa lalu tidak hanya terpendam di balik tanah atau reruntuhan di daratan. Lautan Indonesia, yang membentang luas dan penuh misteri, menyimpan ribuan situs arkeologi bawah airmulai dari kapal karam legendaris, pelabuhan kuno, hingga artefak yang menjadi saksi bisu perdagangan dan pertukaran budaya di Nusantara. Namun, menguak tabir sejarah di kedalaman laut bukanlah perkara mudah. Tantangan teknis, kondisi lingkungan, dan keterbatasan teknologi membuat banyak kisah tetap tersembunyi di bawah ombak. Kini, hadirnya teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging) menandai babak baru dalam penjelajahan arkeologi bawah air di Indonesia.

LiDAR, yang dikenal sebagai pemindaian laser berpresisi tinggi, telah lama merevolusi pemetaan di darat.

Namun, adaptasinya untuk eksplorasi bawah airdengan segala keterbatasan dan keunikannyamerupakan penemuan penting yang mengubah cara kita memahami sejarah maritim Indonesia. Teknologi ini memungkinkan peneliti untuk mendokumentasikan struktur bawah laut secara detail, bahkan di lokasi yang sulit dijangkau oleh penyelam atau instrumen konvensional.

Menyelami Jejak Arkeologi Bawah Air Indonesia dengan Teknologi LiDAR
Menyelami Jejak Arkeologi Bawah Air Indonesia dengan Teknologi LiDAR (Foto oleh Julien Goettelmann)

LiDAR dan Revolusi Pemindaian Bawah Air

Tantangan utama dalam arkeologi bawah air Indonesia adalah keterbatasan visibilitas dan kedalaman. Di sinilah LiDAR memainkan peran vital.

Dengan mengirimkan pulsa laser yang menembus air, LiDAR mampu memetakan bentuk dasar laut, mengidentifikasi struktur tersembunyi, serta menghasilkan model 3D situs arkeologis dengan ketelitian luar biasa. Penggunaan teknologi ini telah membuka peluang besar dalam mengungkap:

  • Kapal karam bersejarahseperti kapal VOC Belanda yang karam di abad ke-17, mengungkap jalur perdagangan rempah yang legendaris.
  • Situs pelabuhan kuno yang selama ini hanya diketahui lewat catatan naskah lama atau cerita rakyat.
  • Artefak dan struktur budaya yang tersembunyi di dasar laut, mulai dari keramik Tiongkok hingga jangkar perunggu era Majapahit.

Referensi dari Encyclopedia Britannica menegaskan, LiDAR telah menjadi standar emas dalam survei geospasial dan arkeologi modern di berbagai belahan dunia, termasuk eksplorasi peradaban Maya di Amerika Tengah dan reruntuhan kota kuno di Mesir. Kini, Indonesia pun menuai manfaat serupa berkat pemanfaatan teknologi ini di lingkungan perairan tropisnya.

Tantangan di Lautan Nusantara

Meskipun demikian, penerapan LiDAR di lingkungan bawah laut Indonesia tidak lepas dari tantangan. Air laut yang keruh, kadar garam tinggi, hingga arus bawah laut yang kuat dapat mempengaruhi efektivitas pantulan laser.

Selain itu, faktor biaya dan kebutuhan perangkat khusus untuk adaptasi di laut tropis juga menjadi perhatian utama para arkeolog dan peneliti. Meski demikian, sinergi antara teknologi, keahlian lokal, dan riset lintas disiplin menghasilkan kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Beberapa situs penting yang telah berhasil didokumentasikan berkat LiDAR antara lain:

  • Kawasan perairan Kepulauan Seribu, di mana ditemukan struktur kapal dagang abad ke-18 beserta muatannya.
  • Pelabuhan kuno di pesisir Makassar, yang kini dapat divisualisasikan ulang dalam bentuk model digital, memperkaya pemahaman kita tentang perdagangan maritim Sulawesi.
  • Situs artefak di Selat Malaka, yang selama ratusan tahun menjadi jalur utama rempah-rempah dan budaya antar benua.

Kontribusi LiDAR bagi Pelestarian Warisan Budaya

Lebih dari sekadar mendokumentasikan, LiDAR memperkuat upaya pelestarian warisan budaya bawah laut Indonesia. Data spasial yang dihasilkan dapat digunakan untuk:

  • Monitoring kondisi situs dari waktu ke waktu, mendeteksi kerusakan akibat penjarahan atau perubahan lingkungan.
  • Membantu pengambilan keputusan dalam kebijakan konservasi dan pengelolaan kawasan laut.
  • Mengembangkan tur virtual atau rekonstruksi digital yang memungkinkan masyarakat luastermasuk generasi mudauntuk “menyelam” ke masa lalu tanpa harus berada di lokasi.

Dengan demikian, teknologi LiDAR menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan, pelestarian sejarah, dan edukasi publik. Penelitian yang didukung oleh institusi seperti Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia menunjukkan bahwa digitalisasi situs arkeologi bawah air berperan penting dalam memperkuat identitas nasional serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan warisan budaya.

Menghargai Waktu Lewat Teknologi dan Sejarah

Setiap kilatan laser di bawah permukaan laut Indonesia bukan sekadar pencatatan data, melainkan cara baru untuk menghidupkan kembali kisah-kisah lama yang nyaris terlupakan ombak dan waktu.

Melalui LiDAR, kita diajak untuk menyelami jejak peradaban yang membentuk jati diri bangsa, menghargai setiap lapisan sejarah yang telah ditempa oleh perjalanan panjang manusia, alam, dan teknologi. Dari sini, kiranya kita dapat belajar untuk senantiasa menjaga, merawat, dan memahami warisan masa lalu sebagai fondasi yang memperkaya langkah kita ke depan. Di antara riak-riak lautan Nusantara, sejarah dan inovasi berpadu, mengingatkan kita bahwa pelajaran dari masa lampau selalu relevan untuk masa kini dan masa depan.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0