Aduh! 6 Dari 10 Sekolah Menengah Inggris Jadi Korban Serangan Siber

Oleh VOXBLICK

Rabu, 15 Oktober 2025 - 12.40 WIB
Aduh! 6 Dari 10 Sekolah Menengah Inggris Jadi Korban Serangan Siber
Sekolah Inggris diserang siber (Foto oleh Mikhail Nilov)

VOXBLICK.COM - Kaget banget, kan? Bayangkan, hampir tujuh dari sepuluh sekolah menengah di Inggris jadi korban serangan siber atau pelanggaran data cuma dalam setahun terakhir. Ini bukan cuma angka statistik biasa, tapi alarm keras buat kita semua. Sebuah laporan mengejutkan mengungkapkan bahwa lebih dari 60% sekolah menengah di Inggris, atau sekitar 6 dari 10, telah menghadapi insiden siber yang mengganggu operasional mereka. Angka ini, yang mendekati 70% seperti yang disoroti oleh berbagai pihak, menunjukkan betapa rentannya sektor pendidikan terhadap ancaman digital yang terus berkembang.

Menurut data yang dirilis oleh National Cyber Security Centre (NCSC) Inggris, insiden-insiden ini bervariasi dari serangan ransomware yang melumpuhkan sistem hingga pelanggaran data yang membocorkan informasi sensitif.

Ini bukan main-main, lho! Bayangkan saja, data siswa, informasi staf, sampai catatan keuangan bisa jadi target empuk para peretas. Kondisi ini jelas menimbulkan kekhawatiran serius tentang keamanan data pribadi dan kelangsungan proses belajar mengajar di sekolah-sekolah menengah Inggris.

Aduh! 6 Dari 10 Sekolah Menengah Inggris Jadi Korban Serangan Siber
Aduh! 6 Dari 10 Sekolah Menengah Inggris Jadi Korban Serangan Siber (Foto oleh William Bradshaw)

Kenapa Sekolah Jadi Sasaran Empuk?

Nah, mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa sih sekolah yang harusnya jadi tempat aman buat belajar, malah jadi target empuk serangan siber? Ada beberapa alasan kuat yang bikin institusi pendidikan ini rentan terhadap ancaman digital:

  • Minimnya Sumber Daya Keamanan Siber: Banyak sekolah, terutama yang anggarannya terbatas, tidak punya cukup dana atau tenaga ahli untuk membangun pertahanan siber yang kuat. Mereka seringkali mengandalkan sistem lama atau solusi gratis yang kurang aman, menjadikannya target mudah bagi para peretas yang licik.
  • Tumpukan Data Sensitif: Jangan salah, sekolah itu gudangnya data berharga. Ada data pribadi siswa (nama, alamat, tanggal lahir, bahkan riwayat kesehatan), informasi staf (gaji, data bank), hingga catatan akademik yang semuanya sangat diminati peretas untuk dijual atau digunakan dalam penipuan identitas.
  • Lingkungan Pengguna yang Beragam: Sekolah punya banyak pengguna: siswa, guru, staf administrasi, dan kadang orang tua. Tidak semua dari mereka punya kesadaran keamanan siber yang tinggi. Satu klik salah pada email phishing bisa membuka pintu gerbang bagi peretas untuk masuk ke dalam sistem sekolah.
  • Sistem TI yang Kompleks tapi Kurang Terkelola: Dengan berbagai aplikasi pembelajaran online, sistem manajemen siswa, dan infrastruktur jaringan, lingkungan TI sekolah bisa sangat kompleks. Namun, seringkali pengelolaannya tidak seoptimal perusahaan besar, meninggalkan celah keamanan yang mudah dieksploitasi oleh pelaku kejahatan siber.

Dampak Serangan Siber: Lebih dari Sekadar Data Hilang

Serangan siber di sekolah itu dampaknya jauh lebih luas dari sekadar kehilangan data. Ini bisa bikin pusing tujuh keliling, lho! Dampaknya bisa terasa di berbagai lini:

  • Gangguan Proses Belajar Mengajar: Bayangkan kalau sistem online sekolah down karena ransomware. Ujian ditunda, tugas tidak bisa diakses, dan jadwal pelajaran kacau balau. Ini jelas merugikan siswa dan guru. "Salah satu sekolah yang kami bantu harus menutup operasional selama seminggu penuh karena serangan ransomware," ujar seorang pakar NCSC dalam laporan mereka, menyoroti parahnya gangguan yang bisa ditimbulkan.
  • Kerugian Finansial: Pemulihan dari serangan siber itu mahal. Sekolah harus mengeluarkan uang untuk memperbaiki sistem, menyewa ahli keamanan siber, dan bahkan mungkin membayar denda jika ada pelanggaran regulasi perlindungan data seperti GDPR. Biaya ini bisa menguras anggaran yang seharusnya dialokasikan untuk pendidikan.
  • Kerusakan Reputasi: Kepercayaan orang tua dan masyarakat bisa anjlok drastis jika sekolah terbukti gagal melindungi data anak-anak mereka. Ini bisa berdampak jangka panjang pada pendaftaran siswa dan citra sekolah di mata publik.
  • Stres dan Beban Kerja Tambahan: Staf sekolah, terutama tim IT, harus bekerja ekstra keras di bawah tekanan untuk memulihkan sistem. Ini bisa menyebabkan stres dan kelelahan yang luar biasa, mengganggu produktivitas mereka.
  • Ancaman Privasi: Bocornya data pribadi siswa dan staf bisa berujung pada pencurian identitas, penipuan, atau bahkan penyalahgunaan data untuk tujuan yang tidak etis, menimbulkan konsekuensi serius bagi individu yang terdampak.

Jenis Serangan yang Paling Sering Terjadi

Para peretas ini punya banyak cara untuk menyusup ke sistem sekolah. Beberapa jenis serangan siber yang paling sering terjadi dan harus diwaspadai di institusi pendidikan antara lain:

  • Ransomware: Ini adalah momok paling menakutkan. Peretas mengunci akses ke sistem atau data sekolah dan meminta tebusan (biasanya dalam bentuk cryptocurrency) agar akses dikembalikan. Kalau tidak dibayar, data bisa dihapus selamanya, menyebabkan kerugian besar.
  • Phishing: Modus ini melibatkan pengiriman email atau pesan palsu yang terlihat seperti dari sumber terpercaya (misalnya, kepala sekolah atau vendor TI). Tujuannya? Untuk memancing pengguna agar mengklik tautan berbahaya atau memberikan informasi login mereka, yang kemudian bisa digunakan peretas untuk masuk ke sistem.
  • Pelanggaran Data: Ini bisa terjadi karena berbagai alasan, mulai dari serangan siber langsung hingga kesalahan manusia, seperti staf yang secara tidak sengaja membocorkan informasi sensitif. Pelanggaran data bisa memiliki konsekuensi hukum dan reputasi yang serius.
  • Serangan Penolakan Layanan Terdistribusi (DDoS): Meskipun tidak seumum ransomware di sektor pendidikan, serangan DDoS bisa membanjiri jaringan sekolah dengan lalu lintas palsu, menyebabkan situs web atau layanan online mereka tidak bisa diakses, mengganggu kegiatan belajar mengajar.

Apa yang Bisa Dilakukan Sekolah untuk Bertahan?

Melihat betapa seriusnya ancaman ini, sekolah tentu tidak bisa tinggal diam. Ada beberapa langkah penting yang bisa diambil untuk memperkuat pertahanan siber mereka dan melindungi diri dari serangan yang tak terduga:

  • Investasi dalam Keamanan Siber: Ini bukan lagi pilihan, tapi keharusan. Sekolah perlu mengalokasikan anggaran untuk perangkat lunak keamanan yang mutakhir, firewall, sistem deteksi intrusi, dan mungkin juga menyewa ahli keamanan siber profesional untuk membangun infrastruktur yang kokoh.
  • Pelatihan Kesadaran Siber: Ini kunci! Seluruh staf, dari guru hingga administrasi, harus dilatih tentang praktik keamanan siber terbaik, mengenali email phishing, dan pentingnya kata sandi yang kuat. Bahkan siswa pun perlu diedukasi tentang bahaya online dan cara menjaga privasi mereka. "Edukasi adalah garis pertahanan pertama," kata seorang perwakilan dari NCSC, menekankan pentingnya kesadaran kolektif.
  • Pembaruan Sistem Secara Teratur: Software dan sistem operasi yang usang seringkali punya celah keamanan yang mudah dieksploitasi. Memastikan semua sistem selalu diperbarui dengan patch keamanan terbaru adalah langkah krusial untuk menutup celah tersebut.
  • Pencadangan Data Rutin: Ini seperti punya asuransi. Dengan mencadangkan data secara teratur dan menyimpannya di lokasi terpisah yang aman, sekolah bisa pulih lebih cepat dari serangan ransomware tanpa harus membayar tebusan, meminimalkan kerugian.
  • Rencana Respons Insiden: Sekolah harus punya rencana yang jelas tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi serangan siber. Siapa yang harus dihubungi? Bagaimana cara mengisolasi masalah? Bagaimana cara berkomunikasi dengan orang tua? Rencana ini sangat penting untuk penanganan cepat dan efektif.
  • Kolaborasi dengan Ahli: Bekerja sama dengan organisasi seperti NCSC atau penyedia keamanan siber profesional bisa memberikan panduan, dukungan, dan sumber daya yang sangat dibutuhkan untuk memperkuat pertahanan siber sekolah.

Jelas sudah, insiden siber di sekolah bukan lagi masalah sepele yang bisa diabaikan.

Angka yang menunjukkan 6 dari 10 sekolah menengah di Inggris jadi korban serangan siber adalah panggilan darurat bagi semua pihakpemerintah, sekolah, orang tua, bahkan siswauntuk lebih serius menghadapi ancaman digital ini. Keamanan siber harus menjadi prioritas utama dalam agenda pendidikan nasional. Masa depan pendidikan kita, akses terhadap informasi, dan perlindungan data pribadi sangat bergantung pada seberapa baik kita melindungi ruang digitalnya. Mari bersama-sama membangun lingkungan belajar yang lebih aman dan tangguh di era digital yang penuh tantangan ini.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0