Perempuan Profesional di Iklan TV Indonesia 1970an Refleksi Sejarah

VOXBLICK.COM - Dunia sejarah penuh dengan kisah menarik, konflik, dan transformasi yang membentuk peradaban kita, termasuk dalam ranah budaya populer seperti televisi. Salah satu babak penting yang layak diulas adalah bagaimana perempuan profesional direpresentasikan dalam iklan televisi Indonesia pada era 1970-an. Masa itu menandai titik awal perubahan citra perempuan di ruang publik, terutama di bidang pekerja kantoran dan tenaga kesehatan. Melalui lensa sejarah, kita dapat menelusuri jejak perubahan sosial yang tercermin dalam layar kaca, serta memahami bagaimana dinamika gender dan profesi dibangun lewat media massa.
Awal Pertelevisian dan Perempuan di Ruang Publik Indonesia
Televisi Republik Indonesia (TVRI) mulai mengudara pada tahun 1962, namun baru pada dekade 1970-an iklan televisi mengalami pertumbuhan signifikan. Penayangan iklan komersial memberi ruang bagi produsen untuk menampilkan beragam citra perempuan, termasuk sebagai profesional. Menurut catatan Histori.id, masa ini merupakan periode di mana perempuan mulai digambarkan sebagai bagian dari kelas pekerja modern, terutama di kota-kota besar.
Era Orde Baru menekankan pembangunan nasional, termasuk emansipasi perempuan dalam beberapa bidang pekerjaan.
Dalam buku Perempuan di Antara Dua Dunia (Susan Blackburn, 2004), disebutkan bahwa meskipun peran domestik perempuan tetap dominan, namun ada peningkatan representasi perempuan dalam profesi seperti sekretaris, perawat, dan dokter di ruang publik dan media.

Citra Pekerja Kantoran: Antara Modernitas dan Stereotipe
Salah satu gambaran yang menonjol dalam iklan TV Indonesia 1970-an adalah sosok perempuan sebagai sekretaris atau pegawai kantor. Pakaian rapi, rambut tersisir, dan mesin tik menjadi ikon perempuan modern.
Iklan produk kebutuhan kantor, minuman, hingga kosmetik sering menampilkan perempuan profesional yang ramah, cekatan, namun tetap ‘feminin’ sesuai standar zamannya. Menurut Jurnal Komunikasi Indonesia (vol. 5, 2013), citra ini diangkat untuk menyesuaikan dengan aspirasi kelas menengah urban yang sedang tumbuh.
- Pakaian: Blus putih, rok selutut, dan tas kerja, mencerminkan kerapihan dan profesionalisme.
- Perilaku: Digambarkan cekatan dalam bekerja, namun tetap sopan dan penuh senyum.
- Pesan Iklan: Menekankan pentingnya penampilan dan efisiensi, dengan tambahan nilai-nilai kesopanan dan kehangatan khas perempuan Indonesia.
Namun, di balik pencitraan tersebut, masih kental stereotipe bahwa perempuan profesional akan selalu ‘mendukung’ laki-laki sebagai atasan atau rekan kerja.
Hal ini sejalan dengan norma sosial pada masa itu yang menempatkan perempuan sebagai pelengkap dalam tim kerja, bukan sebagai pemimpin utama.
Tenaga Kesehatan: Simbol Dedikasi dan Kepedulian
Selain pekerja kantoran, tenaga kesehatan seperti perawat dan dokter perempuan juga kerap muncul dalam iklan TV 1970-an. Penggambaran ini biasanya menonjolkan aspek keibuan, kepedulian, dan dedikasi tanpa pamrih.
Iklan produk kesehatan, susu, hingga sabun, seringkali memilih figur perawat atau dokter perempuan untuk membangun kepercayaan dan kedekatan dengan audiens.
- Peran Perawat: Sering digambarkan penuh perhatian, sabar, dan selalu siap membantu pasien, memperkuat citra perempuan sebagai penyokong kesehatan keluarga dan masyarakat.
- Dokter Perempuan: Mulai muncul sebagai simbol pendidikan tinggi dan kemajuan, meski jumlahnya masih terbatas dibandingkan dokter laki-laki di layar kaca.
Menurut data Encyclopedia Britannica, representasi tenaga kesehatan perempuan di media global tahun 1970-an memang meningkat, seiring dorongan dunia untuk kesetaraan gender dalam profesi strategis.
Transformasi dan Pelajaran dari Masa ke Masa
Perubahan citra perempuan profesional di iklan TV Indonesia 1970-an bukan sekadar refleksi kebutuhan pasar, melainkan cerminan dinamika sosial dan budaya bangsa.
Dari sekadar figur pendukung, perempuan perlahan mulai mendapat ruang sebagai subjek yang berdaya. Namun, perjalanan menuju kesetaraan penuh masih panjang dan dipenuhi tantangan, baik berupa stereotipe maupun hambatan struktural.
Menelusuri sejarah ini, kita diajak untuk memahami bahwa setiap representasi di media adalah bagian dari narasi besar bangsa.
Dari iklan-iklan sederhana di layar hitam putih, lahir gambaran tentang harapan, perubahan, dan cita-cita perempuan Indonesia. Semoga pelajaran dari masa lalu ini menginspirasi kita untuk terus memperjuangkan ruang dan penghargaan yang setara bagi semua, sembari menghargai perjalanan panjang yang telah ditempuh oleh para perempuan profesional dalam membentuk sejarah pertelevisian dan kehidupan sosial di negeri ini.
Apa Reaksi Anda?






