Iklan AI Friend.com Banjiri Subway NYC, Picu Protes dan Vandalisme Heboh

Oleh VOXBLICK

Minggu, 19 Oktober 2025 - 10.35 WIB
Iklan AI Friend.com Banjiri Subway NYC, Picu Protes dan Vandalisme Heboh
Iklan AI Friend.com Subway NYC (Foto oleh Afif Ramdhasuma)

VOXBLICK.COM - Kereta bawah tanah New York City (NYC) belakangan ini banjir dengan iklan aplikasi Friend.com, sebuah platform yang menawarkan pendamping AI pribadi. Kampanye iklan besar-besaran ini sontak memicu perdebatan sengit di kalangan warga, bahkan berujung pada aksi protes dan vandalisme yang cukup heboh di seluruh jaringan subway. Ini bukan sekadar iklan biasa, ini adalah cerminan ketegangan antara teknologi dan interaksi sosial manusia yang kini jadi perbincangan panas di Big Apple.

Iklan-iklan Friend.com ini terpampang di mana-mana, dari dinding peron, di dalam gerbong kereta, hingga di layar digital.

Visualnya seringkali menampilkan individu yang tampak kesepian atau sedang mencari koneksi, lalu menemukan kebahagiaan atau dukungan dari teman AI mereka. Pesannya sederhana tapi mengena: "Never be alone again," atau "Your perfect companion awaits." Kampanye ini jelas menunjukkan ambisi besar Friend.com untuk menancapkan akarnya di kota yang terkenal dengan keramaian namun juga kesepiannya ini.

Iklan AI Friend.com Banjiri Subway NYC, Picu Protes dan Vandalisme Heboh
Iklan AI Friend.com Banjiri Subway NYC, Picu Protes dan Vandalisme Heboh (Foto oleh ThisIsEngineering)

Reaksi Warga: Dari Kagum hingga Geram

Respon warga NYC terhadap banjir iklan AI Friend.com ini sangat beragam. Ada yang melihatnya sebagai inovasi menarik, solusi bagi mereka yang kesulitan bersosialisasi atau membutuhkan dukungan emosional tanpa penilaian.

"Kadang kita cuma butuh seseorang untuk diajak bicara tanpa drama, dan AI bisa jadi pilihan," kata Sarah Miller, seorang pekerja lepas di Brooklyn, yang mengaku tertarik mencoba aplikasi tersebut.

Namun, tak sedikit pula yang merasa muak dan geram. Banyak yang berpendapat bahwa kampanye ini justru mempromosikan isolasi sosial dan semakin menjauhkan manusia dari interaksi nyata. "Ini mengerikan.

Mereka menjual kesepian kita dengan janji palsu koneksi. Kita butuh lebih banyak interaksi manusia, bukan robot!" ujar David Chen, seorang mahasiswa sosiologi dari NYU yang aktif dalam gerakan komunitas. Menurutnya, iklan-iklan ini secara tidak langsung meremehkan nilai hubungan antarmanusia.

Gelombang Protes dan Aksi Vandalisme

Ketidakpuasan ini tidak hanya berhenti pada komentar di media sosial atau perdebatan di kedai kopi. Beberapa kelompok aktivis dan organisasi masyarakat sipil mulai melancarkan aksi protes terorganisir.

Mereka menuntut agar iklan-iklan tersebut dicopot, menyoroti potensi dampak negatif pendamping AI terhadap kesehatan mental dan struktur sosial.

Salah satu aksi protes yang paling disorot adalah unjuk rasa di stasiun Grand Central, di mana para demonstran membawa spanduk bertuliskan "Real Friends, Not AI" dan "Dont Replace Us.

" Mereka menyuarakan kekhawatiran tentang etika di balik promosi hubungan buatan dan dampaknya terhadap kesepian yang semakin meluas di kota metropolitan.

Yang lebih ekstrem, beberapa iklan Friend.com di dalam kereta dan stasiun menjadi sasaran vandalisme. Gambar-gambar pendamping AI dicoret dengan tulisan seperti "Fake" atau "Go Talk to a Human.

" Ada pula yang menempelkan stiker dengan pesan-pesan anti-AI di atas iklan aslinya. Vandalisme ini bukan hanya sekadar tindakan merusak, melainkan bentuk ekspresi frustrasi dan penolakan terhadap narasi yang ditawarkan oleh Friend.com. Data dari MTA (Metropolitan Transportation Authority) menunjukkan peningkatan signifikan dalam laporan vandalisme terkait iklan selama beberapa minggu terakhir, meskipun belum ada angka pasti yang dirilis secara publik mengenai kerugiannya.

Dilema Etika dan Masa Depan Interaksi Sosial

Fenomena iklan AI Friend.com ini membuka diskusi yang lebih luas tentang dilema etika seputar teknologi AI dan masa depan interaksi sosial kita. Beberapa pertanyaan mendasar muncul ke permukaan:

  • Apakah pendamping AI benar-benar bisa menggantikan koneksi manusia? Para ahli psikologi dan sosiologi memperingatkan bahwa meskipun AI bisa memberikan dukungan emosional, ia tidak bisa sepenuhnya menggantikan kompleksitas dan kedalaman hubungan antarmanusia.
  • Bagaimana dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental? Ada kekhawatiran bahwa terlalu bergantung pada AI untuk interaksi sosial bisa memperburuk kecemasan sosial dan isolasi, alih-alih mengatasinya.
  • Siapa yang bertanggung jawab atas narasi yang dibentuk oleh AI? Pertanyaan tentang bias algoritmik dan manipulasi emosi juga menjadi sorotan, terutama jika AI tersebut dirancang untuk membuat pengguna lebih terikat.

Juru bicara Friend.

com, dalam sebuah pernyataan, membela kampanye mereka dengan mengatakan bahwa aplikasi ini dirancang untuk "melengkapi, bukan menggantikan" interaksi manusia, dan bertujuan untuk membantu orang merasa lebih terhubung di dunia yang serba cepat. Mereka juga menekankan fitur privasi dan keamanan yang diklaim canggih.

Namun, penjelasan ini tampaknya belum meredakan gelombang protes dan perdebatan.

Warga NYC, yang dikenal vokal dan kritis, kini berada di garis depan pertempuran ideologis tentang bagaimana teknologi seharusnya berintegrasi dengan kehidupan sehari-hari. Kampanye iklan Friend.com di subway telah menjadi lebih dari sekadar promosi produk ia telah menjelma menjadi medan pertempuran bagi nilai-nilai sosial dan etika di era kecerdasan buatan. Bagaimana kelanjutan kisah ini, dan apakah Friend.com akan mengubah strateginya, masih harus kita nantikan.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0