Jangan Pernah Hiking Saat Kencan Pertama Jika Pasanganmu Mencurigakan

VOXBLICK.COM - Aku tidak pernah benar-benar percaya dengan cerita-cerita seram yang berseliweran di forum daring, apalagi soal kencan pertama yang berujung petaka. Tapi malam itu, di tengah keheningan hutan yang hanya diterangi cahaya rembulan, aku akhirnya memahami kenapa beberapa tempat dan seseorang sebaiknya tidak pernah dipertemukan.
Janji Manis di Balik Chat
Namanya Raka. Kami berkenalan lewat aplikasi kencan, obrolan kami mengalir alami, bahkan terlalu sempurna untuk seorang asing. Ia mengajakku hiking di sebuah bukit yang katanya sepi dan indah, tempat favoritnya untuk “menenangkan pikiran”.
Awalnya aku ragu, tapi pesonanya membuatku lengah. “Aku sudah pernah ke sana berkali-kali, kamu pasti suka,” katanya melalui pesan suara yang terdengar ramah.
Sabtu pagi, kami bertemu di parkiran kecil dekat kaki bukit. Ia membawa ransel besar dan memakai jaket hitam dengan tudung yang menutupi sebagian wajah.
Senyumnya tipis, matanya tajam menatapku seolah-olah menelanjangi pikiran di balik syalku yang kusut karena gugup. Instingku berbisik, ada yang tidak beres, tapi aku menepisnya. Aku pikir, siapa tahu aku terlalu paranoid.

Langkah-Langkah Mencurigakan di Antara Pepohonan
Perjalanan dimulai. Suasana hutan yang semula damai perlahan berubah menjadi labirin bayangan. Daun-daun basah menempel di sepatu, ranting-ranting patah di bawah pijakan kami. Raka berjalan cepat, terlalu cepat.
Kadang ia menatapku dengan sorot yang sulit kuterjemahkan, sesekali tersenyum tanpa alasan. Ponselku kehilangan sinyal sejak 30 menit lalu. Aku mencoba bercanda, “Kamu yakin ini bukan jalan menuju rumah hantu?” Ia hanya tertawa kecil, tapi tawanya terdengar berat, seolah ada sesuatu yang disembunyikan.
Setiap kali aku ingin berhenti, ia berkata, “Sedikit lagi. Ada tempat bagus di atas.” Tapi semakin lama, jalur yang kami lewati makin sempit dan gelap.
Aku mulai mengingat-ingat jalan pulang, namun semuanya terlihat samapepohonan tinggi, akar-akar menjalar, dan suara burung yang entah kenapa tiba-tiba hening.
Bayangan yang Menguntit dan Rahasia di Balik Ransel
Di salah satu tikungan, aku mencium bau anyir samar. Raka berhenti mendadak, membuka ranselnya, dan mengambil sesuatu. Aku menahan napas. Ia mengeluarkan pisau lipat, lalu dengan santai berkata, “Tenang, ini hanya untuk berjaga-jaga.
Di sini kadang ada binatang liar.” Namun matanya tidak pernah lepas dariku, seolah menunggu reaksiku. Tangan dan kakiku mulai gemetar. Aku menyesal, kenapa aku tidak menuruti kata hati?
- Sinyal hilang, mustahil menghubungi siapa pun.
- Jalur setapak makin menyesatkan, tidak ada tanda-tanda manusia lain.
- Setiap langkah, suara langkah kaki lain terdengar di belakang kami. Tapi setiap menoleh, tak ada siapa-siapa.
Raka menuntunku ke sebuah cerukan berbatu. Ia duduk, menatapku, dan berkata, “Kamu percaya dengan urban legend hutan ini?” Aku hanya mengangguk pelan. Seketika, suara ranting patah terdengar di belakangku.
Aku menoleh cepat, hanya untuk melihat bayangan hitam melintas di antara pepohonan. “Kamu lihat itu?” tanyaku panik. Ia tersenyum, “Mungkin kita tidak sendiri.”
Ketegangan yang Tak Pernah Usai
Langit mulai gelap. Raka tampak semakin gelisah, ia berbisik, “Kita harus cepat turun.” Tapi arah yang ia tunjuk bukan jalur semula. Aku menolak, berkata ingin pulang lewat jalur yang kukenal.
Wajahnya berubah, nadanya dingin, “Ikut aku, atau kamu tersesat selamanya.”
Aku melangkah mundur perlahan. Suara anehseperti seseorang membisikkan namakuterdengar dari balik pohon. Tanganku meraba-raba saku, mencari sesuatu untuk perlindungan, tapi hanya menemukan kunci yang tak berarti. Raka mendekat, napasnya berat.
Lalu, tiba-tiba, dari balik semak, sepasang mata merah menyala menatap kami. Raka membeku. Aku pun. Dalam sekejap, angin dingin menerpa, dan semuanya menjadi gelap. Suara tawabukan suara manusiamenggema di sekeliling kami.
Sebuah Akhir yang Membeku di Ingatan
Ketika aku membuka mata, aku sendirian. Raka telah lenyap, ranselnya tergeletak kosong, dan jejak kaki kami sudah hilang tertutup kabut.
Aku berlari sekuat tenaga, menembus ranting dan bayangan, hingga akhirnya menemukan jalan pulang dengan tubuh penuh luka dan pikiran yang tak pernah utuh lagi.
Sampai hari ini, aku tak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di hutan itu. Hanya satu pesan yang berulang di kepalaku setiap malam: jangan pernah hiking saat kencan pertama jika pasanganmu mencurigakan.
Karena beberapa rahasia dan sosok, seharusnya tidak pernah kau cari tahu…
Apa Reaksi Anda?






