Juri Nyatakan Uber Tak Bersalah Kasus Pelecehan Seksual, Ratusan Lain Mengikuti

Oleh VOXBLICK

Senin, 13 Oktober 2025 - 21.45 WIB
Juri Nyatakan Uber Tak Bersalah Kasus Pelecehan Seksual, Ratusan Lain Mengikuti
Uber lolos gugatan pelecehan (Foto oleh Sora Shimazaki)

VOXBLICK.COM - Juri di California baru-baru ini memutuskan bahwa Uber tidak bertanggung jawab atas kasus pelecehan seksual yang terjadi pada tahun 2016. Putusan ini tentu saja menjadi kabar besar bagi raksasa transportasi online tersebut, terutama mengingat perusahaan ini menghadapi ratusan gugatan serupa lainnya di seluruh Amerika Serikat. Kasus ini menyoroti kembali kompleksitas tanggung jawab perusahaan di era ekonomi gig dan bagaimana hukum berusaha mengejar laju inovasi.

Kasus yang disidangkan melibatkan seorang penumpang wanita yang menuduh seorang pengemudi Uber melakukan pelecehan seksual terhadapnya pada tahun 2016. Penggugat berargumen bahwa Uber seharusnya bertanggung jawab atas insiden tersebut karena gagal

memastikan keamanan penumpangnya melalui proses skrining pengemudi yang memadai atau pemantauan yang efektif. Namun, setelah melalui proses persidangan yang intens, juri akhirnya memihak Uber, menyatakan perusahaan tersebut tidak bersalah atas tuduhan kelalaian.

Juri Nyatakan Uber Tak Bersalah Kasus Pelecehan Seksual, Ratusan Lain Mengikuti
Juri Nyatakan Uber Tak Bersalah Kasus Pelecehan Seksual, Ratusan Lain Mengikuti (Foto oleh Dan Nelson)

Argumentasi Uber: Pengemudi Adalah Kontraktor Independen

Inti dari pembelaan Uber dalam kasus ini adalah argumen bahwa pengemudi mereka adalah kontraktor independen, bukan karyawan.

Dengan demikian, Uber berpendapat bahwa mereka tidak dapat dimintai pertanggungjawaban langsung atas tindakan individu pengemudi, kecuali jika dapat dibuktikan adanya kelalaian yang jelas dari pihak perusahaan dalam proses perekrutan atau pengawasan yang secara langsung menyebabkan insiden tersebut. Pengacara Uber menekankan bahwa perusahaan telah melakukan pemeriksaan latar belakang standar dan memiliki kebijakan untuk melaporkan insiden keselamatan.

Mereka juga menyoroti bahwa insiden pelecehan seksual, meskipun sangat disesalkan, adalah tindakan kriminal yang dilakukan oleh individu, dan bukan cerminan dari kebijakan atau praktik perusahaan.

Uber secara konsisten menyatakan komitmennya terhadap keselamatan penumpang melalui berbagai fitur aplikasi, seperti berbagi perjalanan, pelacakan GPS, dan tombol darurat. Namun, para penggugat dan pengacara mereka berpendapat bahwa fitur-fitur ini tidak cukup untuk mencegah insiden yang merugikan, dan bahwa model bisnis Uber justru menciptakan celah keamanan.

Suara Korban dan Ratusan Gugatan Lain

Meskipun putusan juri di California ini menguntungkan Uber, ini hanyalah satu dari sekian banyak pertempuran hukum yang dihadapi perusahaan.

Ratusan wanita lainnya telah mengajukan gugatan serupa, menuduh Uber lalai dalam melindungi mereka dari pelecehan seksual dan serangan yang dilakukan oleh pengemudinya. Gugatan-gugatan ini tersebar di berbagai negara bagian di AS, dan masing-masing membawa cerita mengerikan tentang pengalaman para korban.

Para pengacara korban berargumen bahwa Uber, sebagai platform yang menghubungkan penumpang dengan pengemudi, memiliki tanggung jawab moral dan hukum untuk memastikan lingkungan yang aman. Mereka sering menunjuk pada:

  • Pemeriksaan Latar Belakang: Tuduhan bahwa pemeriksaan latar belakang yang dilakukan Uber tidak selalu komprehensif atau cukup untuk mengidentifikasi potensi pelaku.
  • Sistem Pelaporan: Kritik terhadap sistem pelaporan insiden yang dianggap tidak responsif atau tidak efektif dalam menindaklanjuti keluhan pelecehan seksual.
  • Kurangnya Pengawasan: Argumen bahwa Uber tidak memiliki mekanisme pengawasan yang memadai untuk mencegah atau mendeteksi perilaku tidak pantas selama perjalanan.

Putusan di California ini bisa menjadi preseden penting, namun setiap kasus memiliki detail dan yurisdiksi yang berbeda, sehingga hasilnya bisa bervariasi.

Para pengacara penggugat kemungkinan akan terus mencari celah dalam argumen Uber tentang kontraktor independen.

Dampak Putusan terhadap Kasus Lain dan Industri Gig Economy

Putusan ini, meski spesifik untuk satu kasus, tentu akan diamati dengan cermat oleh pihak-pihak yang terlibat dalam gugatan serupa.

Bagi Uber, ini adalah kemenangan hukum yang signifikan yang mungkin memperkuat posisi mereka dalam membela diri dari klaim tanggung jawab atas tindakan pengemudi. Namun, ini tidak berarti bahwa semua kasus lain akan berakhir dengan hasil yang sama.

Industri gig economy secara keseluruhan juga akan merasakan dampaknya. Perusahaan seperti Uber dan Lyft telah lama bergulat dengan pertanyaan tentang tanggung jawab mereka terhadap pengemudi dan penumpang, terutama dalam hal keselamatan.

Putusan ini mungkin memberikan sedikit kelegaan bagi perusahaan-perusahaan ini, tetapi tekanan publik dan politik untuk meningkatkan standar keamanan tetap tinggi. Aktivis dan legislator terus menyerukan regulasi yang lebih ketat untuk melindungi konsumen dan pekerja di platform digital.

Uber sendiri telah menerbitkan laporan keselamatan secara berkala.

Laporan keselamatan Uber AS tahun 2019, misalnya, mengungkapkan ribuan insiden pelecehan seksual yang dilaporkan selama tahun 2017 dan 2018. Angka ini, meskipun mencakup berbagai tingkat insiden, menunjukkan skala masalah yang dihadapi perusahaan. Laporan-laporan ini adalah upaya transparansi, tetapi juga menjadi bukti bahwa masalah keamanan adalah tantangan yang berkelanjutan.

Melihat ke Depan: Perjuangan Hukum yang Berkelanjutan

Kemenangan Uber dalam kasus pelecehan seksual di California ini hanyalah satu babak dalam saga hukum yang jauh lebih besar. Ratusan gugatan serupa masih menunggu untuk disidangkan atau diselesaikan, dan setiap kasus akan menghadirkan tantangan unik.

Para korban pelecehan seksual terus mencari keadilan, dan pengacara mereka akan terus berupaya membuktikan bahwa perusahaan seperti Uber memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap keselamatan pengguna mereka.

Perdebatan tentang status pengemudi sebagai kontraktor independen versus karyawan juga akan terus menjadi poin krusial dalam banyak kasus ini.

Hasil dari pertarungan hukum ini tidak hanya akan membentuk masa depan Uber, tetapi juga menetapkan preseden penting bagi seluruh industri gig economy mengenai batas-batas tanggung jawab perusahaan dalam melindungi pengguna dan mengawasi penyedia layanan mereka.

Kasus ini mengingatkan kita bahwa meskipun teknologi telah mengubah cara kita bepergian, masalah keamanan dan tanggung jawab tetap menjadi perhatian utama yang membutuhkan solusi komprehensif dari semua pihak yang terlibat.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0