Kisah Urban Legend yang Menghantui Remaja dan Menyebar Cepat

Oleh VOXBLICK

Selasa, 07 Oktober 2025 - 04.40 WIB
Kisah Urban Legend yang Menghantui Remaja dan Menyebar Cepat
Urban legend remaja menyeramkan (Foto oleh Josh Hild)

VOXBLICK.COM - Malam itu, angin berbisik di sela-sela dedaunan tua halaman sekolah. Aku, Tania, duduk terpaku bersama tiga temanku di sudut taman belakang, tepat di bawah pohon mangga yang katanya berumur ratusan tahun. Kami menunggu giliran untuk bercerita, dan giliran itu jatuh padaku. Namun, sebelum sempat membuka mulut, suara langkah kaki seret terdengar dari arah koridor yang gelap. Kami saling berpandangan, menyadari bahwa sekolah ini memang menyimpan lebih banyak misteri daripada yang kami sangka.

“Jangan lihat ke belakang, Tan. Kalau kamu dengar suara aneh, pura-pura saja nggak dengar,” bisik Rena, suaranya gemetar.

Aku menahan napas, mengingat legenda yang sering dibicarakan di lorong-lorong kelas: sosok perempuan berambut panjang yang konon akan muncul jika ada yang berani menyebut namanya tiga kali saat malam Jumat. Banyak yang bilang itu hanya cerita untuk menakuti siswa, namun malam itu, semuanya terasa berbeda. Udara begitu dingin, dan bulu kudukku meremang tanpa alasan jelas.

Kisah Urban Legend yang Menghantui Remaja dan Menyebar Cepat
Kisah Urban Legend yang Menghantui Remaja dan Menyebar Cepat (Foto oleh Kaique Rocha)

Bisikan yang Tak Terjawab

Kami memulai permainan, saling berbisik kisah-kisah menegangkan yang pernah kami dengar. Irfan, yang biasanya paling cuek, tiba-tiba berubah pucat setelah mendengar bisikan Dika tentang sosok misterius yang sering muncul di ruang seni.

Setiap nama yang disebut, setiap kisah yang diceritakan, seolah menambah lapisan misteri di malam itu. Tiba-tiba, suara tawa kecil terdengar samar dari arah ruang kelastawa yang tidak berasal dari kami.

“Kalian dengar itu?” tanya Rena, matanya membelalak. Tidak ada yang berani menjawab. Hanya suara detak jantung kami yang terdengar semakin keras. Legenda urban yang selama ini hanya jadi bahan candaan, kini terasa hidup dan nyata.

Aku mencoba menenangkan diri, tapi hawa dingin yang menusuk membuatku sulit berpikir jernih.

Jejak di Koridor Gelap

Kami memutuskan untuk meninggalkan taman belakang, tapi langkah kami terhenti saat melihat jejak kaki basah menuju ke arah lorong kelas. Jejak itu terlalu kecil untuk ukuran kaki orang dewasa, namun terlalu asing untuk disebut milik siswa.

Irfan menyalakan senter dari ponselnya dengan tangan gemetar. Cahaya kuningnya menyorot dinding penuh coretan, lalu tiba-tiba berhenti pada sebuah pintu kelas yang setengah terbuka.

  • Udara di sekitar terasa semakin berat dan pengap.
  • Rena menggenggam tanganku erat, kuku-kukunya menancap di kulit.
  • Suara langkah kaki seret kembali terdengar dari dalam kelas, semakin mendekat.

Tanpa sadar, kami mundur perlahan, berharap bisa segera keluar dari sekolah. Tapi saat berbalik, pintu gerbang sudah terkunci rapat.

Kami terjebak, dan suara bisikan itu kini terdengar di belakang telinganamaku disebut pelan, seperti gumaman dari masa lalu.

Antara Mimpi Buruk dan Kenyataan

Ponsel kami tiba-tiba mati bersamaan, meninggalkan kami dalam gelap total. Aroma anyir memenuhi udara, dan langkah kaki itu kini semakin mendekat. Aku ingin berteriak, tapi suara tercekat di tenggorokan.

Dika mencoba membuka pintu kelas, namun seolah ada kekuatan tak terlihat yang menahannya. Dalam remang-remang, aku menangkap siluet seorang perempuan berdiri di ujung lorong, rambutnya menutupi wajah, gaunnya compang-camping, dan kedua tangannya terulur ke arah kami.

Detik itu juga, lampu taman menyala tiba-tiba. Sosok itu menghilang, dan suara bisikan lenyap. Kami berlari sekuat tenaga ke arah gerbang, yang entah bagaimana kini sudah terbuka.

Di luar, udara terasa segar, namun kisah menakutkan itu terus terngiang di kepala. Tidak ada yang berani bicara selama perjalanan pulang.

Sejak malam itu, aku sering bermimpi burukselalu tentang koridor gelap, dan suara bisikan yang memanggil namaku. Kadang, saat aku menoleh ke cermin di kamar, aku merasa ada bayangan lain yang menatap balik.

Tapi anehnya, setiap aku bertanya pada teman-temanku tentang apa yang sebenarnya terjadi malam itu, mereka hanya tersenyum kaku atau menghindar. Sampai hari ini, aku masih tidak tahu… apakah kami benar-benar bertemu dengan legenda itu, ataukah sesuatu yang lebih menyeramkan sedang mengintai, menunggu malam berikutnya.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0