Malam Mencekam di Sekolah Kisah Urban Legend yang Tak Terlupakan

Oleh VOXBLICK

Rabu, 08 Oktober 2025 - 00.30 WIB
Malam Mencekam di Sekolah Kisah Urban Legend yang Tak Terlupakan
Urban legend sekolah mencekam (Foto oleh David Kouakou)

VOXBLICK.COM - Angin malam terasa menusuk tulang saat aku melangkah pelan di lorong sekolah yang remang-remang. Jam dinding di ruang guru baru saja berdentang dua belas kali, menandakan tengah malam tiba. Aku, Yudha, siswa kelas dua belas yang dikenal berani, malam itu nekat menerima tantangan teman-teman: menginap sendirian di sekolah yang katanya dihantui. Tak ada suara selain detak jantungku yang semakin tidak beraturan. Kata orang, di sekolah ini, ada sesuatu yang seharusnya tidak diganggu pada malam hari.

Tas kecil berisi senter dan air minum kugenggam erat. Setiap langkahku menimbulkan gema, seperti ada langkah lain yang mengikuti di belakang. Aku menoleh cepattak ada siapa-siapa.

Namun, hawa dingin dan aroma lembap tembok tua membuat bulu kudukku berdiri. Aku mencoba menenangkan diri, mengingat betapa seringnya aku mendengar kisah urban legend tentang sekolah ini, tapi selama ini hanya menertawakannya.

Malam Mencekam di Sekolah Kisah Urban Legend yang Tak Terlupakan
Malam Mencekam di Sekolah Kisah Urban Legend yang Tak Terlupakan (Foto oleh cottonbro studio)

Langkah-Langkah yang Tak Terjelaskan

Di balik pintu ruang laboratorium lama, aku mendengar suara samar, seperti bisikan. Aku ragu, tapi rasa ingin tahu mengalahkan logika. Perlahan, kugeser pintu kayu yang berderit pelan.

Ruangan itu gelap, hanya diterangi cahaya bulan yang mengintip dari kisi jendela. Aku melihat bayangan bergerak di sudut ruangan. Jantungku berdegup kencang. "Siapa di sana?" tanyaku dengan suara gemetar.

Tidak ada jawaban. Namun, bau anyir seperti darah yang mengering menguar kuat. Aku mundur perlahan, namun tiba-tiba pintu tertutup dengan keras di belakangku. Kusenterkan cahaya ke seluruh ruangan, namun tak ada siapa-siapa.

Hanya papan tulis tua bertuliskan kata-kata samar yang perlahan tampak jelas: "Jangan Sendirian di Sini."

Misteri di Koridor Tua

Koridor menuju aula utama terasa lebih panjang dari biasanya. Lampu neon yang berkedip-kedip seperti memberi kode rahasia. Setiap langkah kaki terasa berat, seolah lantai menahan tubuhku agar jangan bergerak lebih jauh.

Tiba-tiba, terdengar suara tawa anak-anak dari arah toilet lama, padahal semua siswa sudah pulang sejak sore. Aku menelan ludah, menimbang apakah harus menyelidiki atau berlari keluar. Namun rasa penasaran mengalahkan ketakutan.

  • Pintu toilet terbuka sendiri, menimbulkan bunyi gemeretak mengerikan.
  • Cermin di dalamnya dipenuhi embun, membentuk tulisan samar: "Tolong Aku."
  • Suara isakan pelan terdengar dari bilik paling ujung, tapi tak ada satu pun kaki terlihat di bawah pintu bilik.

Kurasakan udara di sekitarku semakin dingin, napasku membentuk uap tipis. Kubalikkan badan, tiba-tiba suara langkah-langkah cepat mendekat dari koridor. Aku membeku, tak mampu bergerak hingga suara itu berhenti tepat di belakangku.

Namun saat kutoleh, tak ada siapa-siapa.

Dialog dengan Bayangan

Malam semakin larut, aku melangkah ke ruang kelas yang dulu katanya pernah menjadi tempat seorang siswa menghilang secara misterius. Lampu di ruangan itu padam, namun aku melihat siluet seseorang duduk membelakangi papan tulis.

Suara lirih terdengar, "Kamu juga terjebak di sini?"

Hatiku berdegup kencang. "Siapa kamu?" tanyaku pelan.

"Aku... aku tak bisa keluar sejak malam itu," jawabnya. Suaranya lirih, penuh putus asa. Bayangan itu perlahan menoleh, dan untuk sesaat, aku melihat wajahnya penuh luka, matanya kosong menatapku.

Aku mundur, ingin menjerit, namun suara tercekat di tenggorokan.

Bayangan itu tersenyum tipis. "Jangan khawatir, kau akan terbiasa. Kita akan punya teman baru setiap malam."

Akhir yang Menggantung

Seketika lampu menyala terang benderang. Seluruh ruangan kosong, tak ada siapa-siapa. Aku terengah-engah, masih gemetar. Kucoba membuka pintu, namun terkunci dari luar. Di papan tulis, tertulis namaku dengan huruf merah menyala.

Di luar, suara langkah kaki semakin banyak. Terdengar bisikan-bisikan mengerubungi ruangan, menyebut-nyebut namaku berulang kali. Aku berlari ke jendela, memukul-mukul kaca, namun semua sia-sia.

Saat aku menoleh ke papan tulis, tulisan namaku berubah menjadi: "Selamat datang di malam mencekam, Yudha."

Dan malam itu, aku menyadari... aku bukan lagi satu-satunya yang dihantui legenda sekolah ini.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0