Malam Saat Aku Bertemu Pria Lapar yang Menghilang

VOXBLICK.COM - Langit malam itu seperti selimut hitam yang menelan suara-suara kota. Hanya ada suara sepatu menapak trotoar dan hembusan angin yang terasa dingin menusuk. Aku baru saja pulang lembur, berjalan kaki menelusuri jalan sempit dekat perumahan tua. Di sanalah, dalam gelap dan sepi, aku bertemu dengan sosok yang tak pernah kulupakan: Pria Lapar yang Menghilang.
Jejak Sepi di Tengah Malam
Jam dinding di warung kopi pinggir jalan menunjukkan pukul dua lewat sepuluh menit. Hampir semua rumah menutup pintu rapat-rapat, lampu padam, hanya sisa-sisa cahaya kuning dari lampu jalan yang temaram.
Aku mempercepat langkah, merapatkan jaket, berusaha menepis rasa takut yang mulai merayap di dada.
Tiba-tiba, dari balik pohon mangga tua, terdengar suara lirih. "Mas... Mas..." Sebuah suara serak, nyaris seperti bisikan, menghentikan langkahku seketika.
Aku menoleh, dan dari kegelapan itu muncul seorang pria berpakaian lusuh, tubuhnya kurus, matanya cekung seolah tak tidur berhari-hari.

Dia berdiri terpaku, wajahnya tertutup bayangan, namun aku dapat mencium aroma aneh yang menguarcampuran tanah basah dan sesuatu yang membusuk. Pria itu mendekat, tangannya gemetar.
Dialog yang Membeku di Tenggorokan
"Mas... aku lapar..." bisiknya lirih, hampir seperti rintihan. Aku tercekat. Ada sesuatu yang sangat tidak biasa dari caranya berbicarabukan hanya karena nadanya yang nyaris putus asa, tapi juga ekspresi kosong di matanya.
Rasanya seperti menatap lubang hitam yang menelan semua harapan.
Ragu-ragu, aku merogoh saku, berusaha menawarkan uang receh yang tersisa. Namun sebelum sempat kuberikan, ia menggeleng cepat. "Bukan uang... aku... lapar..." Suaranya berubah serak, napasnya berat.
Aku mundur selangkah, merasa ada hawa dingin tak kasat mata yang membekukan udara di sekeliling kami.
- Pria itu terus menatapku dengan sorot mata kosong.
- Wajahnya tampak semakin pucat dalam cahaya lampu jalan.
- Aku bisa mendengar bunyi perutnya yang keroncongan, padahal suara itu terlalu keras untuk ukuran manusia.
Bayangan tubuhnya memanjang aneh di trotoar. "Kau... punya makanan?" tanyanya lagi, kali ini dengan nada sangat mendesak. Aku menggeleng, lidahku kelu. Dalam sekejap, pria itu seperti merunduk, tubuhnya semakin melengkung, lalu tiba-tiba...
ia tersenyum. Senyum lebar, terlalu lebar, memperlihatkan deretan gigi yang tak wajar, hitam dan runcing. Aku tertegun, ingin berlari tapi kakiku seolah menancap di tanah.
Ketakutan yang Membekas
Tanpa peringatan, lampu jalan di atas kami mati mendadak. Dalam gelap, aku hanya bisa mendengar napasnya yang terengah-engah dan suara kelaparan yang mengerikan. Lalu... semuanya sunyi. Saat lampu menyala kembali, pria itu sudah tidak ada.
Tak ada jejak, tak ada suara langkah, hanya hawa dingin yang menempel di kulitku.
Dengan tubuh gemetar, aku berlari meninggalkan tempat itu. Sepanjang jalan menuju rumah, aku merasa masih diawasi. Setiap bayangan dan suara kecil membuatku tersentak. Malam itu, aku tahu aku telah bertemu dengan sesuatu yang bukan manusia.
Sesuatu yang kelaparandan mungkin masih mengintai di sudut-sudut gelap kota ini.
Misteri yang Belum Usai
Sejak kejadian itu, aku selalu menutup pintu rapat-rapat setiap malam. Tapi suara lirih itu kadang masih terdengar di benakkubisikan lapar yang tak pernah selesai. Suatu malam, aku mendengar pintu rumahku diketuk pelan.
"Mas... aku lapar..."
Dan kali ini, aku tahu tidak ada jalan keluar.
Apa Reaksi Anda?






