Ketukan Misterius di Jendela Asrama Lantai Empat Membawa Teror Malam

VOXBLICK.COM - Malam itu, udara di asrama lantai empat terasa lebih dingin dari biasanya. Aku menatap jendela kamarku yang menghadap ke halaman belakang, tempat pepohonan tua berdiri diam dalam kegelapan. Lampu koridor sudah lama padam, menyisakan cahaya remang-remang dari lampu meja yang temaram. Teman sekamarku, Rani, tertidur lelap, napasnya teratur, seakan tak terganggu oleh suasana aneh yang mencekam sejak beberapa malam terakhir.
Ketukan itu, suara yang kini menjadi teror malam kami, kembali terdengar. "Tok...tok...tok..." Tiga kali, selalu tiga kali, pelan tapi jelas, seolah ada yang mengetuk jendela dari luar.
Aku menahan napas, mencoba meyakinkan diri bahwa itu hanya angin atau ranting pohon yang terbawa angin malam. Namun, lantai empat terlalu tinggi untuk dijangkau siapa punatau apa pun.

Suara yang Mendekat Setiap Malam
Malam-malam sebelumnya, ketukan itu terdengar samar, seperti bisikan. Hanya aku yang terbangun, menahan rasa takut sambil menatap jendela yang berembun. Namun, malam ini berbeda. Suaranya lebih keras, lebih dekat.
Aku memberanikan diri menengok ke luar, hanya untuk menemukan bayangan samarseperti tanganmenyentuh kacaku. Aku menutup mata, berharap itu hanya ilusi cahaya. Tapi suara itu tetap ada, seolah menuntut perhatian.
Besok paginya, aku menceritakan pada Rani. Ia tertawa kecil, mengira aku terlalu lelah karena tugas kampus. Namun, aku melihat ketakutan di matanya saat kutunjukkan bekas jari berembun di sisi luar jendela kami.
Mustahil ada yang bisa memanjat ke lantai empat tanpa alat, apalagi meninggalkan bekas sedemikian nyata.
Teror yang Menyebar di Asrama
Bukan hanya aku yang mendengar ketukan misterius di jendela asrama lantai empat. Dalam beberapa malam berikutnya, teman-teman sekamar lain mulai bercerita tentang suara aneh yang sama. Berikut hal-hal aneh yang kami alami:
- Ketukan tiga kali di jendela, selalu pada jam yang sama: pukul 02.13 dini hari.
- Bekas embun membentuk pola aneh, mirip sidik jari, di kaca luar yang sulit dijangkau.
- Beberapa penghuni mengaku melihat siluet bayangan bergerak cepat di luar jendela, walau angin malam bertiup kencang.
- Suasana kamar terasa lebih dingin, bahkan ketika AC tidak menyala.
Ketegangan pun memuncak saat salah satu penghuni, Dina, mendadak sakit demam tinggi setelah malamnya berani membuka jendela saat ketukan itu terdengar. Sejak itu, tidak ada yang berani membuka tirai setelah matahari terbenam.
Malam Paling Mencekam
Suatu malam, aku duduk di meja belajar, mencoba memfokuskan diri pada buku yang terbuka. Jantungku berdebar kencang saat suara ketukan itu kembali terdengar, kali ini lebih cepat dan keras. "Tok...tok...tok...
" Rani terbangun dengan wajah pucat, menatapku dengan mata membelalak. Kami saling menggenggam tangan, berusaha menahan ketakutan yang merambat naik ke tenggorokan.
Perlahan, tirai jendela bergerak sendiri, seperti ada yang menghembuskan napas dari luar. Aku menahan napas, menahan keinginan untuk menjerit. Bayangan samar kembali muncul, kali ini lebih jelas.
Sebuah wajah pucat dengan mata hitam pekat menempel di balik kaca, menatap lurus ke arahku. Aku membeku, tak mampu bergerak. Ketukan itu kembali terdengar, lebih keras, membuat kaca bergetar.
Rani berbisik, "Jangan lihat... jangan buka jendela..." Tapi sesuatu di dalam dirikuentah rasa penasaran atau ketakutan yang luar biasamembuatku mendekat. Kupandangi wajah di balik kaca, dan untuk sesaat, aku merasa waktu berhenti.
Mata hitam itu berkedip, dan dari bibirnya yang tipis terdengar bisikan, "Buka... aku kedinginan..."
Akhir yang Menggantung di Tengah Kegelapan
Pagi harinya, semua penghuni lantai empat gempar. Rani tak lagi ditemukan di kamarku, hanya meninggalkan bekas tangan berembun di kaca jendelalebih banyak dari sebelumnya.
Tidak ada yang tahu ke mana ia pergi, bagaimana ia menghilang begitu saja tanpa suara. Ketukan misterius di jendela asrama lantai empat kini tak terdengar lagi, tapi setiap malam aku masih menatap ke luar, berharapatau takutsuara itu akan kembali.
Dan malam ini, tepat pukul 02.13, aku mendengar suara lembut, seperti bisikan di telingaku, "Buka... aku kedinginan..."
Apa Reaksi Anda?






