Misteri Rumah Kosong di Waverly Lane Masih Menyisakan Teror

Oleh VOXBLICK

Minggu, 12 Oktober 2025 - 00.30 WIB
Misteri Rumah Kosong di Waverly Lane Masih Menyisakan Teror
Rumah kosong Waverly Lane (Foto oleh ArtHouse Studio)

VOXBLICK.COM - Langit malam itu tampak lebih kelabu dari biasanya, seolah-olah bintang pun enggan menatap Waverly Lane. Aku berdiri di ujung jalan, menatap rumah kosong yang telah lama menjadi buah bibir warga sekitar. Setiap jendela gelapnya seperti sepasang mata yang mengintip balik, menantang siapa saja yang cukup nekat untuk mendekat. Ada bisikan lirih yang mengatakan, "Jangan masuk," namun rasa penasaran selalu saja lebih kuat dari rasa takut.

Rumah itu berdiri angkuh di antara pepohonan tua, catnya yang mengelupas dan pagar besi berkarat membuatnya tampak seperti lukisan suram yang terabaikan. Konon, orang-orang yang pernah menginjakkan kaki di dalamnya tak pernah benar-benar sama lagi.

Namaku Dika, dan malam itu aku memutuskan untuk mencari tahu sendiri kebenaran di balik misteri rumah kosong di Waverly Lane.

Misteri Rumah Kosong di Waverly Lane Masih Menyisakan Teror
Misteri Rumah Kosong di Waverly Lane Masih Menyisakan Teror (Foto oleh Joe Kritz)

Langkah Pertama ke Dalam Kegelapan

Pintu kayu tua itu berderit pelan saat aku mendorongnya. Aroma lembab dan debu langsung menyerang hidungku. Lantai kayunya berdecit, seolah menahan beban langkah yang tak diundang.

Di ruang tamu, kursi rotan tua masih berjajar rapi, namun lapisan debunya menandakan tak ada yang duduk di sana selama bertahun-tahun. Aku menggenggam senter erat-erat, cahaya kuningnya menari-nari di dinding, menyingkap foto keluarga yang sudah memudar. Ada sesuatu yang aneh di udarasebuah keheningan yang terlalu pekat, terlalu sunyi untuk sebuah rumah kosong.

Setiap sudut rumah itu seakan menyimpan cerita yang menunggu untuk ditemukan. Aku bisa mendengar denyut nadiku sendiri, berdetak keras di telinga. Lalu, suara langkah kaki datang dari lantai atas. Aku membeku.

Tidak mungkin ada orang lain di sini, pikirku. Tapi suara itu nyatalangkah perlahan, berat, seperti seseorang yang menyeret kakinya di lorong kayu tua.

Bisikan di Balik Dinding

Aku memberanikan diri menaiki tangga. Setiap anak tangga mengeluh di bawah beratku. Di ujung lorong, sebuah pintu terbuka perlahan, seolah mengundangku masuk. Udara di dalam kamar itu lebih dingin, dan aku bisa merasakan bulu kudukku meremang.

Di sudut ruangan, berdiri sebuah cermin tua berbingkai emas, permukaannya buram oleh waktu. Namun, saat aku mendekat, samar-samar aku melihat bayangan seseorang berdiri di belakangkupadahal aku yakin, aku datang ke rumah ini sendirian.

  • Bayangan itu tak bergerak, hanya menatapku dengan mata kosong.
  • Suara perempuan berbisik, "Kembalikan milik kami."
  • Dinding kamar seperti bernafas, bergetar perlahan.

Kakiku gemetar, aku berbalik, tapi tak ada siapa-siapa di belakangku. Namun suara bisikan itu semakin jelas, seolah berasal dari dalam kepalaku sendiri.

Aku mencoba mundur, namun cermin itu memantulkan sesuatu yang tak seharusnya adasebuah tangan pucat yang menjulur ke arahku dari balik kaca.

Rahasia di Lorong Tengah

Aku berlari ke lorong, napasku memburu. Di tengah kegelapan, aku melihat pintu kecil di bawah tangga, pintu yang tak pernah aku sadari sebelumnya. Rasa ingin tahu mengalahkan rasa takutku.

Aku membuka pintu itu dan menemukan tangga menurun ke ruang bawah tanah. Bau tanah basah dan sesuatu yang membusuk langsung menyergapku. Lampu senterku mulai redup, namun aku tetap melangkah turun.

Di sana, di bawah cahaya temaram, aku melihat deretan boneka tua yang duduk berjajar di rak kayu. Mata mereka yang kaca berkilat aneh, seolah mengikuti setiap gerakanku. Di sudut ruangan, sebuah kotak kayu besar terkunci rapat.

Aku mendekatinya, jantungku berdebar tak karuan. Tepat saat tanganku menyentuh kotak itu, suara tangisan lirih memenuhi ruangan. Tangisan anak kecil, memilukan dan putus asa.

Ketika Rumah Itu Memilih Korban

Aku berbalik, hendak lari, tapi pintu ruang bawah tanah menutup sendiri dengan keras. Kegelapan menelan segalanya. Aku bisa merasakan sesuatu berjalan di belakangkulangkah kecil, tertatih, seperti boneka yang hidup kembali.

Suara bisikan kini berubah menjadi erangan, membisikkan namaku berulang kali. Aku menjerit, namun suara itu langsung lenyap, seolah diserap oleh dinding batu yang dingin.

Pagi harinya, petugas keamanan menemukan senterku tergeletak di depan pintu rumah kosong di Waverly Lane. Rumah itu tetap berdiri membisu, seakan menunggu pengunjung berikutnya. Tak ada yang benar-benar tahu apa yang terjadi padaku malam itu.

Namun, di antara bisikan angin dan gemeretak kayu tua, rumah kosong di Waverly Lane masih menyisakan teror yang tak pernah benar-benar berakhir.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0