Sosok Misterius di Terowongan Mulai Menghantui Malamku

VOXBLICK.COM - Langit malam itu begitu pekat, seolah-olah menelan seluruh cahaya yang tersisa di bumi. Jalan setapak menuju terowongan tua di pinggir kota tampak lebih sunyi dari biasanya. Aku berjalan pelan, langkah kakiku menggema di antara dinding beton yang penuh coretan usang. Senter di tanganku hanya mampu menembus gelap beberapa meter ke depan, selebihnya adalah lautan hitam yang menelan semua suara dan harapan. Aku tidak pernah percaya pada cerita-cerita tentang terowongan inisetidaknya, sampai malam itu.
Bisikan dari Kegelapan
Baru beberapa langkah memasuki mulut terowongan, hawa dingin menyergap. Ada aroma apek dan lembap, bercampur bau tanah tua yang membuat hidungku geli. Aku mengingat kembali kata-kata teman-teman: "Jangan pernah masuk ke sana sendirian.
Kalau kau dengar namamu dipanggil, jangan jawab." Aku menertawakan mereka saat itu. Tapi malam ini, suara mereka seolah bergema di dalam kepalaku sendiri, memantul di dinding terowongan yang sempit.

Langkahku terhenti. Ada suara lirih, hampir seperti bisikan. Aku menajamkan telinga, jantungku berdetak lebih kencang. "Andi..." Suara itu samar, tapi aku mengenalinya.
Itu suara Rinatemanku yang telah meninggal tahun lalu dalam kecelakaan tepat di terowongan ini. Aku menahan napas. "Andi... ayo pulang..." Bisikan kedua terdengar lebih dekat, seolah-olah berasal dari balik tembok yang retak. Aku menggeleng, memejamkan mata, berharap ini hanya imajinasi.
Siluet di Ujung Lorong
Senterku tiba-tiba bergetar, cahayanya redup. Aku memukul-mukulnya pelan, namun justru menyorotkan cahaya ke ujung lorong. Di sana, samar-samar, sesosok bayangan berdiri diam. Aku berusaha mengendalikan rasa takut, menelan ludah dengan susah payah.
Sosok itu tidak bergerak, tapi aku bisa merasakan tatapannya menusuk ke arahku.
- Suasana menjadi semakin sunyi, seolah-olah dunia berhenti berputar.
- Bayangan itu perlahan melangkahlangkahnya tidak menimbulkan suara apa pun.
- Setiap langkah yang diambil membuat udara di sekitarku semakin dingin, napasku berubah menjadi asap tipis.
Dalam keremangan, aku melihat bentuk wajahnya. Pucat, matanya kosong, bibirnya terkatup rapat. Tapi aku tahu, itu bukan wajah manusia. Setiap detik terasa seperti siksaan yang menegangkan, seolah-olah waktu mempermainkan keberanianku.
Permainan Bayangan yang Tak Berujung
Rasa penasaran dan takut bercampur di dadaku. Aku mundur perlahan, namun suara-suara dari kegelapan mulai bermunculan. Terdengar langkah kaki lain, bisikan ketiga, keempatada banyak. Nama-nama yang tak asing, suara teman-teman yang sudah tiada.
Mereka memanggilku, memintaku untuk bergabung, untuk tidak meninggalkan mereka sendirian di sini.
Tiba-tiba, senterku padam total. Aku berdiri dalam kegelapan, hanya bisa mengandalkan indra pendengaranku. Suara napasku sendiri terdengar seperti raungan. Lalu, di belakangku, terasa ada hembusan angin dingin. Jari-jari halus menyentuh pundakku.
Aku ingin berteriak, tapi suara itu kembali berbisik, "Andi, waktumu sudah habis."
Malam yang Tak Pernah Usai
Aku berlari sekuat tenaga ke arah pintu keluar, tapi langkahku terasa berat, seperti ada tangan-tangan tak terlihat yang menahan. Terowongan itu seolah memanjang tanpa ujung. Bisikan dan tawa mengisi setiap sudut ruang, menertawakan ketakutanku.
Aku menoleh ke belakangsosok itu kini tepat di belakangku, mengulurkan tangan dengan kuku-kuku panjang dan mata yang kini bersinar merah menyala.
Aku tak ingat lagi bagaimana akhirnya aku bisa keluar dari terowongan. Yang aku tahu, setiap malam, suara mereka masih memanggilku. Kadang, aku melihat bayangan mereka di sudut kamar, di balik cermin, atau di tengah gelap malam.
Terowongan itu seakan mengikuti ke mana pun aku pergi, bersama sosok misterius yang kini mulai menghantui malam-malamku.
Apa Reaksi Anda?






