Perawatan Malaikat dan Lorong Terlarang di Rumah Sakit Terpencil
VOXBLICK.COM - Malam itu, kabut tebal menelusup perlahan dari balik jendela ruang jaga. Aku, seorang perawat baru di rumah sakit terpencil di ujung desa, tak pernah membayangkan bahwa tugas malamku akan membawaku ke batas tipis antara kenyataan dan sesuatu yang tak terjelaskan. Lampu-lampu redup, koridor sunyi, hanya sesekali terdengar suara detak jam tua di dinding. Hiruk-pikuk kehidupan kota terasa begitu jauh, dan di tempat ini, waktu seakan berhentiatau mungkin, waktu berjalan dengan caranya sendiri.
Rumah sakit itu terkenal dengan pelayanan "Perawatan Malaikat". Kata orang, siapa pun yang dirawat di ruang khusus itu, akan pulang dengan luka yang sembuh lebih cepat dari biasanya.
Namun, ada satu aturan: jangan pernah menyeberang ke lorong sayap timur setelah tengah malam. Tak ada yang menjelaskan alasannya secara langsung, tetapi setiap staf lama menatapku dengan mata penuh peringatan setiap kali aku menanyakan lorong terlarang itu.
Suara Lirih di Balik Tirai Putih
Pukul dua dini hari, aku terjaga oleh suara lirih dari ruang perawatan. Aku berjalan pelan, menyusuri lorong yang semakin dingin, langkah kakiku menggema di antara dinding-dinding tua.
Dari balik tirai putih, aku melihat sosok pasien perempuanibu tua yang seharusnya tertidur pulas. Namun, matanya terbuka lebar, menatapku tanpa berkedip.
“Jangan biarkan mereka masuk,” bisiknya dengan suara serak. “Mereka datang dari lorong itu…”
Jantungku berdebar. Aku menoleh ke arah lorong timur, dan untuk sesaat, aku melihat bayangan bergerak di ujung gelapnya. Aku menenangkan ibu itu, lalu kembali ke ruang jaga.
Tapi malam itu, setiap suara, setiap bayangan di balik pintu, terasa seperti pertanda buruk.
Panggilan dari Lorong Terlarang
- Ketukan pelan di pintu ruang perawatan yang kosong
- Bau anyir yang datang tiba-tiba, menusuk hidung
- Suara langkah kaki tanpa wujud di lantai marmer tua
Semua itu bermula setelah aku menekan tombol alarm di ruang "Perawatan Malaikat". Layar monitor menampilkan pesan error, lampu di lorong timur berkedip-kedip seolah mengundang. Ada suara sayup-sayup, seperti nyanyian anak kecil, memanggil namaku.
Aku mencoba mengabaikannya, tapi rasa penasaran mengalahkan ketakutan. Aku pun melangkah pelan ke lorong terlarang itu.
Wajah-wajah Tanpa Nama
Lorong itu lebih panjang dari yang terlihat di siang hari. Dindingnya dipenuhi foto-foto tua, sebagian telah menguning, sebagian lain seperti baru saja digantung.
Di bawah cahaya lampu, aku melihat sesuatu yang tak masuk akal: wajah-wajah dalam foto itu perlahan memalingkan muka ke arahku. Senyum mereka semakin lebar, matanya kosong menembus tubuhku.
Langkahku terhenti di depan sebuah pintu besi. Di atasnya, tergantung papan bertuliskan “Perawatan Malaikat”. Aku mendengar suara rintihan pelan, lalu bisikan lembut memenuhi telingaku. “Bergabunglah dengan kami… sekali masuk, tak ada jalan keluar.”
Saat Malam Menjadi Tak Berujung
Ketika aku mencoba mundur, lorong di belakangku telah berubah. Dindingnya basah oleh bercak merah, lampu-lampunya padam satu per satu. Aku berlari, tapi pintu keluar selalu menjauh, seolah-olah aku terjebak dalam lingkaran tanpa akhir.
Dari balik bayangan, sosok-sosok berpakaian perawat muncul, wajah mereka tampak samar, namun sorot matanya begitu tajam.
Salah satu dari mereka mendekat, menyodorkan tangan dingin ke wajahku, dan berbisik, “Kini kau bagian dari perawatan kami.”
Rumah Sakit yang Tak Pernah Tidur
Sampai hari ini, tak ada yang benar-benar tahu apa yang terjadi malam itu. Orang-orang bilang, lorong terlarang di rumah sakit terpencil itu masih menyimpan suara-suara aneh dan langkah kaki tanpa wujud.
Pasien yang dirawat di ruang "Perawatan Malaikat" sering mengigau, menyebut nama-nama yang tak dikenal. Dan jika Anda berani melewati lorong itu setelah tengah malam, jangan kaget jika Anda mendengar bisikan yang sama seperti yang pernah kudengarbisikan yang membuat Anda tak pernah benar-benar bisa pulang.
Apa Reaksi Anda?
Suka
0
Tidak Suka
0
Cinta
0
Lucu
0
Marah
0
Sedih
0
Wow
0