Rahasia Mengelola Hyperfixation Agar Tetap Produktif dan Tenang

Oleh Ramones

Rabu, 27 Agustus 2025 - 16.46 WIB
Rahasia Mengelola Hyperfixation Agar Tetap Produktif dan Tenang
Mengelola hyperfixation produktif (Foto oleh Laura Rodriguez di Unsplash).

VOXBLICK.COM - Mengelola hyperfixation bukanlah hal yang sederhana, terutama di tengah tuntutan dunia profesional dan digital yang serba cepat. Banyak orang mengalami fase ketika mereka sangat terfokus pada satu hal hingga sulit mengalihkan perhatian ke aktivitas lain.

Fenomena ini dikenal sebagai hyperfixation, dan sering dialami oleh siapa saja, baik yang memiliki kondisi neurodivergent seperti ADHD maupun yang tidak.

Apa Itu Hyperfixation dan Mengapa Bisa Terjadi?

Hyperfixation adalah kondisi di mana seseorang terjebak dalam satu aktivitas, ide, atau minat sampai-sampai mengabaikan kebutuhan lain. Ketika hal ini terjadi, waktu, energi, bahkan kebutuhan dasar seperti makan dan tidur bisa terlupakan.

Banyak studi menunjukkan bahwa hyperfixation sering kali terkait dengan proses otak yang mencari kenyamanan atau pelarian dari stres dan tekanan. Mengelola hyperfixation sangat penting agar tidak menimbulkan efek negatif pada kesehatan mental dan produktivitas. Menurut WHO, fenomena ini bisa terjadi karena stimulasi berlebihan dari dunia digital, tekanan pekerjaan, atau bahkan karena adanya hormon stres yang tidak seimbang.

Sebuah riset dari NCBI juga menegaskan bahwa strategi manajemen waktu dan self-care sangat berperan dalam menjaga keseimbangan emosi.

Mitos dan Fakta Seputar Hyperfixation

  • Mitos: Hyperfixation hanya dialami oleh orang dengan ADHD. Faktanya, siapa pun bisa mengalami hyperfixation, terutama dalam situasi penuh tekanan atau ketika sedang sangat tertarik dengan sesuatu.
  • Mitos: Semakin fokus, semakin produktif.

    Faktanya, terlalu fokus tanpa jeda justru bisa menurunkan produktivitas dan memicu burnout.

  • Mitos: Mengalihkan perhatian dari hyperfixation artinya tidak serius.

    Faktanya, mengambil jeda adalah bagian dari strategi efektif agar fokus tetap sehat dan terkontrol.

Mengapa Hyperfixation Perlu Dikelola?

Saat hyperfixation tidak terkontrol, dampak negatifnya tidak hanya terasa pada produktivitas, tapi juga pada relasi sosial, kesehatan fisik, dan mental. Banyak profesional muda dan Gen-Z merasa terganggu saat sadar sudah menghabiskan berjam-jam untuk satu hal saja.

Mengelola hyperfixation berarti melatih otak untuk tetap fleksibel, mengatur prioritas, dan menjaga diri tetap sehat secara emosi.

Strategi Efektif Mengelola Hyperfixation

1. Sadari Pola dan Pemicunya

Langkah awal yang paling penting adalah mengenali kapan dan bagaimana hyperfixation terjadi. Perhatikan situasi, waktu, dan aktivitas apa yang memicu fokus berlebihan.

Catat di jurnal atau aplikasi notes setiap kali merasa susah berpaling dari suatu aktivitas. Cara ini membantu memahami pola perilaku dan menemukan strategi pencegahan yang tepat.

2. Atur Waktu dengan Teknik Manajemen Efektif

Metode seperti Pomodoro Technique, time-blocking, atau membuat jadwal harian sangat membantu mengelola waktu.

Riset NCBI membuktikan bahwa manajemen waktu efektif bisa mengurangi kecenderungan terjebak dalam hyperfixation, terutama pada individu dengan tekanan kerja tinggi.

  • Tentukan waktu khusus untuk aktivitas yang disukai, tapi jangan lupa pasang alarm sebagai pengingat untuk beristirahat atau berpindah ke tugas lain.
  • Gunakan aplikasi pengingat atau timer digital yang mudah diakses lewat smartphone atau laptop.

3. Beri Jeda Digital dan Fisik

Mengatur waktu untuk melakukan jeda dari dunia digital sangat penting, apalagi jika hyperfixation terjadi saat online.

Studi yang dilansir pada Agustus 2025 menyoroti pentingnya pause digital untuk menjaga kesehatan mental. Cobalah untuk rutin mengambil waktu tanpa gadget, misalnya dengan berjalan kaki, stretching, atau sekadar duduk santai tanpa menatap layar.

4. Bangun Kebiasaan Self-Care

Self-care bukan sekadar tren, tapi sudah terbukti mampu menjaga keseimbangan hormon bahagia, seperti serotonin dan dopamin.

Sering kali, hyperfixation muncul saat otak kekurangan rangsangan positif lain. Mulailah dengan kebiasaan sederhana:

  • Olahraga ringan atau meditasi pagi
  • Mendengarkan musik dengan suasana menenangkan
  • Mengatur menu makanan sehat yang mendukung kerja otak
  • Luangkan waktu untuk hobi selain aktivitas utama
Penelitian pada Juli 2025 menunjukkan bahwa menjaga pola hidup sehat membantu mengatur mood dan menekan kecenderungan hyperfixation.

5. Berkomunikasi dengan Orang Terdekat atau Komunitas

Jangan ragu untuk berbagi cerita atau bertanya tips ke teman, keluarga, atau komunitas yang memahami kondisi ini. Studi pada Februari 2024 membuktikan bahwa komunikasi efektif dalam lingkungan sosial bisa mengurangi beban mental dan memperluas perspektif. Terkadang, saran sederhana dari orang lain bisa membuka wawasan baru dalam mengelola fokus berlebih.

Tips Praktis Agar Hyperfixation Tidak Menghambat Produktivitas

  • Jadwalkan waktu istirahat secara teratur, misal setiap 60 menit fokus, ambil 10 menit jeda
  • Buat daftar prioritas harian agar tidak terjebak pada satu aktivitas saja
  • Pelajari teknik relaksasi seperti mindfulness atau breathing exercise
  • Ciptakan lingkungan kerja yang mendukung konsentrasi, tapi tetap ramah untuk berpindah aktivitas
  • Jangan terlalu keras pada diri sendiri; proses belajar mengelola hyperfixation memerlukan waktu dan latihan

Kapan Perlu Mencari Bantuan Profesional?

Jika hyperfixation sudah mengganggu hubungan sosial, performa kerja, atau menyebabkan stres berkepanjangan, tidak ada salahnya mencari bantuan profesional.

Psikolog atau konselor bisa membantu menemukan akar masalah dan merancang strategi yang disesuaikan dengan kebutuhan pribadi. Banyak layanan konseling online dan offline yang mudah diakses, khususnya bagi profesional muda yang sibuk.

Faktor Pendukung Manajemen Hyperfixation

Berdasarkan penelitian terbaru, ada beberapa faktor penting yang mendukung keberhasilan dalam mengelola hyperfixation:
  • Ketersediaan support system, baik dari lingkungan kerja maupun keluarga
  • Kemampuan mengenali dan mengelola stres
  • Akses ke sumber pengetahuan dan komunitas relevan
  • Keterampilan dalam mengatur waktu dan prioritas

Mengoptimalkan Potensi dengan Hyperfixation

Hyperfixation tidak selalu buruk.

Jika dikelola dengan baik, energi besar yang muncul bisa dialihkan pada hal-hal positif, seperti pengembangan diri, proyek kreatif, atau pencapaian target kerja. Kuncinya adalah memiliki kendali dan menyeimbangkan fokus dengan kebutuhan lain, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Semakin dini mengenali tanda-tanda hyperfixation, semakin mudah pula menemukan cara untuk mengelolanya.

Setiap orang punya cara unik, jadi tidak ada salahnya mencoba beberapa tips di atas, lalu menyesuaikan dengan ritme dan kebutuhan pribadi. Jika butuh saran lebih lanjut, konsultasikan ke psikolog atau profesional kesehatan mental yang berpengalaman agar penanganan lebih tepat dan hasilnya optimal.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0