Rahasia di Balik Maraknya Bendera One Piece Saat Demo Besar

VOXBLICK.COM - Di tengah lautan massa yang menyuarakan aspirasi di jalanan Indonesia, sebuah pemandangan tak lazim menarik perhatian. Bukan bendera organisasi atau almamater kampus yang mendominasi, melainkan sebuah simbol tengkorak tersenyum yang mengenakan topi jerami.
Inilah Jolly Roger kru Bajak Laut Topi Jerami, lambang dari serial manga dan anime fenomenal, One Piece. Kemunculannya dalam aksi-aksi mahasiswa, terutama saat demonstrasi menolak RUU KUHP dan UU Cipta Kerja (Omnibus Law), bukanlah kebetulan. Fenomena ini menandai sebuah pergeseran menarik, di mana narasi fiksi menjadi bahan bakar dan bendera One Piece sebagai simbol perlawanan generasi baru.
Simbol yang awalnya merepresentasikan petualangan dan kebebasan di lautan Grand Line, kini bermetamorfosis menjadi lambang perjuangan melawan ketidakadilan yang dirasakan di dunia nyata. Transformasi ini tidak terjadi dalam semalam. One Piece, karya Eiichiro Oda, telah menemani generasi milenial dan Gen Z Indonesia selama lebih dari dua dekade. Mereka tumbuh bersama Monkey D.
Luffy dan krunya, menyerap nilai-nilai persahabatan (nakama), kebebasan mutlak, dan yang terpenting, perlawanan terhadap otoritas yang sewenang-wenang. Pemerintah Dunia (World Government) dalam cerita One Piece digambarkan sebagai entitas korup, menindas, dan rela menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kekuasaan. Narasi inilah yang beresonansi kuat dengan sebagian anak muda Indonesia yang merasa suara mereka tidak didengar oleh para pembuat kebijakan.
Maka, ketika mereka turun ke jalan, mengibarkan bendera One Piece sebagai simbol perlawanan adalah sebuah pernyataan yang kuat dan mudah dipahami oleh sesama penggemar, yang jumlahnya sangat masif.
Mengapa One Piece? Membedah Resonansi Nilai dengan Gerakan Mahasiswa
Pertanyaan mendasarnya adalah, mengapa dari sekian banyak karya budaya pop, justru One Piece yang benderanya diadopsi?
Jawabannya terletak pada kedalaman dan relevansi tema yang diusung Oda, yang secara menakjubkan selaras dengan semangat perjuangan kaum muda di Indonesia.
Luffy vs Pemerintah Dunia: Cerminan Perlawanan Terhadap Otoritas Korup
Kisah utama One Piece adalah perjuangan Luffy untuk menjadi Raja Bajak Laut, sebuah gelar yang melambangkan kebebasan tertinggi.
Musuh utamanya bukanlah bajak laut lain, melainkan struktur kekuasaan global yang disebut Pemerintah Dunia dan kaum Naga Langit (Celestial Dragons) yang arogan dan kebal hukum. Mereka adalah representasi sempurna dari elite yang sewenang-wenang dan sistem yang menindas.
Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, dalam analisisnya mengenai gerakan mahasiswa, menyoroti bagaimana kaum muda saat ini memiliki ketidakpercayaan yang mendalam terhadap institusi politik formal. Dalam konteks ini, narasi perlawanan Luffy menjadi cermin yang sempurna.
Mengibarkan bendera One Piece sebagai simbol perlawanan adalah cara untuk mengatakan, "Kami, seperti Luffy, menentang sistem yang kami anggap tidak adil dan korup." Ini adalah bahasa perlawanan yang dipinjam dari dunia yang mereka kenal dan cintai, menjadikannya lebih personal dan bermakna.
Solidaritas Nakama: Kekuatan Kolektif di Atas Segalanya
Salah satu pilar utama dalam One Piece adalah konsep 'Nakama' ikatan persahabatan dan kekeluargaan yang melampaui hubungan darah.
Kru Topi Jerami berjuang bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk melindungi satu sama lain dan mewujudkan mimpi bersama. Semangat kolektif ini sangat relevan dengan esensi gerakan sosial. Aksi mahasiswa bukanlah perjuangan individu, melainkan gerakan bersama yang didasari solidaritas. Menggunakan bendera One Piece sebagai simbol perlawanan juga menjadi penanda ikatan ini.
Siapa pun yang mengerti makna di balik Jolly Roger tersebut secara otomatis menjadi bagian dari 'aliansi' dadakan di lapangan. Ibadurrahman, seorang peneliti budaya pop, mencatat bahwa penggunaan simbol-simbol seperti ini menciptakan sebuah "komunitas imajiner" yang solid di tengah kerumunan.
Ia memperkuat rasa kebersamaan di antara para demonstran yang mungkin berasal dari latar belakang berbeda namun disatukan oleh tujuan yang sama dan referensi budaya yang serupa.
Mewujudkan "Era Baru": Sebuah Perjuangan Penuh Harapan
Narasi One Piece sarat dengan ramalan dan tekad untuk menyongsong "Fajar Baru Dunia" (Dawn of the World), sebuah era baru yang bebas dari penindasan Pemerintah Dunia.
Tokoh-tokoh seperti Whitebeard sebelum kematiannya meneriakkan bahwa "One Piece itu ada!" dan kedatangannya akan memicu perang terbesar yang mengubah dunia. Semangat eskatologis ini, harapan akan datangnya perubahan fundamental, beresonansi kuat dengan idealisme kaum muda. Mereka tidak hanya memprotes satu atau dua kebijakan, tetapi mendambakan sebuah reformasi sistemik, sebuah "era baru" bagi Indonesia.
Dengan demikian, bendera One Piece sebagai simbol perlawanan tidak hanya menyuarakan kemarahan, tetapi juga harapan.
Ia menjadi bendera optimisme, keyakinan bahwa perjuangan mereka hari ini akan membawa perubahan yang lebih baik untuk masa depan, sama seperti perjuangan Luffy yang diyakini akan membawa fajar baru bagi dunianya.
Analisis Budaya Pop sebagai Alat Politik
Fenomena penggunaan bendera One Piece sebagai simbol perlawanan bukanlah hal yang berdiri sendiri.
Ini adalah bagian dari tren global yang lebih besar di mana budaya pop menjadi medium ekspresi politik yang efektif, terutama bagi generasi muda.
Dari topeng Guy Fawkes yang dipopulerkan oleh film V for Vendetta hingga salam tiga jari dari The Hunger Games yang digunakan oleh aktivis pro-demokrasi di Thailand dan Myanmar, budaya pop menyediakan seperangkat simbol yang kuat, mudah dikenali, dan sarat makna. Kekuatan simbol-simbol ini terletak pada kemampuannya untuk menyederhanakan pesan yang kompleks dan menyampaikannya secara emosional.
Daripada membawa spanduk dengan tulisan teoretis yang panjang, mengibarkan Jolly Roger Topi Jerami secara instan mengkomunikasikan semangat anti-otoritarianisme, solidaritas, dan harapan. Ini adalah sebuah "meme politik" dalam bentuk fisik. Ia mampu melintasi batas-batas geografis dan ideologis, menyatukan orang-orang di bawah satu panji yang mereka pahami secara intuitif.
Fenomena bendera One Piece sebagai simbol perlawanan di Indonesia adalah bukti nyata bagaimana sebuah cerita fiksi dapat memiliki dampak konkret di dunia nyata, membentuk cara sebuah generasi menyuarakan aspirasi politik mereka. Perlu dipahami bahwa interpretasi terhadap sebuah simbol selalu bersifat subjektif dan dapat beragam bagi setiap individu yang melihat atau menggunakannya.
Analisis ini didasarkan pada pengamatan tren yang muncul selama aksi massa dan komentar dari para pengamat budaya serta sosial. Penggunaan simbol ini menunjukkan kreativitas dan kemampuan adaptasi gerakan sosial dalam memanfaatkan elemen budaya yang relevan dengan pesertanya.
Implikasi dan Warisan Jolly Roger di Kancah Aktivisme Indonesia
Kemunculan Jolly Roger Topi Jerami di tengah demonstrasi memicu berbagai perdebatan.
Sebagian kalangan mungkin melihatnya sebagai bentuk trivialisasi gerakan, seolah-olah perjuangan politik yang serius disamakan dengan cerita komik. Namun, pandangan ini mengabaikan fakta bahwa bagi generasi yang menggunakannya, One Piece bukanlah sekadar komik. Ia adalah sebuah epos yang membentuk cara pandang mereka terhadap dunia, mengajarkan tentang benar dan salah, tentang keberanian melawan tiran, dan pentingnya berdiri bersama kawan.
Menggunakan bendera One Piece sebagai simbol perlawanan justru menjadi cara untuk membuat gerakan terasa lebih otentik dan dekat dengan identitas mereka. Warisan dari fenomena ini adalah pengakuan bahwa aktivisme di era digital tidak bisa lagi dipisahkan dari budaya populer. Para penyelenggara gerakan sosial dan pembuat kebijakan perlu memahami bahasa dan simbol yang digunakan oleh generasi muda.
Jolly Roger Topi Jerami telah membuktikan dirinya lebih dari sekadar tren sesaat. Ia telah terpatri dalam memori kolektif sebagai lambang keberanian anak muda Indonesia yang berani menantang status quo, sama seperti kaptennya yang tak pernah gentar menghadapi Angkatan Laut terkuat sekalipun. Bendera itu adalah pengingat bahwa inspirasi untuk perubahan bisa datang dari mana saja, bahkan dari selembar halaman manga.
Kisah perjuangan fiksi Monkey D. Luffy dan kawan-kawan telah menemukan gema yang kuat dalam realitas perjuangan politik di Indonesia, menjadikan bendera One Piece sebagai simbol perlawanan yang akan dikenang oleh sejarah pergerakan kaum mudanya.
Apa Reaksi Anda?






