Xbox Terpuruk Drastis, Benarkah Hanya Karena Hal Paling Sepele?

Oleh VOXBLICK

Senin, 27 Oktober 2025 - 13.55 WIB
Xbox Terpuruk Drastis, Benarkah Hanya Karena Hal Paling Sepele?
Xbox terpuruk alasan konyol (Foto oleh may day.ua)

VOXBLICK.COM - Siapa sangka, konsol game raksasa sekelas Xbox bisa menghadapi masa-masa sulit, bahkan terkesan ‘terpuruk’ di mata banyak gamer? Padahal, mereka punya Game Pass yang fenomenal dan akuisisi besar-besaran seperti Activision Blizzard. Tapi, menurut berbagai analisis dan keluhan di komunitas, performa Xbox di pasar konsol memang sedang tidak baik-baik saja. Yang menarik, banyak yang berpendapat bahwa kemunduran ini justru bukan karena masalah fundamental yang besar, melainkan hal-hal yang dianggap paling sepele dan konyol.

Kondisi pasar konsol saat ini memang sangat kompetitif. PlayStation 5 terus melaju dengan penjualan solid, sementara Nintendo Switch tetap kuat di segmennya.

Xbox, di sisi lain, seringkali disebut-sebut tertinggal dalam persaingan penjualan unit konsol. Laporan keuangan terbaru dari Microsoft sendiri, meskipun tidak merinci angka penjualan konsol secara spesifik, seringkali mengindikasikan pertumbuhan yang lebih lambat di divisi gaming mereka dibandingkan kompetitor, terutama di luar segmen layanan seperti Game Pass. Beberapa pakar industri, seperti analis dari NPD Group atau data yang sering dikutip dari forum ResetEra, menunjukkan bahwa selisih penjualan antara Xbox Series X/S dan PlayStation 5 di pasar-pasar utama seperti Eropa dan Jepang sangat signifikan, bahkan di Amerika Utara pun Xbox masih kesulitan mengejar. Ini bukan cuma soal angka, tapi juga persepsi pasar yang mulai goyah.

Xbox Terpuruk Drastis, Benarkah Hanya Karena Hal Paling Sepele?
Xbox Terpuruk Drastis, Benarkah Hanya Karena Hal Paling Sepele? (Foto oleh Yan Krukau)

Ketika Hal "Kecil" Jadi Masalah Besar: Faktor-faktor Sepele yang Menggerogoti Xbox

Mari kita bedah beberapa faktor yang seringkali dianggap remeh, namun ternyata memiliki dampak kumulatif yang signifikan terhadap kemunduran Xbox di mata konsumen:

  • Penamaan Konsol yang Membingungkan: Ini mungkin terdengar konyol, tapi coba bayangkan orang tua atau konsumen awam yang ingin membeli konsol. Ada Xbox One, Xbox Series X, dan Xbox Series S. Penamaan "Series X" dan "Series S" yang mirip dengan "Xbox One X" dan "Xbox One S" seringkali membuat bingung. Banyak yang tidak mengerti perbedaan generasi, bahkan ada laporan konsumen yang salah membeli konsol generasi sebelumnya. PlayStation dengan PS4 dan PS5 jauh lebih mudah dipahami. Kebingungan ini, meskipun sepele, bisa menghambat penjualan bagi mereka yang tidak terlalu mengikuti perkembangan industri game.
  • Kurangnya "System Seller" Eksklusif yang Menggoda: Xbox punya banyak studio, tapi di awal generasi Series X/S, mereka kesulitan menghadirkan game eksklusif yang benar-benar "must-have" dan bisa mendorong penjualan konsol. Halo Infinite sempat diharapkan, namun peluncurannya tidak semulus yang diharapkan. Starfield dan Redfall, meskipun sangat dinantikan, ternyata rilis dengan performa yang kurang memuaskan, terutama Redfall. Sementara itu, PlayStation secara konsisten merilis game-game eksklusif yang memukau secara visual dan naratif, seperti God of War Ragnarök atau Marvels Spider-Man 2, yang terbukti menjadi alasan kuat bagi gamer untuk membeli konsol mereka. Ini bukan berarti Xbox tidak punya game bagus, tapi kurangnya flagship titles yang secara eksklusif hanya ada di Xbox (dan tidak di PC via Game Pass) menjadi poin minus.
  • Strategi Game Pass yang Pedang Bermata Dua: Game Pass adalah nilai jual utama Xbox dan terbukti sangat sukses. Namun, di sisi lain, strategi ini juga bisa menjadi bumerang bagi penjualan konsol. Ketika semua game eksklusif Xbox tersedia di Game Pass (dan seringkali juga di PC) sejak hari pertama, insentif untuk membeli konsol fisik menjadi berkurang. Gamer bisa saja memilih berlangganan Game Pass di PC mereka atau bahkan di konsol Xbox One lama mereka, tanpa perlu upgrade ke Series X/S. Ini menciptakan persepsi bahwa "Xbox tidak perlu dibeli, cukup langganan Game Pass saja."
  • Desain dan Estetika Konsol: Ini adalah faktor yang sangat subjektif dan sepele, tapi jangan remehkan. PlayStation 5 hadir dengan desain yang futuristik, berani, dan langsung menarik perhatian. Xbox Series X, meskipun kuat, memiliki desain kotak minimalis yang sering disebut "kulkas mini" atau "CPU PC". Sementara Xbox Series S lebih ringkas, namun performanya di bawah Series X. Bagi sebagian konsumen, terutama yang tidak terlalu peduli dengan spesifikasi teknis, estetika konsol yang menarik bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk diletakkan di ruang keluarga. Desain yang kurang "wah" mungkin tidak menjadi alasan utama, tapi bisa menjadi salah satu faktor penentu saat konsumen bimbang.
  • Persepsi Pasar dan Citra Merek: Sejak era Xbox One yang sempat blunder dengan kebijakan DRM dan selalu online, citra merek Xbox di mata sebagian gamer hardcore agak goyah. Meskipun Xbox di bawah Phil Spencer telah banyak berubah dan memperbaiki diri, persepsi negatif ini kadang masih membayangi. PlayStation, di sisi lain, berhasil membangun citra sebagai "rumah bagi game-game single-player sinematik yang luar biasa," yang sangat digemari oleh banyak gamer. Xbox masih kesulitan membangun narasi merek yang sekuat itu di luar "Game Pass adalah nilai terbaik."

Dampak Jangka Panjang dan Reaksi Komunitas

Faktor-faktor yang terkesan sepele ini, jika terakumulasi, bisa menciptakan efek domino.

Penjualan konsol yang stagnan berdampak pada minat pengembang pihak ketiga untuk memprioritaskan Xbox, yang pada gilirannya bisa mengurangi jumlah game berkualitas yang tersedia, dan seterusnya. Komunitas gamer pun mulai menyuarakan kekhawatiran. Banyak yang setia pada Xbox merasa frustrasi dengan kurangnya game eksklusif yang kuat dan strategi yang kadang terkesan "setengah hati" dalam mendorong penjualan konsol fisik.

Beberapa analis industri, seperti Piers Harding-Rolls dari Ampere Analysis, telah berulang kali menyoroti tantangan Xbox dalam menembus pasar-pasar di luar Amerika Utara.

Di Eropa dan Jepang, dominasi PlayStation dan Nintendo sangat kuat, dan Xbox belum menemukan formula yang tepat untuk menarik perhatian konsumen di sana. Ini menunjukkan bahwa masalah Xbox bukan hanya soal spesifikasi atau harga, melainkan juga tentang bagaimana mereka diposisikan dan dipersepsikan secara keseluruhan.

Pada akhirnya, kemunduran Xbox yang drastis ini mungkin bukan hanya karena satu "hal paling sepele", melainkan kombinasi dari banyak faktor kecil yang terus-menerus mengikis posisi mereka di pasar.

Mulai dari penamaan konsol yang membingungkan, kurangnya daya tarik game eksklusif sebagai "system seller", strategi Game Pass yang menguntungkan konsumen namun kurang mendorong penjualan konsol, hingga desain konsol yang kurang ikonik. Semua ini menciptakan sebuah tantangan kompleks bagi Xbox. Mereka punya fondasi yang kuat dengan Game Pass dan studio-studio besar, namun pekerjaan rumah mereka adalah bagaimana mengubah persepsi dan memberikan alasan yang lebih kuat bagi gamer untuk memilih dan membeli konsol Xbox mereka.

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0