Perjalanan Mencekam di Jalan 11 Mil yang Tak Pernah Kembali

Oleh VOXBLICK

Kamis, 16 Oktober 2025 - 02.10 WIB
Perjalanan Mencekam di Jalan 11 Mil yang Tak Pernah Kembali
Jalan 11 Mil Mencekam (Foto oleh KoolShooters)
<>

VOXBLICK.COM - Sudah lama aku mendengar bisikan tentang sebuah jalan terlarangsebuah rute rahasia yang hanya dikenal oleh mereka yang berani menantang nasib. Mereka menyebutnya Jalan 11 Mil. Malam itu, didorong rasa penasaran yang hampir gila, aku memutuskan untuk mencoba permainan terlarang tersebut. Mobil tua pinjaman berdengung pelan di bawah tanganku, dan hanya seberkas cahaya bulan yang menembus jendela kaca buram. Tidak ada rambu, tidak ada suara. Hanya aku, jalan gelap, dan bayang-bayang yang menari di sepanjang bahu jalan.

Aroma tanah basah dan embun menyelusup masuk melalui ventilasi yang rusak. Aku menatap ke depan, berharap menemukan sesuatuapa sajayang menandakan bahwa aku masih di dunia nyata. Tapi Jalan 11 Mil terasa berbeda.

Setiap meter yang kulalui, udara menjadi semakin berat. Ada sensasi seolah dunia di sekitarku perlahan-lahan menghilang, menyisakan hanya sebuah lorong panjang tanpa ujung. Radio mobil tiba-tiba berdesis. Suara bisikan samar terdengar, memanggil namaku, seolah-olah suara itu berasal dari balik kaca spion yang berembun.

Perjalanan Mencekam di Jalan 11 Mil yang Tak Pernah Kembali
Perjalanan Mencekam di Jalan 11 Mil yang Tak Pernah Kembali (Foto oleh Arlind D)

Bisikan di Antara Kabut

Di mil kedua, kabut tebal turun begitu saja, menelan cahaya lampu depan mobil. Aku menurunkan kaca, berharap bisa melihat lebih jelas, tapi yang kudapat hanya hawa dingin yang menggigit.

Saat itulah, untuk pertama kalinya, aku melihatnyasosok bayangan tinggi berdiri di tengah jalan, terlalu jauh untuk dikenali, tapi cukup dekat untuk membuat jantungku berdegup liar. Aku mempercepat laju mobil, tapi setiap kali aku berkedip, sosok itu semakin mendekat, seolah menunggu langkahku berikutnya.

Radio kembali hidup. Kali ini, suara bisikan berubah menjadi teriakan lirih. Kata-kata tak jelas, namun penuh makna ancaman. Aku merasakan sesuatu menggaruk kursi belakang, seperti kuku-kuku panjang yang mengorek kulit jok.

Berkali-kali aku menoleh ke belakang, namun hanya kegelapan yang menyambut. Jalanan seakan berputar-putar, dan aku mulai kehilangan orientasi waktu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tidak ada lampu rumah, tidak ada kendaraan lain. Hanya suara nafasku sendiri yang terengah, bercampur dengan deru mesin yang memaksa bertahan.

Rintihan di Mil Keenam

Setiap mil yang kulalui, Jalan 11 Mil semakin mempermainkan pikiranku. Pada mil keenam, udara berubah menjadi lebih pekat. Bau anyir darah samar tercium, membuat perutku bergejolak.

Aku menahan mual, namun tiba-tiba kaca jendela di sebelah kiriku berembun dengan kata-kata: "JANGAN BERHENTI." Aku mencoba tetap fokus, menancapkan gas, tapi suara langkah kaki mulai terdengar di atap mobil. Suara itu berat, perlahan, seolah sesuatu berjalan di atas sana, mengikuti setiap gerakanku. Aku berusaha tidak panik, tapi tangan gemetarku hampir kehilangan kendali atas setir.

  • Mil ketujuh: Suhu ruangan mendadak turun drastis, napasku membeku di udara.
  • Mil kedelapan: Lampu mobil berkedip, dan sesosok wajah pucat menempel di kaca depanmenyeringai lebar tanpa suara.
  • Mil kesembilan: Jalanan dipenuhi suara tangis anak-anak, meminta tolong, namun tidak pernah terlihat sosoknya.

Bayangan Tanpa Akhir

Saat memasuki mil kesepuluh, aku merasa seolah-olah waktu berhenti. Semua suara menghilang, digantikan oleh keheningan yang menyesakkan. Aku memejamkan mata sejenak, berharap ini hanyalah mimpi buruk yang cepat berakhir.

Tapi ketika kubuka mata, aku melihat sesuatu di kursi penumpangbayangan hitam, duduk diam, menatapku dengan mata kosong. Aku tak berani menoleh. Suhu di dalam mobil terasa seperti neraka dan es sekaligus.

Ketika akhirnya aku mencapai mil kesebelas, jalan di depanku lenyap, digantikan oleh kegelapan pekat. Aku menginjak rem, tapi mobil terus melaju, seolah-olah tak ada lagi hukum fisika di tempat ini.

Radio berbunyi pelan, hanya satu kalimat: "Kau sudah terlalu jauh untuk kembali."

Jalan yang Tak Pernah Kembali

Semua yang pernah kucintaiwajah ibu, suara sahabat, tawa masa kecilterbayang di depan mataku, lalu menghilang satu demi satu ke dalam kabut.

Aku berteriak minta tolong, tapi hanya gema suaraku sendiri yang kembali, terdengar lebih asing dari sebelumnya. Jalan 11 Mil telah menelanku bulat-bulat. Tidak ada ujung, tidak ada awal. Hanya aku dan kegelapan yang abadi.

Jika kau membaca ini, mungkin kau berpikir aku berhasil keluar dan menuliskan kisah ini. Tapi coba lihat ke cermin... apakah kau benar-benar sendirian di sana?

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0