Permainan Baru Anakku Membawa Teror di Malam Hari

VOXBLICK.COM - Sudah lebih dari sebulan sejak malam itu, namun suara tawa anakku, Nadya, masih terngiang jelas di benakku. Setiap malam, ketika langit mulai menghitam dan angin mengetuk jendela, aku merasa ada sesuatu yang berubah di rumah kami. Sesuatu yang tak terlihat, namun kehadirannya begitu nyata. Semua berawal dari permainan baru yang Nadya ciptakan permainan yang seharusnya hanya menjadi hiburan polos seorang anak, tetapi kini, menjadi sumber teror yang tak berkesudahan.
Malam Pertama: Permainan Dimulai
Aku masih ingat dengan jelas malam pertama Nadya memperkenalkan “teman barunya”. Ia menepuk-nepuk lantai kamar, mengajak sosok tak kasat mata bermain bersamanya. “Mama, malam ini aku main petak umpet sama Dira,” katanya sambil tertawa riang.
Aku mengira itu hanya imajinasi anak-anak biasa, mungkin teman khayalan yang sering diceritakan psikolog anak. Tapi malam itu, aku mendengar suara langkah kaki kecil berlarian di lorong meski Nadya sudah tertidur pulas. Suara itu berhenti tepat di depan pintu kamarku, lalu terdengar suara bisikan lirih, entah dari mana asalnya.

Sejak malam itu, suasana rumah berubah. Lampu kamar tiba-tiba padam sendiri, mainan-mainan Nadya bergerak tanpa sentuhan, dan suara cekikikan kecil terdengar dari sudut-sudut gelap rumah.
Aku mulai merasa diawasi setiap kali melewati lorong atau membuka pintu kamar mandi. Nadya sendiri tampak semakin asyik dengan permainan barunya, tertawa sendiri sambil menatap sudut kosong di kamarnya.
Teror yang Kian Nyata
Awalnya aku mencoba mengabaikan semua kejadian aneh ini, berharap semuanya hanya kebetulan atau imajinasiku yang terlalu lelah. Namun, malam demi malam, keanehan itu semakin menjadi. Ada beberapa kejadian yang membuat bulu kudukku meremang:
- Boneka Nadya yang biasanya rapi di atas tempat tidur, tiba-tiba berpindah ke bawah meja, posisinya seperti menghadap ke tembok.
- Setiap jam tiga pagi, ada suara ketukan dari loteng, padahal tidak ada siapa pun di sana.
- Nadya sering bicara sendiri dengan suara pelan, seolah-olah sedang berdiskusi dengan seseorang yang tak kasat mata.
Puncaknya adalah ketika aku menemukan tulisan di dinding kamar Nadya, dengan spidol merah: “JANGAN IKUT BERMAIN, MAMA.” Tulisan itu tidak seperti tulisan tangan Nadya. Terlalu rapi, terlalu dewasa. Aku merasa napasku tercekat saat membacanya.
Percakapan yang Membeku
Satu malam, aku memberanikan diri bertanya pada Nadya tentang “permainan baru” yang selalu ia mainkan setiap malam. Ia menatapku dengan mata besar, lalu tersenyum aneh. “Dira bilang, Mama nggak boleh ikut. Kalau Mama ikut, nanti Dira marah.
” Aku merinding, tapi mencoba menenangkan Nadya. “Siapa Dira, Nak?” tanyaku pelan. Nadya hanya menunduk, lalu membisikkan sesuatu yang tak pernah ingin kudengar, “Dira tinggal di bawah tempat tidur. Katanya, dia suka bermain di malam hari… dan dia tidak suka diganggu.”
Sejak percakapan itu, Nadya semakin sering menyendiri. Ia hanya mau tidur jika lampu dimatikan, dan selalu membiarkan pintu kamarnya terbuka sedikit.
Suatu malam, aku mengintip dari celah pintu dan melihat Nadya duduk di lantai, memandangi kolong tempat tidurnya sambil tersenyum samar. Dari balik kegelapan, aku yakin ada sepasang mata lain yang menatap balik ke arahku.
Malam Terakhir yang Tak Pernah Usai
Pada malam ke-30, aku tak tahan lagi. Aku ingin mengakhiri semua ini. Dengan tangan gemetar, aku masuk ke kamar Nadya tepat tengah malam, membawa senter dan Alkitab kecil yang diberikan ibuku. Aku berjongkok, lalu menyorot senter ke bawah ranjang.
Tidak ada apa-apa. Hanya mainan berserakan dan debu. Tapi ketika aku berdiri, tiba-tiba pintu kamar tertutup sendiri dengan keras. Lampu padam. Aku mendengar suara tawa lirihbukan hanya satu, tapi dua suara.
Dalam gelap, aku mendengar Nadya berbisik, “Mama, sekarang giliran Mama yang bersembunyi. Dira sudah tidak sabar.” Sesuatu menarik kakiku dengan kuat, menyeretku ke bawah ranjang. Aku berteriak, namun suara itu seolah lenyap ditelan kegelapan.
Dalam detik-detik terakhir sebelum aku kehilangan kesadaran, aku melihat wajah Nadyatersenyum, namun matanya kosong.
Sampai hari ini, tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi malam itu. Hanya suara tawa kecil yang kadang masih terdengar dari kamar Nadya setiap malam. Dan permainan baru itu… belum pernah benar-benar berakhir.
Apa Reaksi Anda?






