Rahasia Kelam Babysitter Pria di Ruang Bawah Tanah Bagian 4
VOXBLICK.COM - Aku tahu ini adalah bagian keempat dari mimpi buruk ini, dan jujur saja, aku tidak yakin berapa banyak lagi yang bisa kutanggung. Udara di rumah Mrs. Albright selalu terasa berat, tebal dengan rahasia tak terucapkan, tapi malam itu, beban itu menindih dadaku dengan cara yang mencekik. Sudah empat malam aku terjebak di sini, menjadi babysitter bagi dua anak yang terlalu pendiam dan satu aturan yang terlalu mengerikan: Jangan pernah sebut keberadaan pria di ruang bawah tanah. Jangan pernah. Kata-kata itu berputar-putar di kepalaku, sebuah mantra yang menakutkan, sebuah janji akan malapetaka jika dilanggar.
Setiap suara decitan lantai di atas kepalaku, setiap bayangan yang melintas di koridor, membuat jantungku berdegup kencang. Aku tahu, aku tidak sendirian.
Ada sesuatu di bawah sana, di balik pintu kayu mahoni yang terkunci rapat di ujung lorong bawah tanah. Sebuah rahasia kelam yang Mrs. Albright dan suaminya simpan, dan aku, si babysitter pria yang malang ini, entah bagaimana terseret ke dalamnya. Malam itu, aku mendengar sesuatu yang berbeda. Bukan lagi sekadar gesekan atau bisikan samar yang biasa menemaniku di malam-malam sebelumnya. Kali ini, ada langkah kaki. Lambat, berat, seolah menyeret beban yang tak terlihat.
Aku mematung di ambang dapur, sendok di tanganku terasa dingin. Langkah-langkah itu naik, perlahan namun pasti, menuju tangga yang mengarah ke lantai satu. Bukan tangga utama, tapi tangga servis yang jarang digunakan, tepat di atas ruang bawah tanah.
Aku tahu itu. Keringat dingin membasahi punggungku. Apakah dia naik? Apakah "pria di ruang bawah tanah" itu melanggar aturannya sendiri? Atau, lebih buruk lagi, apakah aku yang telah melanggar salah satu aturan tak tertulis tanpa menyadarinya? Aku sudah sangat berhati-hati, menuruti setiap detail kecil dari instruksi mereka, berharap bisa melewati malam-malam yang penuh ketegangan ini.
Bayangan di Balik Pintu Terlarang
Aku mencoba menenangkan diri. Mungkin hanya imajinasiku yang terlalu liar, dipicu oleh cerita-cerita yang beredar tentang rumah ini. Mungkin angin yang masuk melalui celah jendela yang tidak tertutup rapat. Tapi tidak ada angin malam itu.
Udara terasa pengap dan statis, seolah menahan napas. Aku mengintip ke lorong, jantungku berdegup seperti genderang perang. Tidak ada siapa-siapa. Pintu ruang bawah tanah masih tertutup rapat, kuncinya tergantung di gantungan kunci di dinding, tepat di samping pintu, seolah mengejekku. Kunci itu selalu ada di sana, sebuah godaan yang mengerikan, sebuah janji akan jawaban yang mungkin lebih baik tidak pernah kutemukan.
Aku kembali ke dapur, mencoba melanjutkan tugasku menyiapkan makan malam untuk anak-anak yang kini sudah tidur lelap di kamar mereka. Tapi pikiranku terus melayang, kembali ke suara langkah kaki itu.
Aku teringat beberapa hal aneh yang kualami selama empat hari terakhir, hal-hal yang kini terasa saling berkaitan, membentuk sebuah pola yang menyeramkan:
- Bau apek yang kadang-kadang muncul dari ventilasi, bahkan saat jendela terbuka lebar, seperti bau tanah basah dan sesuatu yang membusuk.
- Suara garukan samar dari balik dinding, terutama di malam hari, seolah ada sesuatu yang mencoba keluar.
- Mangkuk makanan yang kuduga adalah untuk kucing, tapi tidak ada kucing di rumah ini, dan isinya selalu kosong di pagi hari.
- Anak-anak yang selalu menghindari lantai bawah, bahkan untuk mengambil mainan kesayangan mereka, dengan tatapan mata penuh ketakutan setiap kali aku menyebut "bawah".
Ini semua adalah bagian dari teka-teki "rahasia kelam babysitter pria" yang membuatku terjebak dalam kengerian ini, sebuah "kisah seram" yang kini kuperankan.
Bisikan dari Kegelapan
Rasa penasaran, musuh terbesarku, mulai menggerogoti jiwaku. Aku harus tahu. Aku harus melihat. Aku tahu ini salah, aku tahu ini adalah pelanggaran terbesar dari "aturan mengerikan" mereka, tapi aku tidak bisa menahannya.
Kaki-kakiku seolah bergerak sendiri, melangkah pelan menuju lorong yang gelap, tanganku terulur ke kunci yang tergantung, gemetar. Dingin dan berat di genggamanku, seolah mengandung beban dari semua rahasia yang terkunci di baliknya. Aku memasukkannya ke lubang kunci. Suara klik yang dihasilkan terasa seperti guntur di keheningan rumah asing itu, menggema di setiap sudut.
Pintu terbuka dengan decitan pelan, memperlihatkan kegelapan yang pekat, tak berujung.
Udara dingin dan lembap menyambutku, bercampur dengan bau tanah basah dan sesuatu yang lainsesuatu yang busuk, menyeramkan, seperti daging yang membusuk dan lumut tua. Aku menyalakan senter ponselku, sinarnya menembus kegelapan, memperlihatkan tangga kayu yang curam, berlumut, dan tampak tidak terpakai selama bertahun-tahun. Aku menuruni satu langkah, lalu yang lain, setiap pijakan terasa seperti melangkah ke jurang yang tak dikenal.
Sebuah Pelanggaran yang Tak Termaafkan
Tiba-tiba, sebuah suara serak dan parau memecah keheningan yang mencekam, datang dari sudut paling gelap ruang bawah tanah. "Kau melanggar aturan, Nak..." Suara itu bukan bisikan, melainkan raungan yang teredam, penuh amarah dan kelaparan.
Aku membeku. Senter di tanganku jatuh, menggelinding ke dasar tangga, cahayanya berkedip-kedip tak beraturan, sesekali menyinari sosok yang kini terlihat samar. Sosok itu besar, bungkuk, dengan mata merah menyala yang menatapku tajam dari kegelapan. Itu bukan Mrs. Albright atau suaminya. Itu adalah pria yang mereka sembunyikan. Pria di ruang bawah tanah. Dan suaranya... suaranya bukan suara manusia.
"Kau akan menyesalinya," bisiknya lagi, dan kali ini, ada seringai lebar yang mengerikan di wajahnya, memperlihatkan gigi-gigi kuning yang panjang dan runcing, tajam seperti belati.
Aku merasakan cengkeraman dingin di pergelangan kakiku, seolah tangan tak terlihat mencengkeram erat, menarikku ke bawah, menuju kegelapan yang tak terhingga. Aku berteriak, tapi suaraku seolah tertelan oleh dinding-dinding tua rumah ini, oleh rahasia kelam yang telah lama terkunci. Tidak ada yang akan mendengarku. Tidak ada yang akan menolongku.
Kini aku tahu, aturan itu ada bukan untuk melindunginya, tapi untuk melindungikudari dia. Terlambat. Aku sudah menjadi bagian dari "kisah seram" ini, sebuah babak baru dalam "rahasia kelam babysitter pria" yang akan menghantuiku selamanya.
Atau, lebih tepatnya, menghantuimu. Karena sekarang, aku tahu, aku tidak akan pernah bisa keluar dari rumah asing ini. Aku terjebak.
Apa Reaksi Anda?
Suka
0
Tidak Suka
0
Cinta
0
Lucu
0
Marah
0
Sedih
0
Wow
0